Kaca:Geguritan Sewagati.pdf/15

Kaca puniki kavalidasi

majalan ia sagerahan,
tan caritanen,
larnpahe paraning wuwus,
gumanti linging carita,
wenten ya kaucap malih.


24. Tarunane bajang-bajang,
maruyuan nganggur soring waringin,
piulatan nyane manengguh,
mabunga ia gagelentengan,
gendang-gending,
masiwa tangkis manganggur,
mapasang macan-macanan,
nganggurin Ni Sewagati.


25. Tarunane ditu ngucap,
penuh sanja bulane tonden nadarin,
kali apa masane tumbuh,
penuh emed mangantiang,
len angucap,
buat sasihe kacatur,
purnamane ngeke sungsang,
pada peteng endag jani.


26. Ne besikan angucap,
yan ba endag bulane beli nyadangin,
beli dadi Kala Rau,
masasangi ngamah bulan,
apang buwung,
sasihe ngambah kacatur,


tiada lama mereka berjalan,
tidak diceritrakan,
perjalanannya telah sampai,
berganti sekarang yang diceritrakan ,
ada yang tersebut lagi.


Para pemuda,
berbondong-bondong melancong di bawah pohon beringin,
maksudnya agar dapat bertemu,
mereka memakai bunga bergantungan,
sambil bernyanyi-nyanyi,
bergaya melancong,
ada yang bermain macan-macanan,
menandangi Ni Sewagati.


Di sana para pemuda berkata,
"Sungguh sampai sore bulan
belum terbit,
jam berapa biasanya terbit?
Sungguh bosan menunggunya",
yang lain berkata,
"Memang bulannya ke empat,
purnamanya ada gerhana,
setelah malam baru terbit".


Yang satunya lagi berkata,
"Jika sudah terbit bulannya
kakak yang menghadang,
kakak menjadi Kala Rau,
berkaul akan makan bulan,
supaya batal,
bulannya memasuki ke empat


  • ) Ka catur (kapat) = bulan ke empat menurut kalender Bali yang

sama dengan bulan September.

14