Kaca:Geguritan Sewagati.pdf/30

Kaca puniki kavalidasi

74. Tan kocapan sapunika,
kocap dane tarunane ati-ati,
tuara aneh negak majujuk,
delak-delok maka sanja,
pesu mulih,
ngati-ati tuminipun,
tumuli tumine teka,
I Mudalara nyagjagin,

75. Mangelaut dane menekan,
tarunane aseru angucap aris,
sapunapi kanten ipun,
lungan memene tunian,
mangelampahin,
mamadik nyai Ketut,
tumin dane masauran,
sadia meme tunden cai.

76. Yan munyin I Dukuh Emas,
lamun sampun reke sami ngeradinin,
dane tuara lantang wuwus,
wantah dane manyerahang,
lamun sampun,
kanggo antuk cai mupu,
dane wantah ebah apisan,
sukserah tekening cai.

77. I Mudalara ningehang,
yen katanggap munyin tumine amanis,
kadi kabelaburan madu,
saksat mamanggihin suargan
dadi bungah,
manah ipune kalangkung,
luir kaudanan merta,


Tidak diceritrakan hal itu lagi,
diceritrakan si pemuda menunggu,
tidak betah duduk dan berdiri,
melihat ke sana ke mari sampai sore,
keluar masuk,
menunggu ibunya,
lalu ibunya datang,
I Mudalara menyonsong.

Lalu ibunya masuk ke rumah,
si pemuda segera berkata,
"Bagaimana kelihataimya dia,
kepergian ibu tadi,
melaksanakan,
lamaran pada Nyai Ketut?"
ibunya menjawab,
"Berhasil ibu atas suruhanmu.

Adapun perkataan I Dukuh Emas,
kalau sudah sama-sama cinta,
dia tidak banyak bicara,
pokoknya dia menyerahkan,
kalau sudah,
cocok bagimu menerimanya.
dia sudah setuju bersama,
sekarang terserah padamu."

I Mudalara mendengarkan,
didengar suara ibunya sungguh manis,
bagaikan kebanjiran madu,
seperti menemukan sorga,
sehingga bahagia,
pikirannya berlebih-lebihan.
bagaikan kehujanan air kehidupan.

29