Kaca:Geguritan Sewagati.pdf/70

Kaca puniki kavalidasi

sedek ngerateng dipaon,
biang deriki pang becik,
ajak mantune bagus sugih,
da jua ngibukang Ni Ketut,
ia ajak tiang mamasa,
eda ngitung,
jani tuyuh padidian.

196. I Dukuh Emas empuang,
laut manyemak sok nasi,
epot masagi padidian,
kakocor pada isin,
caratan sampun madaging,
payuk jukut damping ditu,
dane masagi duang dulang,
dane masagi duang dulang,
sampun puput,
tumuli dane ngandika.

197. Gede rarisang madaar.
ajak sametone sami,
I Mudalara angucap,
sandikang biang titiang ngiring,
tumuli katur sami,
I Dukuh Emas amuwus,
rarisang gusti madaar,
bisaang ragane deriki,
sampun kimud,
idepang ragane jumah.

sedang memasak di dapur,
"Baik-baiklah ibu bekerja di sini,
bersama menantu ibu yang ganteng dan kaya,
jangan memanggil Ni Ketut,
dia saya ajak mababasan*),
jangan memikirkan,
sekarang repot sendirian.

I Dukuh Emas sibuk,
lalu mengambil bakul nasi,
repot menghidangkan sendirian,
tabung minum telah diisi,
cerek juga telah berisi,
periuk sayur-sayuran didamping di sana,
beliau menghidangkan dua dulang **)
setelah lengkap menghidangkan,
telah selesai.
lalu dia berkata.

"Gede silakan makan,
ajak saudara-saudaranya semua,"
I Mudalara berkata,
"Sekehendak ibu saya menurut".
lalu dipersilakan semua,
I Dukuh Emas berkata,
"Silakan anak-anak makan,
biasakan dirimu di sini,
jangan malu-malu,
anggaplah rumah sendiri."



  • ) mababasan = suatu tradisi sastra di Bali yang seorang membaca syair sambil berlagu dan seorang lagi menterjemahkan sambil menjelaskan jalan cerita dalam syair tersebut.
    • ) dulang = tempat alas makan orang Bali.

69