Kaca:Geguritan Sewagati Analisis Struktur & Fungsi.pdf/32

Kaca puniki kavalidasi

Bait (I) berakhir dengan bunyi /i/,
Bait (2) berakhir dengan bunyi /i/ ,
Bait (3) berakhir dengan bunyi /i/ ,
Bait (4) berakhir dengan bunyi /o/,
Bait (5) beral<hir dengan bunyi /i/,
Bait (6) berakhir dengan bunyi /u/,
Bait (7) beral<hir dengan bunyi /i/ ,
Bait (8) berakhir dengan bunyi /u/,
Bait (9) berakhir dengan bunyi /a/,
Bait (10) berakhir dengan bunyi /i/ ,
Bait (II) berakhir dengan bunyi /a/ ,
Bait (12) berakhir dengan bunyi /i/.


Pemakaian banyaknya suku kata dalam tiap-tiap baris tidak menimbulkan masalah karena ada beberapa kata yang terdiri atas saru suku kata dapat dibaca menjadi dua suku kala , r1ua suku kata dap at dibaca menjadi tiga suku kata, atau sebaliknya kala v.lng terdiri atas dua suku kata dapat dibaca menjadi satu suku kata dan r1.lpat yang terdiri atas tiga suku kata dapat dibaca menjadi dua suku kal" . Hal iru dilakukan bergantung pada keperluan pada lingsa, kalau peril! lebih panjang lagi satu suku kata dapat ditambah atau sebaliknya. Ptn;lIllbahan atau pengurangan suku kata tersebut tidal< menimbulkan perbtd".111 maima. Misalnya:

Kata luh dapat menjadi eluh maknanya 'wanita'
Kata lwih dapat menjadi lewih". maknanya ' luhur'
Kata ngrawit dapat menjadi ngarawit, maimanya 'tentang bentuk alis'
Kata rwara dapat mtnjadi tuara , maknanya 'tiada'
Kata tiang dapat menjadi titiang , maimanya 'saya'
Kata banten dapat menajdi bebanten, maimanya 'sesaJen'

Untuk memenuhi persyaratan hunyi akhir dari setiap baris, penga­
rang dapat memainkan kata-kata tallpa mengubah maima. Hal itu dapat
dilihat pada kata Tanjungsari pada hait nomor (2) baris kedua dan kata
Tanjungsekar pada bait nomor (7) baris ketujuh.

21