Kaca:KAJIAN NILAI GEGURITAN CUPAK GERANTANG.pdf/175

Kaca puniki kavalidasi

166

Cerita geguritan Cupak dan Gerantang tersebut menceritakan latar di desa Majalangu yang termasuk daerah Majapahit pada jaman dahulu. Di sana hidup keluarga Men Bekung bersama suami Pak Bekung. Mereka hidup dalam suasana kemisk inan dan tidak beranak. Keadaan yang menderita itu tidak menyebabkan surutnya mereka berdoa kepada Tuhan untuk memohon berkatnya. Atas ketaatan atau ketakwaan yang lugu itu mereka kemudian berhasil punya anak laki-laki kembar dan hidupnya berubah menjadi bahagia. Latar Majalangu itu berkembang ke latar kerjaan Kediri lalu terus ke kerajaan Gerobag Besi. Sebelum mencapai kerajaan-kerajaan tersebut terlebih dahulu melalui latar-latar kecil seperti tengah hutan yang angker, pendukuhan tempat Dukuh Setting, baru sampai di istana Kediri, dari Kediri pergi ke tempat goa I Benaru. Dari sini I Cupak kembali ke istana lagi tetapi I Gerantang tinggal di rumah Pan Bekung nelayan bersama Men Bekung penjual bunga. Waktu I Gerantang dijemput dibawa ke istana Kediri, lalu I Cupak dengan malu meninggalkan Kediri mengembara lagi dan tiba di kerajaan Gerobag Besi. Di sini dia pergi ke bukit tempat I Garuda memangsa manusia dan binatang. Setelah berhasil membunuh I Garuda kemudian dia bertapa di puncak gunung Mahameru.


Karena perbedaan yang bertolak belakang lahir maupun batin antara I Cupak dan I Gerantang itu pengarang gampang menyusun konflik cerita sehingga cerita mudah berkembang dengan peristiwa-peristiwa atau insiden dan latar yang berbeda yang dititipi dengan amanat atau pesan oleh pengarangnya. Perasaan iri hati I Cupak dengan fitnahnya menyebabkan I Gerantang meninggalkan rumah. Dalam perjalanan membuang diri tibalah dia di dalam hutan yang suasananya sunyi sepi. Pada suatu tebing ada air terjun dan sungai gemuruh di bawahnya. Deru air terjun bersama gemuruhnya aliran sungai membuai hati I Gerantang yang bersedih untuk segera menghabisi nyawanya. Namun insiden ini tidak segera diselesaikan oleh pengarang karena sentakan jeritan I Cupak yang datang menyadarkan diri I Gerantang. Lukisan latar yang demikian ini sung-