Kaca:KAJIAN NILAI GEGURITAN CUPAK GERANTANG.pdf/184

Kaca puniki kavalidasi

dan dia yang menjadi pahlawannya. Seharusnya memang begitulah seorang raja yang menguasai negeri memberikan contoh teladan yang dapat dipakai cermin akan kesetiaannya terhadap sabdanya, raja yang berjiwa besar. Panutan inilah yang diamanatkan oleh pengarang supaya negeri adil makmur di bawah pemerintahannya.


Tokoh I Cupak yang jahat itu setelah I Gerantang dijemput oleh raja Kediri dari rumah Men Bekung penjual bunga lalu dinikahkan dengan putri beliau sekaligus dinobatkan menjadi raja Kediri, lalu I Cupak minggat dari Kediri karena hatinya mulai terbuka, dia menjadi malu, menyesal, mera sa bersalah, sudah banyak berbuat dosa. Mulai saat itu I Cupak hatinya mulai sadar dia akan merubah jalan hidupnya. Apa yang telah dilaksanakan, diperbuat oleh I Gerantang, itu akan dipaka inya pedoman, cermin hati, untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bermoral, pengabidan, malahan sampai bertapa pun dijalankannya. memang bertekad untuk memperbaiki dirinya, bertobat untuk menebus do sa-dosanya. I Cupak yang menjadi pemuda saleh, mengabdi di kerajaan Gerobag Besi, lalu berperang melawan I Garuda dan berhasil, akhirnya bertapa di gunung Matemeru untuk mohon kepada Dewata, Tuhan yang Pengasih merubah dirinya yang buruk itu dikabulkan, berubahlah I Cupak menjadi tampan. Penyesalan atau rasa berdosa dan mau bertobat sebagai akibat dari perbuatan yang keliru juga dirasakan oleh Pan Bekung dan Men Bekung ketika menyiksa dan mengusir I Gerantang karena fitnah I Cupak. Setelah I Cupak membuka kartu bahwa omongannya itu palsu belaka maka Pan Bekung dan Men Bekung menangis menyesali dirinya, mereka bertobat telah berlaku kasar kepada orang baik yang tak bersalah, kurang periksa dan mawas diri. Hampir sama masalahnya dengan Tuan Putri kerajaan Gerobag Besi merasa bersalah dan lalu bertobat ketika selesai bermimpi bahwa I Cupak datang dengan wajah tampan. Bersalah karena tidak tahu membalas budi bagi orang yang telah berjasa menyelamatkan nyawanya. Kemudian dia dengan setia menantikan I Cupak yang sedang bertapa. Hal itu dipakai alat oleh pengarang