Kaca:KAJIAN NILAI GEGURITAN CUPAK GERANTANG.pdf/31

Kaca puniki kavalidasi

22


tan masih kaceritanan,

I Gerantang walinin sambung,

tengah alas padidian,

sedih kingking,

majalan sok matindakan.


42. Tiba maring pinggir luah,

toyane agung tan dugi,

bilang samping taru arob,

suaran toyane makung,

ebune katon paslingkad,

mangresresin,

yen rasayang pasar tonya.


43. Tan pisan jerih I Gerantang,

suka rasa manyeburin

mangda kedikan kalaran,

saget paceburan kapangguh,

makuug ngasorang ombak,

lintang iding,

I Gerantang raris marariyan.


44. Sedek kangen maring manah,

jeritan jadma piragi,

samer antuk kaauran,

kerugan toya macebur,

sayan Jami janten terang,

kapiragi,

"Duh dija adi magenah.


selanjutnya tak diceritakan,

lalu I Gerantang kembali diceritakan,

dalam hutan sendirian,

sedih merana,

berjalan tanpa tujuan.


Tiba di tepi sebuah sungai,

airnya besar sekali,

setiap pinggirnya pohon besar rimbun,

suara air gemuruh,

batang suluran terlihat saling berbelit,

menakutkan,

terbayang seperti pasar dedemit.


Sama sekali tidak takut I Gerantang,

rasanya mau terjun,

supaya lebih singkat menderita,

tiba-tiba tempat air terjun ditemukan,

gemuruh suaranya mengalahkan ombak,

sangat curam,

I Gerantang lalu berhenti.


Sedang sedih dalam hati,

teriakan orang terdengar,

kurang jelas karena berbaur,

gemuruhnya air terjun,

semakin lama tambah jelas didengar,

"Duhai, di mana adik berada.