Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/109

Kaca puniki kavalidasi

98

BUAH SUMAGANE KUNING-KUNING

Kehidupan sepasang suami-istri dengan seorang anaknya yang menetap
pada sebuah gubuk di suatu perkebunan jeruk; tampak sangat tenteram dan
serasi. Kedamaian keluarga kecil ini tampak semakin nyata, tercermin lewat
kepolosan prinsip-prinsip hidup dari kepala keluarganya seorang bersifat
pendiam tamatan sekolah lanjutan atas bernama Made Susanta.

Idealisme yang tinggi dari tokoh Made Susanta membangun desanya,
diawali dari keinginannya membangun sebuah sumur yang sudah lama
didambakan untuk kesejahteraan desanya sendiri. Motivasi yang kuat pada
diri si tokoh utama ini, dilandasi oleh keinginan agar desanya yang kering
dan tandus itu tidak lagi semata-mata hanya menggantungkan diri pada
datangnya musim penghijau yang jatuh setiap tahun sekali.

Selain tujuan memperoleh air guna mengairi ladang dan perkebunan
jeruk yang ada di daerah mereka, diharapkan kelak dengan adanya sumur
itu, kesehatan penduduk semakin terjamin karena anggota masyarakat desa
akan bebas memanfaatkan air sumur itu demi kepentingan keluarga mereka
sehari-hari.

Sebagaimana galibnya hakikat hidup, setiap usaha ke arah kebaikan tentu
tidak sedikit mengalami rintangan-rintangan. Demikian pula itikad baik
Made Susanta hendak membangun desanya melalui penggalian sumur itu,
tidak luput dari cemoohan dan fitnahan-fitnahan sebagian penduduk desa.
Sebenarnya ketidaksetujuan sebagian penduduk desa akan ide-ide Made
Susanta, tidak lain akibat hasutan dari seorang yang sangat benci terhadap
diri Made Susanta. Timbulnya benih kebencian ini, semata-mata akibat
kalah bersaing dalam merebut hati seorang gadis bernama Putu Suasti yang
kini telah menjadi istri Made Susanta.

Made Murka, demikian nama tokoh antagonis dalam novel ini, berulang
kali menfitnah dan hendak mencelakakan keluarga Made Susanta, tetapi
usahanya itu selalu kandas akibat kebijaksanaan diri Made Susanta sendiri.
Di lain pihak, karena Made Susanta diketahui sebagai seorang pemuda
yang jujur dan tekun, ia pun mendapat simpati dari pemuda desanya.

Akhirnya, kedengkian hati tokoh Made Murka terhadap Made Susanta
mencapai puncaknya. Ia berhasil menghimpun beberapa kawannya men­-
datangi rumah keluarga Made Susanta pada malam hari. Maksudnya untuk
mengancam dan mengusir Made Susanta dari desa itu.