36
Nanging jani pemuda Indonesia tusing dadi keto buin, raga pemuda In-
donesia ane nyetusang Sumpah Pemuda dugas tahun 1928. Jani suba
nampi gumi merdeka, nampi bangsa sane bersatu ngudiang mabalik
buin, makotak-kotakan... pokokne ane ada pemuda Indonesia tusing
buin ada pemuda Bali, pemuda Sulawesi, pemuda Jawa, pemuda Suma-
tra, ane ada tuah abesik pemuda Indonesia ane gati nguangun bangsa
apang makmur di mani puane. (Lan Jani, hal. 31-32).
'Tetapi sekarang pemuda Indonesia janganlah seperti itu lagi; kita pe-
muda Indonesia yang menentukan Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Sekarang sudah menerima negara merdeka, menerima bangsa yang
bersatu janganlah terpecah-pecah lagi; yang ada hanya pemuda Indo-
nesia bukan pemuda Bali, pemuda Sulawesi, pemuda Jawa, pemuda
Sumatra; yang ada hanya satu pemuda Indonesia yang segera memba-
ngun bangsa yang adil dan makmur.' (Lan Jani, hal. 31-32).
Sesuai dengan kehidupan masyarakat Bali, yang sangat percaya kepada karampala, dalam novel Lan Jani hukum itu juga terjadi atas diri Wayan Sarka.
3.2.3 Alur Novel Buah Sumagane Kuning-kuning
Novel ketiga yang akan dibicarakan di bawah ini berjudul Buah
Sumagane Kuning-kuning karangan Tri Jayendra. Made Susanta, seorang
pemuda desa tamatan sekolah lanjutan atas, sudah seminggu berbaring
dalam keadaan sakit keras. Usaha istrinya yang bernama Putu Suasti
mengajak berobat ke puskesmas tidak berhasil. Made Susanta berusaha
menggunakan obat-obat tradisional yang sudah ada.
Ketekunan Made Susanta dalam mengatasi penyakitnya dengan obat-obat
tradisional itu berhasil memulihkan kesehatannya. Dalam keadaan badan
yang masih agak lemah, Made Susanta mencoba membuatkan anaknya
permainan dalam bentuk wayang. Melalui bentuk wayang, Gatutkaca, itu
Made Susanta mencoba menasihati anaknya agar kemudian anak itu dapat
memiliki sifat-sifat seperti tokoh wayang itu.
Pada suatu pagi Putu Suasti pulang dari pasar dengan perasaan kecewa.
Berbagai pembicaraan telah didengarnya di pasar sehubungan dengan
pendirian suaminya. Dikatakan orang bahwa suaminya adalah penyebar
malapetaka, sumber kejahatan, sumber kekacauan, menentang pembangunan
dan sebagainya. Dengan demikian, sudah sewajarnya jika Made Susanta
menderita penyakit keras karena ia telah dikutuk oleh Tuhan dan roh
halus. Fitnahan itu bersumber dari pelanggaran yang dilakukan oleh Made