Paparikan Lawe
[ 1 ]TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM
PAPARIKAN LAWE
ALIH AKSARA DAN ALIH BAHASA
I Made Sudiarga
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta
1999
DAN DAERAH-JAKARTA
TAHUN 1998/1999
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
Pemimpin Bagian Proyek: Dra. Atika Sja'rani
Bendahara Bagian Proyek: Ciptodigiyarto
Sekretaris Bagian Proyek
- Drs. B. Trisman. M. Hum.
Staf Bagian Proyek: Sujatmo
Sunarto Rudy
Budiyono
Sarnata
Ahmad Lesteluhu
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak
dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit,
kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel
atau karangan ilmiah.
ii
KATA PENGANTAR
Masalah kesusastraan, khususnya sastra daerah dan sastra Indonesia, merupakan masalah kebudayaan nasional yang perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan berencana. Sastra daerah dan sastra Indonesia itu merupakan warisan budaya yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Dalam sastra daerah dan sastra Indonesia terkandung nilai-nilai budaya yang tinggi. Nilai-nilai yang terkandung dalam sastra daerah dan sastra Indonesia itu akan sirna ditelan kemajuan zaman jika tidak dibudayakan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menjaga agar nilai-nilai tersebut tetap hidup di bumi pertiwi.
Sehubungan dengan itu, sangat tepat kiranya usaha Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Bagian Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta berupaya melestarikan nilai-nilai dalam sastra itu melalui kegiatan pengolahan yang meliputi pengalihaksaraan dan penerjemahan sastra berbahasa daerah.
Pelestarian sastra daerah perlu dilakukan karena upaya itu bukan hanya sekadar menyediakan sarana untuk memperluas wawasan kita terhadap sastra dan budaya masyarakat daerah bersangkutan, melainkan juga akan memperkaya khazanah sastra dan budaya Indonesia. Dengan demikian, hal itu dapat dipandang sebagai upaya membuka dialog antarbudaya dan antardaerah yang memungkinkan sastra daerah berfungsi sebagai salah satu alat bantu dalam usaha mewujudkan manusia yang berwawasan keindonesiaan. [ 4 ]Buku yang berjudul Paparikan Lawe merupakan karya sastra Indonesia lama yang berbahasa Bali. Pengalihaksaraan dan penerjemahannya dilakukan oleh I Made Sudiarga, sedangkan penyuntingan dikerjakan oleh Dra. Atisah.
Mudah-mudahan buku ini dapat dimanfaatkan dalam upaya pembinaan dan pengembangan sastra Indonesia.
Jakarta, Januari 1999
Kepala Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa
Dr. Hasan Alwi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya alih aksara dan alih bahasa "Peparikan Lawe" dapat diselesaikan sesuai dengan alokasi waktu yang telah direncanakan. Alih aksara dan alih bahasa ini dilakukan untuk pelestarian sastra tradisional Bali.
Dalam menyelesaikan alih aksara dan alih bahasa ini penulis mengalami banyak hambatan. Kesulitan yang muncul antara lain, sukarnya mendapatkan naskah, adanya bentuk huruf Bali yang sangat mirip di dalam naskah, dan sukarnya mengungkapkan makna yang sepadan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut akhirnya dapat diatasi. Untuk itu, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Drs. I Nyoman Sulaga, M.S., Kepala Balai Penelitian Bahasa Denpasar, yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melaksanakan alih aksara dan alih bahasa "Peparikan Lawe";
2. karyawan Perpustakaan Balai Penelitian Bahasa Denpasar yang telah membantu penulis dalam peminjaman buku sehingga alih aksara dan alih bahasa ini terwujud; dan
3. teman sejawat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan masukan yang berharga bagi penulis untuk menyelesaikan kegiatan ini. [ 6 ]Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil kegiatan ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya tulisan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan positif bagi pelestarian dan pengembangan sastra tradisional Bali.
Denpasar
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR..................................................iii
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................v
DAFTAR ISI......................................................vii
BAB I PENDAHULUAN................................................1
BAB II ISI RINGKAS PEPARIKAN LAWE................................7
BAB III PAPARIKAN LAWE ALIH BAHASA DAN
ALIH AKSARA....................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................375
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Kata peparikan berasal dari kata parik yang berarti 'sadur' dan mendapat konfiks [pe--an] yang berarti 'saduran'. Peparikan Lawe merupakan salah satu cipta sastra Bali tradisional yang ditransformasikan
dari Kidung Lawe. Kidung Lawe merupakan karya sastra sejarah yang mencerminkan kehidupan masyarakat pada zamannya, yang patut dipetik hikmahnya (Warna dkk. 1995:vii). Penyaduran Kidung Lawe dengan menggunakan bahasa Bali dimaksudkan agar masyarakat Bali, khususnya, mudah memahami, menikmati, dan memetik nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Peparikan Lawe mempunyai kedudukan dan fungsi yang cukup penting dalam masyarakat Bali karena keterkaitannya dengan aspek sosial budaya dan agama Hindu. Peparikan Lawe, berfungsi sebagai sarana hiburan, biasanya dibacakan dan dilagukan pada waktu senggang atau ketika menjaga mayat di rumah duka. Gubahan Peparikan Lawe dapat berfungsi sebagai sarana pendidikan moral karena mengandung nilai budaya yang luhur yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pertunjukan rakyat Peparikan Lawe dinyanyikan sebagai pelengkap dan sebagai media komunikasi. Peparikan Lawe kerap kali ditafsirkan sebagai cita-cita pendidikan dan kesempurnaan hidup kemasyarakatan yang harmonis. [ 10 ]Peparikan Lawe mendapat perhatian masyarakat Bali yang cukup tinggi. Hal itu terbukti dari seringnya peparikan itu dibacakan dalam berbagai kesempatan mabebasan. Naskah Peparikan Lawe disimpan di berbagai perpustakaan, antara lain, di Perpustakaan Lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar, di Kantor Dokumentasi Budaya Bali, Denpasar, di Gedong Kirtya Singaraja, dan di rumah penduduk, sebagai koleksi pribadi.
Teks Peparikan Lawe harus diselamatkan dan dilestarikan sebelum naskahnya rusak. Usaha penyelamatannya tidak cukup dengan menyimpan naskah tersebut di perpustakaan, tetapi yang lebih penting lagi ialah menelitinya dari berbagai aspek, misalnya, dari aspek kebahasaan dan kesastraan. Usaha melestarikan Peparikan Lawe lewat alih bahasa dan alih aksara mempunyai peran yang cukup besar dalam menumbuhkan etos kejuangan di bidang sosial budaya. Sebagaimana kita sadari bahwa tuntutan zaman sekarang mengarah kepada pola kehidupan modern yang diwarnai oleh pergeseran tata nilai budaya bangsa yang tidak sesuai dengan yang telah terpatri di dalam cipta sastra tradisional. Alih bahasa dan alih aksara ini cukup penting artinya bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan Bali karena gubahan ini merupakan salah satu unsur budaya yang sangat sarat dengan nilai rohaniah, estetika, dan nilai religi yang universal. Aset budaya itu mempunyai relevansi dan urgensi yang tinggi bagi proses pembangunan dalam memasuki era industrialisasi dan globalisasi.
Alih bahasa dan alih aksara Peparikan Lawe bertujuan membantu pemerintah dalam menyukseskan program pelestarian kebudayaan daerah dan memberikan masukan bagi program pengajaran bahasa dan sastra daerah Bali yang menjadi bagian kurikulum muatan lokal. Di samping itu, usaha ini bertujuan untuk menyediakan bahan pengisi dan pelengkap dalam usaha menciptakan minat baca dan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra yang masih dirasa sangat terbatas.
Alih bahasa atau terjemahan merupakan penggantian naskah bahasa [ 11 ]sumber dengan naskah bahasa sasaran yang berpadanan . Terjemahan merupakan penggantian tata bahasa dan kosa kat a bahasa sumber dengan tata bahasa dan kosa kata bahasa sasaran yang berpadanan yang berakibat penggantian grafologi dan fonologi bahasa sumber dengan grafologi dan fonologi bahasa sasaran yang tidak berpadanan (Catford, dalam Bagus, 1983 :70). Terjemahan yang dilakukan di sini adalah terjemahan Peparikan Lawe yang berbahasa Bali ke dalam bahasa Indonesia. Dalam menerjemahkan peparikan itu penulis berusaha menterjemahkan kata demi kata dalam setiap baris, di samping itu dilakukan pula terjemahan bebas terutama dalam menerjemahkan istilah teknis yang berhubungan dengan aspek sosial budaya dan agama, seperti prabu, ksatria, galungan, dan dauh siki. Istilah-istilah itu diterjemahkan sedemikian rupa.
Alih aksara atau transliterasi dalam kegiatan ini dilakukan dengan mengganti huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Djamaris, 1977:29). Dalam kegiatan ini naskah Peparikan Lawe yang berhuruf Bali dialihaksarakan ke dalam huruf Latin. Pengalihaksaraannya berpedoman pada Ejaan Bahasa Bali yang Disempurnakan (1975), Kamus Bali--Indonesia (Warna dkk. 1991 ), Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993), dan Pasang Aksara Basa Bali (Simpen, 1987). Padanan huruf Bali dalam huruf Latin adalah sebagai berikut.
ha, na, ca, ra, ka : a na ca ra ka
ga, ta, ma, ṅa, ba: ga ta ma nga ba
sa, wa, la: sa wa La
pa, da, ja, ya, ña: pa da ja ya nya
Pangangge swara meliputi :
᭡: a, i :i, ᭣: uu, ᭢:e, ᭢....᭡ :o [ 12 ]4
Bentuk gabungan konsonan yang menunjukkan ciri bahasa lama (bahasa Kawi dan bahasa Sanskerta) tetap dipertahankan agar keaslian teks tetap terjaga. Bentuk gabungan konsonan itu adalah bh dalam kata prabhu ' raja' dh dalam kata dharmadhyaksa 'kepala urusan agama' gh dalam kata gharapami 'istri sah ' ph dalam kata phalguna 'bulan ke-8 ', ' Arjuna' dan th dalam kata thaniwisaya 'daerah pedesaan'.
Teks Peparikan Lawe ditransliterasikan ke dalam huruf Latin bait demi bait, berdasarkan jumlah baris teks yang disesuaikan dengan konvensi pupuh. Kaidah pupuh itu meliputi banyaknya baris dalam tiap tiap bait (pada lingsa), jumlah suku kata pada tiap-tiap baris (guru wilang), dan bunyi akhir pada tiap-tiap baris (swara) (Suastika, 1996; 310-312).
Penerapan Ejaan Bahasa Bali yang Disempurnakan yang berkaitan dengan penulisan suku kata dan hubungannya dengan penghitungan jumlah guru wilang adalah sebagai berikut.
1. Bentukan yang dianggap satu suku kata ditulis dengan konstruksi kvv (konsonan-vokal-vokal).
Contoh:
Ramia, sadia, dan satwa. Bentukan itu berasal dari ardasuara nania 'semi vokal' yang dinyatakan dengan ia dan ardasuara suku kembung yang dinyatakan dengan ua (Hasil-hasil Lokakarya penyusunan Ejaan Bahasa Bali dnegan Huruf Latin, cf. Ejaan Bahasa Bali yang Disempurnakan, 1975). Contoh kasus ini antara lain sebagai berikut.
kakia dapat juga ditulis kakya 'ikan hiu' biuha dapat juga ditulis byuha 'siasat perang' buwat dapat juga ditulis bwat 'berat', 'pekerjaan', 'hasil'.
Penulis memilih bentuk kedua yaitu, kakya, byuha, dan bwat dalam [ 13 ]5
transliterasi karena bentuk itu dianggap paling sesuai dengan tradisi teks yang berbahasa Kawi-Bali.
2 . Apabila penyair menginginkan agar dua vokal yang berurutan itu dipandang sebagai satu suku kata, biasanya huruf i diganti dengan huruf y atau huruf uw diganti menjadi w. Contoh: kania 'istri' (3 suku kata), kanya 'istri '(2 suku kata), malia 'karangan' (3 suku kata), malya 'karangan' (2 suku kata), buwana 'dunia'(3 suku kata), bwana 'dunia' (2 suku kata),
Untuk memudahkan pembacaan, dalam transliterasi ini ditambahkan nomor urut pupuh sesuai dengan jumlah pupuh (bait) dalam teks dan nomor halaman naskah, secara berurut, yang diikuti huruf a atau b (karena tiap halaman naskah terdiri atas dua sisi). Penggatian nomor halaman ditandai dengan dua garis miring (// ). Huruf kapital di pakai pada setiap huruf pertama nama diri dan sapaan. Huruf rangkap yang mengiringi huruf r hanya ditulis sebuah. Hal itu dilakukan karena huruf rangkap itu tidak menunjukkan ciri-ciri bahasa lama.
Contoh: sarwi > < bukan > < sarwwi karya > < bukan > < karyya durma > < bukan > < durmma. Naskah Peparikan Lawe yang ditransliterasikan berupa naskah lontar koleksi Kantor Dokumentasi Budaya Bali, Denpasar. Naskah tersebut berukuran panjang 40 cm dan lebar 3,5 cm yang terdiri atas 128 lembar. [ 14 ]6
Setiap lembar naskah ditulisi bolak-balik, terdiri atas empat baris yang
berjejer ke bawah. Dalam tiap-tiap halaman naskah tercantum nomor
halaman. Keadaan naskah cukup baik. Teks ditulis dengan huruf Bali,
tulisannya jelas dan mudah dibaca. Naskah dijepit dengan kayu dan diikat
BAB II
ISI RINGKAS
PEPARIKAN LAWE
Raden Wijaya, sebagai putra mahkota, dijodohkan dengan kedua putri Raja Kertanegara di Tumapel. Sang Raja juga mengirimkan ekspedisi ke Melayu untuk memaksa Raja Melayu supaya menyerahkan kedua putrinya, Dara Petak dan Dara Jingga, menjadi istri putra mahkota. Mpu Raganata memperingatkan Raja Kertanegara agar melindungi kerajaan dengan pasukan yang cukup kuat sebab Jayakatwang sudah lama tidak pernah datang berbakti dan telah menyusun pasukan, tetapi peringatan itu diabaikan oleh sang Raja.
Pasukan yang melakukan ekspedisi ke Melayu bertolak dari Tuban. Arya Wiraraja, adipati Madura, ingin membalas dendam. Ia melihat adanya kesempatan yang baik sebab Tumapel tidak dijaga oleh pasukan yang kuat. Ia mengutus Wirondaya ke Daha untuk menghasut Jayakatwang agar melakukan pemberontakan. Setelah mendapat nasihat dari para patihnya, Raja Jayakatwang memutuskan menyerang Tumapel dari dua arah.
Raden Wijaya menghadapi serangan pasukan Daha di utara. Ia berhasil mematahkan serangan itu, tetapi pasukan Daha yang menyerang dari arah selatan telah menewaskan Raja Kerta Negara sebelum Raden Wijaya menyusul ke istana Tumapel. Raden Wijaya berusaha merebut [ 16 ]8
keraton Tumapel, tetapi pertempuran tidak seimbang sehingga ia terpaksa menyelamatkan diri. Dalam penempuran itu ia hanya berhasil merebut salah seorang kekasihnya dari pihak musuh.
Raden Wijaya berlindung di Madura dan di sana ia menunggu saat yang baik untuk melakukan balasan, menyerang Daha. Atas anjuran Wijaya, adipati Madura, Raden Wijaya kembali ke Tumapel dan tunduk kepada Raja Jayakatwang sambil meminta tanah Trik kepadanya. Rangga Lawe diutus untuk memberitahukan kepada Raja Jayakatwang mengenai kedatangan Raden Wijaya. Permohonan Raden Wijaya dikabulkan oleh sang Raja, kemudian di Trik Raden Wijaya mendirikan istana Kerajaan Majapahit.
Rangga Lawe mengusulkan supaya menyerang Daha secara terbuka. Serangan itu dilancarkan setelah mendapat bantuan dari Tatar dan Madura. Terjadilah pertempuran yang sengit. Korban berguguran di kedua belah pihak. Dalam penempuran itu Raja Jayakatwang tertawan. Setelah pasukan Daha dapat dikalahkan, perang berkecamuk lagi antara pasukan Majapahit dan Tatar. Dalam penempuran itu Raja Tatar gugur di medan laga. Setelah mencapai kemenangan, Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja di Majapahit. Upacara pernikahannya dengan kedua putri Raja Kertanegara dan kedua putri Raja Melayu dilangsungkan dengan pemimpin upacara Bhagawan Santasmerti.
Pada masa pemerintahan Raden Wijaya jabatan dibagi-bagikan kepada para pejuang yang telah berjasa dalam mendirikan dan mempertahankan Kerajaan Majapahit. Rangga Lawe diangkat menjadi panglima, kemudian menjadi adipati Tuban. Ia berkesal hati setelah Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit. Rangga Lawe memberontak karena dia tidak diangkat menjadi patih Majapahit. Yang memegang jabatan patih adalah Nambi. Pusat pemberontakannya di Tuban.
Pertempuran sengit terjadi ketika Rangga Lawe berhadapan muka dengan Kebo Anabrang. Pada pertempuran pertama Rangga Lawe berhasil mengalahkan pasukan Majapahit, tetapi pada penempuran [ 17 ]9
berikutnya Rangga Lawe terdesak. Ia dibunuh oleh Kebo Anabrang. Ketika Lembu Sora tiba di medan laga dan melihat Rangga Lawe telah terbunuh, ia dilanda rasa marah dan sedih sehingga ia membunuh Kebo
Anabrang. [ 18 ]BAB III
PAPARIKAN LAWE
ALIH BAHASA DAN ALIH AKSARA
1b //Mudah-mudahan tidak ada halangan
1. iseng mengubah cerita
berlagu Durma
katanya Jawa dan Bali konon
tersebutlah raja yang bandel
dan banyak tingkah
di Tumapel bertahta disebut-
sebut
Raden Kertanegari
2. gelarnya dulu ketika raja
masih muda
mempunyai adik dua orang
wanita cantik kembar
umurnya masih muda bentuk
perawakannya manis
Raden Wijaya ditolak
memperistri
1b //Awighnawastu
1. iseng marik satwa tembangin
ban Dhurma,
katanya Jawa Bali mipit ane
kocap ratu pengkung
brekapak
di Tumapel mengagungin
kasambat-sambat
Raden Kertanagari
2. pasengane malu duke raja
putra
ngelah rai kakalih
istri ayu kembar tuwuhe kari
bajang langa paawakan
manis
Raden wijaya kapancal
ngangge rabi
10
11
3. tiada lain adik sepupu
maharaja itu yang diharapkan
sebagai pelindung dunia bagi
seluruh rakyat tinggal berdua
Raden Wijaya bersifat seperti
bulan
4. Maharaja selalu merasakan
perasaan panas membara
tidak pernah merasakan
kesejukan berpikir di hadapan
rakyat semua
menyembunyikan perasaan
yang menyedihkan tidak
tampak di hadapan orang
banyak karena berciri Siwa
Budha asalnya
5. orang kepercayaan beliau
bernama Mpu Raganatha abdi
yang sudah tua
2a //beliau pintar dan bijaksana
mengerti tentang ajaran
agama
hampir setiap hari
memberikan laporan
agar mendapat kebajikan
dengan perasaan yang tulus
3. prennah rai mingkalih sang
prabu tan lyan punika ne
kastiti
angayubin jagat ban panjake
makejang mapuri sareng
kakalih raden Wijaya
maraga kadi sasih
4. saksat surya sang prabhu
kbus satata
twara taen ngetisin
kneh kadhanang panjak
ngulebang samadhana
nedhana sdhane kapandi
sangkan maparab Siwa
Budha asalin
5. piandele maadan Mpuu
Raganhata mapatih suba
lingsir
2a // ririh bwin prajnan,
nawang ucapan sastra
sabran ngaturang pakeling
mangde kadharman
dropon kahyune mari [ 20 ]12
6. dijadikan pedoman dalam
cerita "Singgalanggala"
raja bertahta dulu
Sri Laksmi Kirana
dan Sri Cayapurusa
bersama-sama dalam satu
rumah demikianlah setiap hari
sebagai cermin
7. tidak dibenarkan oleh maha
raja Siwa Budha
mengabaikan kebajikan
makanya timbul suatu
keributan
tingkah laku yang baik
dilaksanakan
lalu diambil seketika
Mpu Raganatha
diperhentikan menjadi abdi
8. kemudian diganti oleh I Kbo
Ngah
dan I Panjya sendiri
memimpin negara
jadi Mpu Raganatha
bersedia sebagai bawahannya
akhirnya muncul bencana
tahta maha raja menjadi
goyah
6. kairasang di satwan
Singgalanggala
prabu jumneng riin
Sri Laksmi Kirana
mwah Sri Cayapursa
mapunduh sareng apuri,
punika sabran,
kaange patueling
7.tan kapatut baan prabhu
Siwa Budha
angkarane ngabanin
sangkan ngaro-hara
pagrawose jalanang
jag kajabutan prejani
Mpu Raganatha
suud dadi papatih
8. kagentosin raris ban I Kbo
Ngah
mwah I Panjya ngraganin
matihin nagara
dadi Mpu Raganatha
kapisara manjaksain
kaaduk tora
linggih sang prabhu gunjih [ 21 ]13
9. tidak pernah henti-hentinya
ada keributan
salah sedikit mengakibatkan kematian
ada seseorang kehilangan
bernama I Nayangkara
di sana melibatkan prajurit
pergi berperang
ke Melayu untuk pertama kali
10. orang Tumapel kebanyakan berjalan
2b. yang masih di rumah //
hanya sedikit
I Mahisa Nengah
mengantar hanya sampai di Tuban
dan I Sanjya sendiri sudah kembali
sampai di negerinya
11. tidak tulus mengantar
maharaja bersenang-senang
mengikuti yang bukan di senangi
siang malam mabuk mabukan
mengikuti hawa nafsu
kebencian bermusuhan dilupakan
9. twara sud manibakang
pamidanda
salah akikit mati
ada kailangang
maadan I Nayangkara
ditu nyalanang prajurit
lwas masiyat
ka Malayu ngendonin
10. wwang Tumapele lyunan ne
majalan
2b. ne enu jumah-//akikit
I Mahisa Nengah
ngateh batek di Tuban
miwah I Sanjaya ngragani
suba matulak
tkede di nagari
11. tan sah ngiring sang
prabhu malalataran
nuukin sing dmenin
pteng lmah punyah
ngamongmongin indriya
senghite masatru lali [ 22 ]14
di Kerajaan Dha terbukti dari dulu
12. Maharaja Siwa Budha tidak pernah mempermasalahkan musuh yang sering mengintip kalau berpedoman pada kesalahpahaman yang dulu itu sekarang terungkap lagi didasari mabuk-mabukan kesusahan tidak dihiraukan
13. ada seorang abdi diumpamakan seperti Buyut Nangka I Banyak Widedadi ia diberi kedudukan bernama Arya Wiraja namun seperti disangksikan berjauhan tinggal dan dia jadi tertindih
14. letaknya di Sumenep di sebelah timur Madura lama rnenarik sudah tujuh belas hari merasa-rasakan di hati
3a. dan // belum dikenali I Wiraraja berguncang
ring prabhu Dha
mabukti saking riin
12. Prabhu Siwwa Budha tong taen ngrawosang musuhe sai ngintip dening makamulan lawas nglah patungkas ento jani kawawonin katungkul punyah pakeweh tandusin
13. ada panjak kahawatang Buyut Nangka I Banyak Widhedadi ia kaicaan legak madan Aryya Wiraja nghing buka kasangsain kajohang mumah tur hya dadi tatindih
14. Di Sumenep mapjang dangin Madura maklo nyumaiid bu pitulas dina mangrasa-rasa di ati
3a. ba- //ne kajroang I Wiraraja gUnjit [ 23 ]15
15. mencari sampai ke Kerajaan Daha Raja Daha menyanggupi bergantian melaksanakan ustusan datang bersamaan Raden Arya di sana lalu membalas ke Kerajaan Daha lewat surat
16. demikianlah maksud hamba
Baginda Raja diumpamakan seperti berburu di hutan musimmya sekarang mengizinkan kalau keinginan mengusir semburlah cepat dengan apa misalnya
17. Di ladang yang lebat alang- alang tidak sedikit tumbuh-tumbuhan berduri telah mati di hutan yang terang pangkal kayu diratakan gumpalan tanah sedikit jurang dan sungai dangkal tidak menyulitkan
15.Ngalih kanti macacaluhan ka Dha Prabhu Dha nyanggupin magilir nyalanang utusan maimbengan Raden Arya ditu raris masasipatan ka Dha baan tulis
16. padagingan ingggih Ratu atur tityang cokor ratu upami
maburu ring alas masane mangkin nyandang
yan pakahyunan ngulahin gbur glisang mengpeng slaparanin
17. ring tgale bet arang ambengan langah bun dwi tlas lisik
ring alase galang twed kayune papar gaumuka kidik-kidik pangkung lyon lukad daken boya ngewhin [ 24 ]16
18. walaupun ada kerbau sapi
dan rusa
musimnya dia memetik
kejar perlahan-lahan
akhirnya mereka habis
telapi harimau tua masih
Mpu Raganata si tua bungkuk
19. selesai membicarakan Raja Jayanata gembira berkata siapa disini kerabat kita
3b. pukul kentongan//cepatlah menunggu gempuran sekarang I Pangkuh cepat-cepat I Cenggrongbang membantunya
20. memukul kentongan lak henti-hentinya senjata berserakan ada yang berteriak menyerang dengan dahsyatnya di ruang rapat berhadapan Raja senang menyaksikan situasi demikian
18. yadin wenten kbo banteng
mwah manjangan
masan ipun ngepukin
uber gamol pisan
nanipi ipun telas
nghing macane guhguh kari
Mpu Raganatha
i twa bungkut caplis
19. usane mamawos Prabhu Jayanatha egar ngandika glis enyen dini braya 3b. tpak kulkule-// enggal ngantyang magabug jani
I Pangkuh enggal I Cenggrongbhang marengin
20. Manteg kulkul psu bulus twara pgat sikep tka paindi ada ane gewar ngredeg magagliyuran
di balebange katangkil sang prabhu enak
ngaksi tbengan tilib [ 25 ]17
21. kemudian memberi tahu
para nabi
dengarkan semuanya
tentara kerajaan juga
sering bersamaan
menyampaikan sembah
raja yang diharapkan
sekarang
berjalan pelan-pelan
Tumapel bangkitlah
22. perjalanan seseorang seperti
melelahkan
malam-malam mencari
tempat persembunyi
kepala desa juga
jangan membawa tempat
duduk
tunggul gamelan sepi
supaya tidak diketahui
perbuatan supaya
dirahasiakan
23. nari bersama-sama menadah
menyembah tangan di atas
kening
I Mantri Winotan
raja di Kerajaan Daha belum
berpakaian
21. laut ngandikain para
bahudanda
ne padingehang munyi
punggawane padha
mepes mabriyuk nyumbah
mantri piandele jani
majalan rista
Tumapel angkatin
22. Pajalan rewange pang cara
mbaranang
mamteng ngalih silib
prebkele padha
eda ngaba tgakan
tunggal tatabuhan nyepi
pang da kaciryyan
tingkahe mangda singid
23. jalan bareng pada nampa
tadah
nyumbah maatur kning
I Mantri Winotan
ratu durung Dha nyandang [ 26 ]18
Baginda Raja berjalan
dengan kedudukan
itulah namanya kekuatan
24. I Mundarang menyembah
dengan seksama
biarkanlah hamba
4 a jalan- // kan secara
perlahan-lahan
sepertinya tak terkalahkan
Kerajaan Tumapel bagaikan
ketela pohon
perkiraan hamba
Raja menjawab dengan
senangnya
25. kalau sudah begitu begini
juga boleh Mundarang
perjalanan kamu bagi
senjata disiapkan
perlahan-lahan dari arah
utara
suara gong bersamaan
26. I Dolog I Prutung dan I
Penjoksaang
I Kangkung I Kampinis
mereka ikut mempersiapkan
itu dia supaya diakui
cokor i dewa mamarggi
antuk pangkatan
sikep punika nyapi
24. I Mundarang nyumbah
matur sumakuta
banggayang tityang ugi
4 a margi - // yang ngarista
masate boya kandap
Tumapele pakusawit
manahang tityang
sang prabhu tyang nyaurin
25. yen twah keto kene ban
dadi Mundarang
pajalane dum cai
sikepe sregepang
bane ngrista uli kaja
gong tunggul tambur
mbarengin
26. I Dolog I Prutung mwah I
Penjoksaang
I Kangkung I Kampinis
ya bareng nabdabang
nto ya apang lunnanga [ 27 ]19
oleh temannya yang
mengaku sebagai gusti
supaya berkeliaran
pada saat musuh datang
27. apabila suasana sudah ramai
bersoraklah
perang beradu senapan
kamu Mundarang
I Tambole berdosa
Prabongkara mengikuti
serang bersama-sama
tetapi bresembunyi dulu
di tempat persembunyian
28. seseorang pamitan
bersama abdi raja
Raja masuk istana
setelah sampai di jalan
tanpa sepengetahuan
seseorang merusak desa
senjata manusia dari
4 b. kerajaan Daha // bersinar
hampir-hampir
sebelah utara Kerajaan
Tumapel lenyap
29. banyak manusia pendatang
yang melawan
terluka juga meninggal
ban rwange akunya gusti
mangde rantaban
musuhe ngameswin
27. yen twah rame suba
adamheng surak
syat mecuhcuh bedil
ne cai Mundarang
hya I Tambole dosa
Prabongkara manututin
amuk briyukang
nghing mongkeb malu
nyingid
28. sang kautus mapamit
tkaning panjak
sang prabhu ka jro puri
tan kocap di jalan
nyalubsub ngawug desa
4 b. sikep wwang Dahane //
nglindih
padas-padasan
dajan Tumapel bresih
29. Lyu janma kajarah ada
manglawan
matatu ada mati [ 28 ]20
pindah ke suatu tempat
ada yang mengungsi ke
hutan
bersembunyi di tempat yang
aman
senjatanya terkumpul
beristirahat di Mamling
30. segera dipersembahkan pada
Raja Siwa Budha
karena musuh mendatangi
menggempur dari Kerajaan
Daha
Raja Jayanata
berhenti sementara di
Mamling
sembarangan
musuhnya diserahkan semua
31. sepertinya tidak beralasan
jawabannya
ah pastilah kita dilindungi
sekarang
Raja Jayanata
memiliki akal yang tajam
sudah sejak dulu menjalin
hubungan baik
saling mengasihi
saling mempercayai
larud ka nagara
ada ngbet mangalas
mengkeb di srimbito simbit
sikepe ngrista
mareren di Mamling
30. enggal katur tken Prabhu
Siwwa Buddha
baan musuh nekain
ngebug uli Dha
sang Prabhu Jayanatha
majanggelan di Mamling
susumbar-sumbar
satrune kalur sami
31. buka twara nggego pasaure
ampah
ah masate bur jani
Prabhu Jayanatha
nglah pangrawos cidra
dening lawas suba kasih
padha pitrsua
saling andel makilit [ 29 ]21
32. tiba-tiba banyak orang datang berduyun-duyun membawa luka berlari banyak membawa bekal menggendong cucu dan anak semua ribut sambil menangis ada yang berpegangan membawa kuda dan sapi
33. betapa kagetnya Raja Siwa Budha melihat apabila kekhawatiran timbul Raden Brawijaya penyambutan secepatnya dilaksanakan pengikut sekelompok prajurit 5a. yang//diandalkan ikhlas menyerahkan jiwa raga
34. perjalanannya ke utara tergesa-gesa sudah sampai di Mamling panjang apabila diceritakan peperangan menyerukan apalagi di Tumapel' Sri Siwa Budha masih bersenang-senang
32. saget muug janma tka mausungan ngaba tatu malaib lyu magagrandutan nyingal cucu len panak padha endeh muug ngling
ada ane nandan ngaba jaran mwah sapi
33. kagyat kahyu Prabhu Siwwa Buddha nyingak doning nggego mangraris Raden Brawijaya glis kamargyang nyagjag
pangiring soroh prajurit
5a. ka // kumandelang lagas matalang urip
34. Pajalane ngajanang magagancangan sampun nicap Mamling lantang yen satwayang siyate maudkan di Tumapel kocap malih Sri Siwwa Buddha masukan-masukan kari [ 30 ]22
35. tak henti-hentinya bercanda
dirasakan berulang-ulang
bergantian menelan
musuhnya tidak dihiraukan
yang datang dari selatan mengelabui
mengamuk serang menyerang
Raja Tumapel tewas
36. sekelompok prajurit luka berat
ada yang bingung sambil berlari
keinginan untuk menyampaikan
perjalanannya secepatnya
tak diceritakan dalam perjalanan
setelah berperang
sampailah di Mamling
37. Raden Bagus sedang
mengumpulkan prajurit
yang lainnya telah meninggal
di sana disampaikan
kakak beliau telah tewas
kena musibah di istana
35. twara suud rawose ma gagonjakan
kcapan saddha titir
matimbal clegekan
musuhe sing da ngehang
ne uli klod ngibulin
ngamuk mrejaya
Prabhu Tumapel mati
36. roban parekane dekdek
makatu rusak
ada sisu malaib
praya nguningayang
pajalane gagancangan
tan kacarita di marggi
sasuwud syat
tkanya di Mamling
Raden Bagus sdekan
nambunang panjak
sakarine mati
ditu kaaturang
rakan i ratu lina
kni kasingse ring puri [ 31 ]23
Raja sangat kaget
sebelumnya
38. datanglah musuh memaksa
mengamuk
Patih Panji datang dengan cepat
juga I Patih Jaksa
prajurit semua telah siap
ketika menghadap raja
senang sekali rasanya
asyiknya bukan main
5 b.39. // tak terpikirkan oleh
akal yang dalam kedatangan musuhnya
musuh mengagetkan
istana itu lalu dikurung
semua menteri bertahan
di tempat sidang istana
I Kebo Nengah
rusak tanpa perlawanan
40. di sana istana diserbu dan kalah
demikian pula yang berada di luar
sang Prabhu kagyat
i ratu ituni
38. rawuh satru ngamuk sami
sahasa
Patih Panji raga gelis
kalih I Patih Jaksa
panjake sami sayaga
sang prabhu nuju ka tangkil
malalagaran
enake tan sinipi
5 b 39 // tan minahe parawuh
satrune nyidre
nangkejutang mangranjing
purine kabuntah
premantrine sami tlas
saking bancingah nanggenin
I Kbo Nngah
rusak tan pangundili
40. irika kaawug purine kalah
sajroning jaba klilih [ 32 ]24
kewalahan diinjak-injak musuh yang banyak komandan bersiap-siap yang disebut sebagai kepala putih Mudarang lain lagi menteri Kediri
41. I Bungalan I Misa Wila lungan bersama I Kebo Jering I Kebo Siluman I Mahisa Taluktak I Caluk I Kebo Teki I Kanigara I Mahisa Sapati
42. I Rabowong dan I Buba balman I Lipung I Kadingding I Mudo I Ngasah I Katengeng I Lobhar I Tumenggung Parungsari I Drawalika keturunan I Bhuta Wilis
43. sendirian dia sebagai pengendali I Ralengsong I Semi I Rangga palana ijak mseh katah pangintero madabdab yan ta kocap ne manjerin Patih Mundarang lyan mantri Kadri
41. I Bungalan I Misa Wila lungan sareng I Kba Jering I Kbo Siluman I Mahisa Taluktak I Caluk I Kbo Tki I Kanigara I Mahisa Sapati I Rabawong Kalih I Bubabalman I Lipung I Kadingding I Mudo I Ngasah I Katengeng I Lobhar I Tumenggung Parungsari I Drawalika yos I Bhutha Wilis
43. praragane ndewekin sikep punika I Ralengsong I Smi
I Rangga Palana [ 33 ]25
I Pasung I Wirada
I Janur I Rangga Sunti
I Rangga Mayang
I Rabete I Sumki
44. itu yang disombongkan di
medan perang
mendapat kesempatan
dengan tipuan
Raden Brawijaya
jawabannya tidak
menyusahkan
ah pada waktu keadaan
seperti ini kakak
benar wafat
di mana jalannya musuh lari
45. sebab setiap ia datang ke
sini sudah habis
tidak dapat dihitung
para juru penggawa
menteri Daha rusak
I Prutung I Durga Pinis
I Pencoksaang
I Liking Kangkung mati
46. ada lagi I Ngelog I Jaran
Guyang
terluka dan kalah
dikejar hilang
menghindar ke utara
I Pasung I Wiradha
I Janur I Rangga Sunti
I Rangga Mayang
I Rabhethe I Sumki
44. punika kasasusu mbarang
ring payuddhan
palih singsenlanin
Raden Brewijaya
sahure tan sumengka
ah dikenene i bli
saja ndewattha
ngken ambah musuh lib
45. dening asing majog mai
suba enya
twara bakat ptekin
premanca punggawa
mantri Dahane rusak
I Prutung I Durggha Pinis
I Pencoksaang
I Lihang Kangkung mati
46. ada bwin, Ngelog I Jaran
Guyang
pada matatu lilih
katarugtug ilang
pakiles ngajanang [ 34 ]26
tidak berani menoleh
sebabnya
di mana jalan untuk
mencegat
47. laporan yang lain lagi
menjelaskan
musuh yang datang diam-
diam
datang dari selatan
dengan berahasia dia
mencari jalan
bercampur lalu mengungsi
dapat sampai di daerah
menuju ke Singasari
48. prajurit itu berjalan diam-
diam
berusaha untuk tidak
diketahui
semua berjalan kaki tidak
ada yang berkendaraan
gong dan bendera semua
tidak ada
sampai di desa
seperti sudah pasti berjanji
6b.49. bersamaan gong se // marak
dan bersorak
gong bersahutan dengan
senjata api
metelihan twara bani
sakakarana
ngken ambaha ngibulin
47. bwin atur nekanyeyan
mradata
musuhe ne nyilib
uli klod tka
maringping ngalih ambah
dilawor lawat angungsi
siddha bhawanna
tiba ka Singhasari
48. Angkatane sasepen di jalan
syep mangalih silib
padha nampak tanah
twarada matgakan
gong tunggul makjang
tked di desa
ambul masamaya pasti
6b.49. mabriyuk gong a //
ngkabhang masurak
bende matimbal bedil [ 35 ]27
peperangan itu berputar
bumi seperti terbelah
tidak ada yang datang
kemari
inilah suatu tanda
diri hamba terluka
50. Raden Bagus tercengang
melihat tanda
ya memang sungguh-
sungguh benar
ada bekas luka
lalu memperhatikan
memanggil para menteri
segera
lalu berunding
kembali ke kota
51. jawaban para menteri semua
menyetujui
pulang dari Mamling
kembali ke kota
berjalan tergesa-gesa
setibanya di kota
berkeinginan utnuk berusaha
lalu tercegat dan terdesak
52. rakyat diobrak-abrik musuh
yang
yudane maudran
gumine kadi engkang
tan wenten rawuh iriki
puniki cihna
dewek tityange kanin
50. Raden Bagus caneg
manyingakin cihna
ih pasaja twah gati
ada tampak syat
ditu lawut ngidhpang
ngesengin premantri glis
mararawosan
nulakin ka nagari
51. atur para mantrine carem
ngiringang
budal saking Mamling
mantuk ke nagara
mamarggi gaglisan
sarawuhe di nagari
mnkayun ngulah
dadi kadrang katindih
52. kaulah kaamuk ban satru
28
seperti kekuatan pasukan
Daha
api yang sedang berkobar
ditimbun dengan ilalang
I Mundarang mengikuti
jejaknya
Raden Wijaya
menghindar menuju ke
sawah
53. anggota para kebo
menyerang dengan bersorak
bersamaan menembak
terus-menerus tidak putus-
putus
I Mahisa Mundarang
Raden Wijaya yang di
usahakan
memaksa menusuk
Raden Wijaya menepis
7a 54. mem // balas melempar
dengan lumpur
menyembur mengenai lagi
I Patih Mundarang
dada dan mukanya kena
dilempar lalu tersandung di
sawah
menghindar dengan cepat
sikep Dahane kadi
api mengpeng muntab
pulangin ban ambengan
I Mundarang ngtut buri
Raden Wijaya
makiles ngungsi carik
53. prarangga prakbone
ngungseng masurak
kucup mabriyuk medil
titir twara pgat
I Mahisa Mundarang
Raden Wijaya kapindrih
numbak sahasa
Raden Wijaya nangkis
7a 54. ngwa // les namlag ban
buug jenggalayan
muncrat ngeniyang malih
I Patih Mundarang
rangkah mowane kna
kadempal kasandut carik
makiles enggal [ 37 ]29
mudah-mudahan tidak berbahaya
55. tidak akan dapat dibantah dalam pertempuran hanya dilindungi oleh Tuhan di sana lalu terpisah peperangan jadi terhalang Raden Bagus semakin marah ingin bersama-sama dengan para mantri seluruhnya
56. karena sudah mendapat hadiah dia bersuka ria bangkit dan terus melacak I Sora I Medang yang menjadi penggeraknya bersama I Wagal I Pagon bersama I Dangding sama-sama ganas para menterinya mengikuti dari belakang
57. I Nambi I Kapuk lainnya I Kapetengan dan I Waragatii serta I Pamandana
de bhaya dewwa luwih
55. twara sdheng bakal pa phalin masiyat twah kaamong ban Widdhi ditu laut piyak syate payu malang Raden Bagus sayan sengit kayun mapisan mwah premantrine sami
56. bane suba kadhadharan sangkan cingkrak bangun ngulah-ngulihin I Sera I Mdang mucukin mwah I Wagal I Pagen bareng I Dang ding paturu ganal pramantrine mungkurin
57. I Nambi I Kapuk Iyan I Kaptengan miwah I Wiragali
Iyan I pamandana [ 38 ]30
sepertinya I Wiro
pikirannya semua dendam
I Sorandaka
dengan sopan menyembah
58. mohon paduka ikut bersama-
sama berusaha mengusir
mungpung ada kesempatan
untuk kita laksanakan
barangkali silau
pikiran musuh yang banyak
karena takut mendahului
Raden Wijaya
sambil beliau menjawab
55. mari bapak // ikut bersama-
sama
masih hidup apa yang dilihat
lebih baik mati
siapa yang mampu lama
akan malu
seluruh menteri berjingkrak
menghunus keris
mari hamba yang membela
60. seandainya tidak habis
musuh itu seluruhnya
pada waktu malam di
seorang lagi
hadiah tersebut
I Wiro makadinya
knehnyane padha sengit
I Sorandaka
mepes matur ngabakti
58. nunas ratu ngiring sareng-
sareng ngulah
mungpung slaparanin
manawi ulapan
manah satrune karah
dening ajrih ngalbonin
Raden Wijaya/
sambil ida nyaurin
7b 59. jalan bapa padha //
saareng bareng mara
nu idup apa telih
suka pisan rusak
nyen mampuh awet morang
sapramantrine padingkrik
nnglus kadutan
nunas tityang mbelanin
60. yan tau butnas satru
punika sadana
wngine amuk malih
paica punika [ 39 ]31
sekarang permohonan
hamba
di peperangan kematian
sama-sama rakyat
berjanji tidak akan gentar
61. rakyat Daha sudah
merasakan semua sama-
sama lalai
sisa musuh yang mati
sudah tidak dijaga
terbuat karena makanan dan
minuman
seperti tidak ada yang
menyusahkan
bersenang-senang
rame saling bersendagurau
62. terkejut mengetahui musuh
sama-sama menembak
ingat membalasnya juga
melempar dengan kepala
nasi
menusuk dengan sate
batang bambu bekas
memasak daging
terlambat dia berbuat
terdesak lalu digebug
dengan bantal guling
ne mangkin atur tityang
ring payudan antuk pati
panjake padha
masgup twara piid
61. Wwang Dahano suba
ngrasa padha ampah
sisan musuhe mali
twara da kajaga
kalungkul nginem ngamah
buka tong ada ngwehin
masukan-sukan
rame saling genjakin
62. tangkejut ngantenang
masuh padha manumbak
nget ngwalewang masih
nyabat ban kepalan
nbek ban jajatah
timbungan anggo gagitik
sepan matingkah
kaplak nujah ban gagu
lingan [ 40 ]32
63. I Sora I Pagon dan I Wagal
mengamuk
I Medang dan I Dangding
bagaikan gajah yang mabuk
tak terkendali merusak hutan
rakyat Daha itu semua
bercerai berani kalah
banyak tinggal mati
para menteri yang menahan
8a 64. // I Taluktak I Siluman I
Bungalan
I Pasung I Kebo Jering
I Basah I Lobar
I Ralengse maju
mengelak dan menangkis
memutar papan penangkis
perisai keris
65. ramai saling dorong saling
tekan
keris panah dan bedil
selesai dipakai menyabet
perang saling tusuk
bergulat saling tekan
banyak dapat membunuh
I Pagon itulah prajurit sejati
66. I Basah I Lebar I Kebo
Bungalan
63. I Sora I Pagon ngamuk
mwah I Wagal
I Mdhang lan I Dhang ding
mirib gajah punyah
krura mbuhutang alas
wwang Dahana sambeh
lilih
pacogceg rusak
pramantrine nanggenin
8a 64. // I Taluktak I Siluman I
Bungalan
I Pasung I Kbo Jring
I Basa I Lobar
I Ralengso ngarepang
klad-klid pati tangkis
nguyengang dadap
tamyang sangkut paresi
65. rames nyorong-kasorong
saling tindihang
sangkut panah len bedil
suud maembatang
syat macuhcuh kadutan
maruket saling asmin
lyu micundang
I Pagon twah prajurit
66. I Basah I Lobar I Kbo
33
diserobot bersama mati
I Rangsong mati
oleh I Misa Wagal
I Maadang merusak I Joring
dan I Siluman
mati oleh I Dangding
67. I Sorabu datang dilawan
bergantian
oleh musuh yang menduduki
kuar tidak apa-apa
I Taluktak dijambak
lehernya dijepit
sambil menarik
I Ranggapasu mati
68. I Taluktak dicekok mati
tergiat-giat
musuhnya cerai-berai kalah
mayat berserakan
soraknyha bergemuruh
dari halaman istana menari-
nari
Patih Mundarang
dan para menterinya semua
69. I Sapateh I Caluk I
Wilalungan
kapuuk bareng mati
I Rangsong rusak
baan I Misa Wagal
Mdhang ngrusak I Jring
mwah I Siluman
rusak baan I Dangding
67. I Sorabu majog katimbal
gintiyang
ban musuhe negakin
tguh twara klas
I Taluktak kajmak
baeng nyane kasalpit
sambil angumad
I Ranggapasu mati
68. I Taluklak kackuk mati
mangejat
musuhe kbun lilih
bangkene pasantal
surake matulwan
uli bancingah padingkrik
Pateh Mundarang
mwah pramantrine sami
69. I Sapaceh I Caluk
34
8 b. // lagi kembali menekan
dan I Baleman
rakyat Tumapel kalah
tidak dapat berkutik lagi
cepat mereka maju
para menterinya mengikuti
dari belakang
70. situasi pertempuran saling
sorak
senjata api ramai saling
bertubi-tubi
entah berapakah yang rusak
rakyat Daha banyak yang
mati
terdesak kedua-duanya
Patih Mundarang
perang itu makin reda
71. karena repot membawa
emas perak dan bermacam-
macam kekayaan
dan dua orang putri
sudah diculik
dikejar lalu diusir
oleh rakyat Tumapel yang
lari dengan kencang
jadi terhalang
malam tiba yang melerai
8b // bwin mabalik nindih
miwah I Baleman
wwang Tumapele kandap
tong maan malkah bwih
enggal ngarepang
premantrine mungkurin
70. pacpuk siyato nyurak
kasurakan
bdil rame makilit
yen akuda rusak
wwang Dahane pajempang
kasrengsengan makalih
patih Mundarang
syato ngundur-undurin
71. Dening rembat ngaba
soroh raja brana
miwah putri kakalih
suba kakilesang
katarugtug kaulah
ban wang Tumapel bintit
jadi kapyalang
ptong tko manyapih [ 43 ]35
72. mengungsi prajurit Daha itu dari kota jalannya sangat tergesa-gesa keluar dari daerah lalu membangun perkemahan para menteri berpencar semuanya berjauh-jauhan dinasihati supaya berhati-hati
73. karena sisa musuh itu masih bersenjata pasti lagi menyulitkan bila kurang berhati-hati itu sebabnya harus sembunyi-sembunyi penyelidik itu jangan sampai ketahuan ceritakan sudah kira-kira tengah malam
74. Raden Wijaya memerintah
9 a kepada Paman So // ra mari kita mengamuk sekarang musuh itu seruduk demikian kala I Sora tergesa-gesa menjawab
72. larud sikep Dahano uli nagara lakunya masasig ka jabaning jbag nangunang papondokan promantrino mapencar sami maejoh-ejohan kasisesed nangarin
73. dening sisan musuhe magagaman janten bwin ngewehin yen kwang luriksa sangka pada pang yatna tatlika eda mari ucapan suba inganan tngah wngi
74. Raden Wijaya ngandha
9 a bapa so // ra jalan amuk ne jani musuhe srundupang ngiring atur I Sora akaptengan nyaurin [ 44 ]36
hamba mohon segera menidurkan
75. kemudian tak kelihatan lagi huru-hara tersebut karena rakyat masih sedikit bisa dihitung Raden bagus mengangguk kemudian segera mengambil sikap musuh semuanya tertidur lelap sekali
76. satu pun tidak ada yang melek dilindungi dengan kekuatan doanya suka kelihatan berperang kewalahan mereka tadi rakyat Tumapel menyerang serbu menyerbut rakyat Daha banyak yang mati
77. ada sebuah patung berdiri dan duduk datang membisu dan termenung I Sunaya terjaga musuh tahu karena memiliki akal yang tajam mamitang tityang ngalkas nyanyirepin
75. raris parag sing tampek amuk prejaya reh kawulane kari kdik kni winilang Raden Bagus manggutan laut mara ngalkasin musuhe pada pules leplep pageris
76. besik-besik twara da-ada nu ngdhat kaprat ban matra siddhi lud tampak masyat katandes ya itunyan wwang Tumapele nyeegin ecoh manyahcah wwang Dahane lyu mati
77. ada mirib togog bangun negak bgong tka mamendil I Sunaya ngdat tangeh musuhe cidre [ 45 ]37
bingung mengambil tanah itu merupakan penangkalnya sebab musuh sangat kuat
78. ditaburkan para menteri rakyat semuanya tak sadarkan diri setelah bingung bingung bangun mengambil sesuatu senjata berserakan saling tebas dan saling tangkis terdengar bunyi-bunyian
9 b tak menentu diha // dapi
79. gelap gulita tak tahu lawan dan teman kadang-kadang teman ditusuk dengan tombak musuh menyerang dengan tombak berteriak saling tanya ada yang secepatnya menjawab menunggu serangan diikat dan dijepit
sisu nyangkop bhuk mandrain nto pamunahan japan musuhe siddhi
78. kasambehin pramantrine panjake pada ten inget suud paling gewar bangun nyemak gagaman mabyayuwan patitetek patitangkis makakretakan
9 b tanikarwan are // pin
79. Pteng ibur yen kon musuh yen kon timpal saget timpal tumbakin musuhe manumbak saling rakonin gewar ada ngenggalang nyaurin ngantyang matadah kajepit [ 46 ]38
80. makin dikurung oleh Raden Wijaya menyerang dan kalah I Bowo mengusirnya dan I Munya mendekati I Janur menyerang secara diam-diam menerjang dengan tombak I Wiragati mati
81. I Wiro I Nambi I Kapetengan mencabik-cabik mengamuk datang menyerang rakyat Daha berserakan tak menentu larinya tunggang-langgang musuh berangsur mati
82. Kedua adik Raja Siwa Budha yang akan dijadikan istri oleh Raden Wijaya keduanya diambil sekarang musuh pada kalah yang paling bungsu ketinggalan kemudian cepat berlari
80. sayan katungseh baan Raden Wijaya buud kapuuk lilih I Bowo ngulahang I Muna nesekang I Janur nlep caliring ngalongsor numbak I Waragati mati
81. I Wiro I Nambhi I Kaptengan gdet mangubas-abis ngamuk tka nyempal wwang Dahane pasantal pagrudug sambeh malaib kaburu sambrag musuhe sisan mati
82. malih reke rain Prabhu Siwa Buddha ne pacang kangge rabi ban Raden Wijaya makadadwa kajarah ne jani musuhe lilih nene alitan kcag enggal malaib [ 47 ]39
83. menuju tempat perkemahan rakyat Daha terkucil ini bekas berjaga
10 a api // nya menyala Raden Wijaya mencoba siap dengan senjata dikatakan musuhnya masih
84. tampak terlihat adiknya yang lebih tua dalam keadaan bersembunyi dipeluk dan dicium ditangisi dan diasuh aduh permata hatiku telah tiada raja hambamu ini
85. sudah merupakan kehendak dari Yang di Atas menjalankan I Manik dan diajak pergi mengembara ke hutan terasa sekarang sekalian mati bersamaan mendapat musibah
86. I Gajah Pagon berpikir negatif setelah mendengarkan
83. ngungsi labunan di wwang Dahane ngancil ne pcak majaga
10 a api // ne dumilah Raden Wijaya maranin saha sanjata kasengguh satru kari
84. dadi kacingak rainene duuran mengkeb sirep mapugling kasaup kaaras katangisi kaemban duh urip tityange manik sampun tan patma ratu tityang ununi
85. panyampolih dewa widhi wantah icca ngamargyang I Manik bakal ajal lwas ngambar ka gunung alas namasandraka ne mangkin pisanan rusak nunas sareng ngmasin
86. I Gajah Pagon ngres idepe ningohang [ 48 ]40
bagaikan diiris-iris perlahan mendesah Yang Mulia hambamu ini dari raut wajah mencerminkan kurang berbakti belum terbukti mati tak sempat bertanya
87. Raden Bagus sinis melihat I Sora bagaimana sikap kita selanjutnya pastilah menemui jalan keluarnya dia yang paling bungsu I Sora berkata dengan sopan janganlah Raja menyembunyikan sekarang
88. apalagi beliau adik Raja yang paling sulung sudah bisa
10 b //ditemukan kalau sedang berbuat pastilah lelah melakukan pekerjaan yang tidak nyata rakyat itu dilihat datang paling belakang akhirnya mati
ambulan iis-iis ndowos madkesan Ratu puniki tityang rupa kadi kirang bhakti durung macihna padhem luwih takenin
87. Raden Bagus mingis tur nulih I Sora kenken ulahang bwin sinya siddha bakat i yadi ne crikan I Sora maatur bhakti sampunang ratu bas mapi sane mangkin
88. malih ida rain i ratu luhuran sampun siddha
10 b // kapanggih yen malih ngulahang janten lesu niskaryya kaula punika aksi kakaren rusak [ 49 ]41
sisanya masih sedikit
89. siap sekali adik beliau yang paling bungsu sampai ditemukan jalan yang sia-sia andaikan hamba sebagai laron melompati api tak ada beban mengamuk seenaknya
90. seperti yang terkandung dalam Adiparwa perang raksasa dulu saling menjalankan kehendak sendiri bisa dijadikan contoh juga pernah menghilang itu benar sekali tidak pernah hamba menghalangi
91. hamba mohon cepatlah kembali Raden Bagus kemudian pulang paling belakang semua pengikut telah pergi adik beliau dijaga secara bergilir ke utara jauh sekali kidik sisane kari
89. sadya pisan rain i ratu alitan gantas kni kapanggih jalane tan sadya turahang tityang saksat dadalu nyeburin api tan wonten nyandang ngamuk nglaluwang pati
90. kadi ucapan Adiparwwa punika' yudan detyane riin nggasundo pasunda nyandang anutin pisan talerke makawon pulih te bueh saja sing dha tyang mengkungin
91. nunas Ratu kilesin glis ang budal Raden Bagus tumuli budal ngapungkurang sairingan tlasan raine kemban magilir ngajanang sawat [ 50 ]42
perjalanannya makin malam
92. senang sekali I Patih Mundarang diangkat musuh dikembalikan kekualan telah tersedia disertai dengan gegambelan I Munyeng I Tawilis yang lain I Parna I Kadingding sebagai pelopor
11 a 93 Perjalanan // annya pada awal bulan ketiga jauh sekali bertemu Raden Brawijaya di pantai Telaga Pageran diterjang dan diamuk sama-sama melawan para pengikutnya kembali
94. makin dilekan musuh makin bertingkah serang-menyerang sempoyongan ditusuk dengan tombak rambutnya bergerak naik turun Raden Bagus memegang cepat
pamarggine sayan wengi mupu kembang I Patih Mundarang mangkal musuhe katulakin sikep sampuun ngambyar mgong matatabuhan I Muneng I Thawillis lyan I Parnna I Kadingding mucukin
11a 93 Pajal // an ambul baret sasih ketiga dawuh pisan kapanggih Raden Brawijaya dlod telaga pagran kauyeng kaamuk malih pada manglawan iringane mabalik sayan kalandes musuhe sayan ngulah manyingse mancangin jranah-jrunuh katumbak obeke angkab-angkab Raden Bagus ngamel gelis [ 51 ]43
mampu berjalan pelan-pelan dipaksakan
95. apabila tak mampu pasti dihabiskan I Pagen menjawab dengan sopan hamba masih ada yang mulia mampu pelan-pelan Raden Wijaya kemudian menuju ke hutan melewati gunung yang sangat menyulitkan
96. tanpa sepengetahuannya diikuti oleh semua musuh pergi kembali mengungsi di Telaga Pageran Raden Arsa Wijaya juga para menteri semuanya bergantian mengasuhnnya Raden Putri di perjalanan
97. perjalanan secara diam-diam tak menentu arah dan tujuan hutan luas dilewati menemui telaga luas mencucurkan air suci mandi menyucikan diri yang menyusupi
mampuh majalan adeng-adeng nglawanin
95. yen tong mampuh apa anti mapuputan I Pagon saur bhakti kari ratu tityang mampuh adeng-adengan Raden Wijaya tumuli nyusup mangalas ngentas gunung saripit
96. kwang tangseh panrugtug musuhe pada budak tulak mangungsi ka Tlaga Pagran Raden Arsa Wijaya malih pramantrine sami magilir ngemban Raden Putri di marggi
97. pajalane saspen mamurang murang alas linggah kentasin nepukin telaga linggah embutan yeh pawitra mandus mattlah sami sang masusupan [ 52 ]44
10 b bersedia se // bagai
pengikutnya
11 b jinggel sa // ha pangiring [ 53 ]45
Pupuh Sinom
1. Setelah selesai mandi Raden Wijaya duduk di atas batu yang rata bersila berdampingan tan resmi Raden Yayi sebagai istrinya diberikan wewangian pandangan menerawang menunduk sambil berpikir disertai perasaan sendu terisak-isak di pangkuan
2. tiba-liba I Wiro I Sora ikut para menteri semua datang abdinya menyembah aduh ada apa gerangan akibatnya di sini di tengah hutan kusut apabila diterima perkataan hamba ini mohon kejujuran di Sumenep
3. kedatangan Arya Wiraja bermaksud untuk menolong sudah tentu dipenuhi anggaplah tak ada yang ingat
Pupuh Sinom
1. sampune puput masiram Raden Wijaya malinggih di duur batune asah masua aneh sumanding tan sah Raden Yayi isti kaenjuhin spaharum sange nyawatang cingak nguntuk sarwi njwangin sbeng sendu sedah-sedah di pabinan
2. sage I Wiro I Sora bareng prewantri sami Ika parek nyumbah nyumbah duh dewa ratu punapi puarane iriki ring tngah alase semput manawi ta kalinggyan atur liryange puniki nunas jujur Sumenep punika
3. rawuhin Aryya Wiraja arsain pitulung raris janten pisan kadagingan masale tan wenten iling [ 54 ]46
sebab dalam keadaan seperti sekarang menemukan suatu kebahagiaan dan kemewahan kakak beliau tiada lain bermodal dengan hasil Raden Bagus jawaban seperti menentang
4. perkataan ayahnya juga selamat apabila diterima
12 a apabila tidak // siap ditolak sedikit merasakan kecewa tidak akan dibiarkan sekarang senang apabila tiada teringat akan kedamaian karena saudaranya telah tiada akibat perbuatan licik paduka Wiraraja
5. Raja merasa iklas Gusti Arya Wiraraja hamba tak mempercayai raja akan diterima para mantri semuanya semua yang hadir berkata setuju
dening sakadi mangkin manggihin kasukan wibhuh rakan i ratu tan lyan makamulan antuk bhukti Raden Bagus pasaure buka piwal
4. pamunyi bapane pada rahayu lamun katampi
12a di tan// sadyane katulak gigis jngahe tpukin sing dpang pisan jani suka yan ngemasin puput bwin inget santyang krana ndewata i bli saking ekan-ekan Bapa Wiraraja
5. Ratu te masa lalisan Aryya Wiraraja magusti tityang mambeyain i Ratu pacang katampi sampramantrine sami
carem ature mabriyuk [ 55 ]47
Raden Bagus agaknya
menuruti lalu berjalan
Raden Ayu dirangkul lalu
dipangku
6. sudah melewati hutan yang
lebat
semua tergesa-gesa di jalan
setelah sampai di pondok
Pandakan
kemudian istirahat sebentar
Ki buyut Macan Kuping
datang tergesa-gesa
membawa tempayan
berisi air jernih
membersihkan kedua
kakinya
ikut bersama anak istri
semuanya
7. Raden Wijaya dipersilakan
menuju ke ruang sidang
diikuti oleh semua
pengikutnya
seperti Raden Putri
I Buyut Macan Kuping
di sana boliau menginginkan
kelapa muda
anaknya disuruh
Kancil Bang ke sana
silakan pilih
Raden Bagus dadyanya
nuutang raris mamarggi
Raden Ayu kasaup raris
kaemban
6. suba ngliwat alas wayah
pada gageson di marggi
tked di gubug Pandakan
janggel mararyyan tumuli
i buyut Macan Kuping
tka iju ngaba ejun
maisi yeh melah
ngawasuhin padha kalih
bareng milu panak somahe
rantaban
7. Raden Wijaya katuran
kasakneme mangraris
tuting pangiring makjang
makadinya Raden Putri
I Buyut Macan Kuping
ditu kaarsain kuud
panake katundenang
Kancil Bhang kma pilihin [ 56 ]48
12 b // memetik kelapa muda yang masih muda
8. dikerik dengan kuku kemudian dibersihkan kerikan itu diperlihatkan apabila masih utuh dijepit apa maksudnya kamu ke sana cepat-cepat tak lama tiba-tiba datang kelapa muda dipersembahkan kemudian diterima dengan cepat Raja merasa sangat kehausan
9. kelapa muda kemudian dibelah banyak berisi nasi kagum orang melihatnya karena baru pertama kali menyaksikan diduga sangat benar kaget melihat istana Raden Arsa Wijaya halus budi bahasanya Paman Buyut bersedia membantu menerima titipan
12 b // ngalap kuud ne enu nguda-ngudayan
8. krikin ban kuku pdasang krikan nyane balihin yena tileh katepesang ya nguda cirinya cai kma enggal-enggalin tan aswe saget rawuh kuud kaaturallg tumuli katanggap gelis Raden kalih banget marasa kasatan
9. kuud raris kasibak bek maisi nasi putih angob anake ngatenang baane tumben nepukin tatnger lintang bcik kajaran manggih karatun Raden Arsa Wijaya alus waccanane mijil Maman Buyut olas menampi kingsan [ 57 ]49
10. I Pagen hamba tinggalkan ini saudara paman disini dia tidak kuat berjalan raja apabila jadi disini mereka akan tinggal di sini I Pagen rupanya tak bagus biarlah hamba memitanya mengajak di tempat yang tersembunyi hamba yang akan membuatkan- kan rumah di hutan
11. sebab merupakan pemersatu Kerajaan Daha di sini di Tumapel mungkin hamba kesulitan
13 a //kalau ada musuh yang menemukan mereka bersembunyi di sini apalagi untuk makan mereka hamba membawakan setiap hari I Macan Kuping berkata demikian saat itu kemudian bersiap- siap pulang
10. I Pagen kecagang tyang ne nyaman mamane dini ya Mara mampuh majalan raw yall durus iriki ipun magnah iriki I Pagen rupa tan patut banggayang tunas tityang ngajak ring gnahe singid tityang ngaryyanang umah ring kubon alas
11. roh panjait jagat Dhaha ring Tumapele iriki manawi tityang kewhan
13 a // yen wonten satru ma manggih ipun nyinggid iriki kalih antuk tedan ipun tityang maktayang sabran ature I Macan Kuping kapin tuhu raris ma dabdaban budal [ 58 ]50
12. perjalanan dipercepat lewat jalan tersembunyi terhalang oleh sungai kebetUlan ada yang menemukan perahu ditumpangi Tentara Daha menyerbu kembali diceritakan semuanya sudah sampai di kota membawa Putri diambil dari Raja Barana
13. disampaikan kepada Raja Daha bahwa Raja Siwa Budha telah tiada Desa Tumapel kalah di Kerajaan Daha seluruhnya senang karena tak terkalahkan di ceritakan Raden Wijaya berlayar ke arah timur sudah dekat secepatnya turun mendarat
14. masih malam sudah berangkat melalui tengah sawah pematang tidak jelas setiap dituruti makin kecil
12.tindakane gagangsaran mameng mamarggi nyilib kablat baan bangawan katuju wenten memanggih bahita katumpangin sasikep Dahane ngebug satwayang padha budal suba tked dhi nagari ngaba putri jarahan Raja Bharana
13. katur tken Prabhu Dha Prabu Siwa Buddha mati Desa Tumapele kalah di Dha makagumi suka baane mangunggul Raden Wijaya kocap pelayare bneh kangin suba nandes enggal tuunan ka darat
14. nu pteng laut majalan ngambahin di tngah carik punduk-pundukane samar asing tuut sayan erik [ 59 ]51
susah sekali dilewati apabila dipaksakan pasti jatuh musimnya orang menggarap tanah air memenuhi sawah merasa lelah Raden Bagus
13 b // beristirahat
15. duduk tidak ada tempat I Sora kasihan melihatnya telungkup lalu terlentang di sawah tergelincir di sana berdua duduk kedua raja berkerubung saling berpeluk-pelukan menangis tidak tidur-tidur apabila diceritakan makin menangis tersedu- sedu
16. adik beliau diserang kemudian hilang dipanggil-panggil jadi ingat serupa kumbang beterbangan ingin mengisap sari sedih membakar hati aduh jiwa hamba
sengka pisan entasin yan paksayang janten labuh masan anak mamungkah iyehe mbekin carik ngrasa lesu Raden Bagus
13 b // mararryana
15. malinggih teng nghadagnah I Sora kangen ngiwasin makakeb lauta nyempang di carike mangulintik ditu makaron linggih raden kalih makarubung saling glut ngadsah twara sirep-sirep nangis sayan bekut ngurarap masasambatan
16. raine kajarab ilang kadulamo dadi eling ambulan tambulilingan ngriyong mled ngisop sari sdih ngtusang ati duh atman tityange ratu [ 60 ]52
di mana I Mirah mungkin telah mati di mana pun akan dicari
17. kalau begini jadi ikhlas tidak akan dibiarkan hidup siapa mampu berpisah seperti ingin menyakiti semoga Tuhan merestui permata hati hamba ditemukan bisa diajak bersatu baik buruk sehidup semati tersedu-sedu pengikutnya mendengarkan
18. termenung sarna sekali tanpa jawaban angin datang sepoi-sepoi jauh berdesir perlahan-lahan di sebelah barat daya berbunyi kilat menyambar berulang- ulang
14 a tetesan em // bun pagi tampaknya seperti menyesal sedih tiada hentinya menjelang pagi kira-kira mekarnya bunga
kja lakun I Mirah manawi ngmasin pati dija ruruh bakal alih ulah
17. lamun kene dadi elas twara nu kapengen urip enyen mampuh mablasan ibuka mendran nyakilin dumadak ica widhi emas tityange katpuk bakat ajak nunggalang jle mlah idup mati slegat-slegut iringane mandingehang
18. engong pada kamamgan angine tka ngangisirsir greh sawat megat-megat siklod kawuh mamunyi tatit masladet titir
14 a pakritis da// muhe ulung ulat bUka mangenang sungsut sang kapgatan sih ngalemahang sawatara mupuki kembang [ 61 ]53
19. parau bunyi burung merak berkokok ayam berulang- ulang saling bersahutan setiap lingkungan sawah Raden Bagus terbangun segera brangkat ke desa para pengikutnya habis masuk ke suatu desa untuk mengungsi orang suruhannya mengawasi Arya Wiraja
20. utusan beliau cepat dipersembahkan ketika menghadap Raden Arya berada di luar istana Raden Wijaya baru saja bersedia akan menemukan memegang bahu lalu melompat para pengikut semua pulang Raden Arya berdiri kemudian pulang Raden Bagus agak kaget lalu tertegun sendu
21. tengak-tengok menoleh raut wajahnya seperti meringis
19. srak munyin merake ngrak kakruyuk syape litir saling timbal makabkaban bilang gubug-gubug carik Raden Bagus matangi makire ka desa nglawut sairingan telasan ngranjing ka banjar mangungsi mautusan nelikin Aryya Wiraja
20. utusane enggal tulak kaatur sdhek kalangkil Raden Aryya ring banci ngah Raden Wijaya maranin sadya pacang mapanggih bau majog pacaburbur panangkilane budal Raden Aryya bangun mulih caneg sendu Raden Bagus sawang kagyat
21. bngah-bnguh matolihan peukang mimbane ingis [ 62 ]54
Paman Wiro Paman Sora salahkan perkataan kemarin bagaimana menghindari sekarang agar tidak menemui sengsara apabila mengamuk sudah selesai toh bukan dia yang akan merasakan ketakutan dan menunduk
14 b diam I Wiro // I Sora membentak Raden Bagus lalu pergi kembali ke Bancar semuanya terdiam para pengikutnya takut semua diumpamakan seperti tebakan yang meleset tanpa diduga datang dalam kcadaan terluka Raden Arya tersentak istrinya semua mengikuti para pembantu wanita berjalan menatang
23. sedang berludah kuda memerlukan pedati I Wiro I Sora melihat
Bapak Wiro Bapak Sora plihke munyi ibi kudyang ngampigang jani lara merange katpuk yan ngamuk mapuputan dong sing ya kene rasanin keskes nguntuk
14 b mendep I Wiro //I Sora ngambres Raden Bagus budal ka Bancar matulak malih twara ada makrapitia iringane jejeh sami ambul kalumbak plih sagetan mabred rawuh Raden Aryya sagrehan semahe pada nututin pangayah eluh mamarggi matatampayan
23. bwin mapoos duriyan jaran saratin padati I Wiro I Sora malyat [ 63 ]55
lalu tersenyum dan berkata dengan sopan siapa ini yang datang masih banyak jangan terlalu marah salah perkataan hamba kemarin Raden Bagus kaget dan senang melihatnya
24. Raden Arya bingung mendekati menyembah kaki sambil me nang is Yang Mulia terimalah sembah hamba budi pekerti yang dulu menyebabkan begini ditemukan sekarang terus- menerus jangan diragukan lagi barangkali ada anugerah dari Tuhan keburukan itu nanti berbalik menjadi kebaikan
25. terapi Yang Mulia ampunilah hamba terlalu bodoh hamba-Mu di sini
knyem maatur ngabakti sapasira puniki ne kanten abred rawuh sampun bas age menggah sisip atur tiryang ibi Raden Bagus kagyat egar macingakan
24. Raden Aryya sisu nyagjag ngebekin cokor mangling Ratu panembahan tityang kapepakirttine riin ngaryyanang sapuniki kapanggih mangkin mangintu sampun malih nandruhang nawiwonten piccan widdhi dados ayu pawalik kawon punika
25. nanghing ratu gong ampura tambet janmane iriki [ 64 ]56
tidak dapat berbicara dengan sopan membalas pemberian dulu
15 a selesai//berbicara demikian Ni Pinatih mendekat lalu berkata sopan maafkanlah hamba dipersembahkan sirih dan pinang mata berkaca- kaca
26 orang yang melihat merasa terharu berderai air matanya karena menangis Raden Bagus Brawijaya dipersilakan ke iStana Raden Ayu kemudian sudah naik ke kereta perjalanalmya tergesa-gesa semuanya ikut mengantar diramaikan oJeh para hamba perempuan
27. Raden Wijaya diberi tahu berapa sudah menemukan Raden Arya Wiraraja juga para menteri berjaJan
walar siddha maaturan ngwales paiccane riin
15 a nandes sangka // munyinin Ni Pinatih nampokang matur ampura ratU tityang kaaturan canang gadhing jambe arum ngembeng- ngembeng i yeh tinghal
26. ne ngantenang katurutan pacehceh mabuddhi ngling Raden Bagus Bre Wijaya katur budal ka puri Raden Ayu tumuli munggah di kretane sampun pamarggine gaglisan samadhune ditu ngiring ngrempeg liyu sorah isin panjrowwan
27. Raden Wijaya kuturan kuda sampun mamanggihin Raden Aryya Wiraraja mwah pramantrine
mamarggi [ 65 ]57
para pengikut banyak sekali memenuhi jalan yang menonton berkeliaran di pinggir tembok terdiam setiap wilayah seperti dikurung dengan manusia
28. perkataannya sama mengagumkan perasaan tidak biasa melihat rupa ketanpanan dan kecantikan memabukan seperti Smara Ratih keturunan permaisuri sebagai pembawaan dari lahir keduanya tampak sedih
15 b // aduh bingung rasanya ikut menyaksikan
29. setelah sampai di istana Raden istri kemudian pulang Raden Bagus di luar istana masih beristirahat Raden Arya menyembah berkata sopan dan terus bertanya
Tumapel kalah iringan empet titib ngbekin margga pagrudug ne mabalih rantaban di sisin tembok ngepil alah srug bilang jbag ban jalmna
28. munyinyane papatuhan angob san knehe jani tumben ngenot warnna bagus ayune ngedanin sawang Smara Ratih dampati bahu tumurun uli di kadewatan ulat sbet makakaliha
15 b //duh inguh idepe milu ngantenang
29. sampun rawuh ngapuriyang Raden yestri tumulih Raden Bagus di bancingah kari mararyyan katangkil Raden Aryya ugabhakti matur pataken jujut ban Tumapele kalah [ 66 ]58
Raden Wijaya menceritakan penyerang tidak pemah mendapat kesempatan
30. juga karena kematian kakamya habis dan semuanya kotor sekali Raden Arya Wiraraja menjawab cepat melanjutkan pembicaraan sekarang bagaimana habis pembicaraan kita tidak ada yang diperoleh selesaikan dengan cara diam Raden Bagus halus budi bahasanya
31. apabila Bapak rela saya bersyukur saya sekalian menyerahkan diri Raden Arya berkata lembut Raja tak ada yang lupa hamba mohon pada Raja tetapi pelan-pelan siasat pecahkan dulu periksa di Kamandaka itu
Raden Wijaya nulurin pangamuka twara taen maan nongka
30. kalih ban rakane linna tlas kataleteh sami Raden Aryya Wiraraja masaur glis nyambungin mangkin asapunapi puput babawoso ratu tan wonlen dapulihang pupulang anluk mellllgill Raden Bagus alus mijil pangandika
31. yan twah ada sukan Bapa sumakuttha tyang jani tyang suksrah apisan Raden Aryya matur manis Ratu tan wonten lali tityang nyokor ring i ratU nanghing adeng-adengan upayane gulik riin saliksikang ring Kamandaka punika [ 67 ]59
32. sudah dipikirkaan dengan matang menjalankan dengan pikiran halus
16 a Raden Wijaya // mengangguk kemudian pergi ke istana Arya Wiraja pulang mempersiapkan persem- bahan dengan cepat semua istri membawa sesuatu seperti Ni Pinatih Raden Bagus duduk
33. di pekarangan menggigil Raden dan istrinya bersanding ditidurkan di pangkuan rambutya dikepang tidak beraturan disisir dengan jari wajahnya pucat semua sebab merupakan kasta utama dianiaya dan dibanting
32. sampun dropon pakayun ngamarggyang upayasandi
16 a Raden Wijaya // manggutan raris budal ke jro puri Aryya Wiraja mulih nabdabang aturan iju somahe padha nampa makadinya Ni Pinatih Raden Bagus malinggih pakakalihan
33. di natahe mangilgilang Radenya yestri sumanding kaperemang di pabinan rambute samban makilit swahin ban jriji swabhawane sami acum dening wangsa uttama kapalpal kabuntang banting [ 68 ]60
cepat kurus mengurangi makan dan tidur
34. terkejut melihat Raden Arya suami istrinya ikut serta datang dan duduk jauh sekali Raden Wijaya memanggil terus Bapak ke sini mengapa semua tertegun di situ seseorang yang tahu mendekati duduk bersila sembahyang sebagai gantinya terima lah persembahan hamba ini
35. tetapi hanya seperangkat sangat remeh dan kurang baik demikian juga dalam keluarga itu juga berisi pengganti kata Ni Pinatih dipersembahkan kepada adik beliau dan juga yang berada di luar
enggal kris nunain mrem ngajngang
34. babang nyingak Raden Aryya sasomah enya mbarengin tka negak saddha sawat Raden Wijaya ngulapin nglaut bapak mriki nguda padha caneg ditu sang ksengan nampekang masila negak ngabakti niki ratu pisalin atur tityang
35. nanghing wamah arang sukan lintang tember kirang bcik kalih ring kradap punika taler madaging pisalin atura ni pinatih katur ring rain i ratU kalih sane ring jaba [ 69 ]61
16 b milik para mantri se // mua sudah rata hamba bagikan anugerah
36. bagaimana dengan I Sora ingat bukti pembagiannya memikirkan hamba menjadi rakyat sangat hormat dan berbakti janganJah diragukan lagi sempurnakan pikiran Yang Mulia hamba membayar pemberian Yang Mulia Raden Wijaya mendengarkan tidak mampu menjawab dan tidak ada yang bisa
37. meringis dilihat adiknya Raw Mas silahkan diterima pemberian Bapak Wiraja Raden dan iStrinya berkata nah Bapak saya minta agar pasukan Bapak ikut dan saya mengucapkan terima kasih Raden Arya segera menunduk makin ditolong terbayang- bayang air mata
16 b pramantri druwene sa // mi rata sampun cacarin ciryang paicca
36. I Sora konkenang tityang ngdumang cihnaning eling mamanah ciryang ngaula lintang susrusa subhakti sampunang sangsaya malih renayang kahyune ratu tityang nawur kasweccan Raden Wijaya miragi kamemgan nyautin twara ada ngisa
37. mingis raine kacingak Ratu Mas rarisang tampi aluran bapak Wiraja ngandika Radenya yestri nah Bapak tyang ngidih pasukan bapane nutug ban tyang nyuksmayang nguntuk Raden Aryya gilis sayan olas marawat-rawat
yeh tinghal [ 70 ]62
38. Raden Wijaya berkata jadi bapak yang saya pikirkan hutang saya besar sekali yang disanggupi saya terima dan bukan main-main apabila siap sampai akhir Pulau Jawa kalah saya memang akan mati supaya ikut saya memelopori dengan Bapak
39. baiklah hamba bersedia semoga bisa
17 a // Ratu menguasai dunia penguasa di Pulau Jawa Raden Putri berkata bibi semuanya sudah tahu saya sudah memperhatikan pemberian bibi juga pemberian Bapak Arya Wiraraja
40. ni Pinatih menjawab dan semuanya sudah pergi Raden Arya ke luar istana
38.Raden Wijaya ngandika teng bakal bapak itungin utang tyange gdhe pisan ne sanggup tyane lampi tan sakeng ndahidahi yen siddha sadya ka pungkur gumi Jawwane kalah mula tyang bakal mati apang bareng tyang muponi ajak Bapa
39. inggih nadyan manah tityang dumadak nyidayang ugi
17 a // I rata ngocelang jagat mangkulang ring gumi Jawi ngandika Raden Putri bibi padha suba tahu tyang saba mdasang pabaang bibine bwin mwah aluran bapa Aryya Wiraraja
40. Ni Pinatih saur sembah tur sami budal mapamit Raden Aryya ngajabayang [ 71 ]63
ditemukan I Sorandaka bertanya terus wahai Adiku mendekatlah dulu begitu juga pengikut semuanya sering diingat semuanya adik ipar dimintai kekurangannya
41. baiklah jawab I Sora lamanya entah berapa bulan Raden Bagus Brawijaya menguasai Sumenep juga bawahan dan para menteri tidak kurang kain dan selimut bukti tidak kekurangan apa-apa Raden Brawijaya dipanggil kembali menghadap untuk membicarakan sesuatu
I Sorandaka kapanggih kapisesed-sesedin ne adi paekang malu nte iringane pada data ne ingetang sai ipah adine tagihin sakuwanga
41. inggih pasaur I Sora kaswen yan kudang sasih Raden Bagus Brawijaya di Sumnep mengagungin tuting panjak pramantri twara kwang kamben saput babuktyan kapepekan Raden Brawijaya malih ngawowonin katangkil mararawosan [ 72 ]64
Pupuh Pangkur
1. ada balai tempat peristirahatan di dalam taman tidak ada bayangan langit hanya menteri yang di andalkan di sana yang datang menghadap tiada lain
17 b. Raden Arya men // dekat dan berkata pelan-pelan Yang Mulia jelaskan maksudnya didapat setiap perkataan
2. dikatakan, di Kamandaka ketujuh upaya itu perlu dipegang perbuatan baik dan hati yang tidak baik tidak diikat denda dan selalu toleransi perbuatan jelek dijalankan dulu kejelekan Prabu Daha diperiksa dari sekarang
'Pupuh Pangkur'
1. ada bale pasanggrahan jraning taman twara da masuter langit sok mantri piandel ditu ne nangkil twara lenan
17 b Raden Aryya nape // kang banban maatur ratu dayane parakang asing mawasana polih
2. kaucap ring Kamandaka ne papitu upayane ne sungkemin samadhana miwah dhudu maryya danda upeksa indajala punika glarang kerusakan Prabhu Dha saliksikang saking mangkin [ 73 ]65
3. hamba mohon Yang Mulia dipersilakan berjalan walaupun hamba harus menaklukkan datang ke bumi Daha mohon maaf menjadi rakyat di kerajaan Daha apabila telah diterima
4. tetaplah tinggal di Daha janganlah bersikap seperti ragu-ragu teruskan dulu akal itu dibuatkan peraturan sesuaikan dengan kedudukan diketahui sudah keadaan seseorang selalu turut pada kebenaran ikuti perjalanan Raja
5. buatlah pikiran menjadi senang waspadalah mengikuti apa yang tidak disenangi kemudian yang mulia tahu pasti timbul rasa kasihan,
3. padagingan atur tityang i ratu aturin tityang mamarggi adyapin tyang manungkul rawuh ka gumi Dha nunas pangampura tur newaka Utun ngawula ring Prabhu Dha yan sampun siddha katampi
4. jnekang pisan ring Dha sampun pisan masalah kadi plancir dayane ubekang dumun kabwalan tatakrama anutang ring linggih kni sampun korup sabran tilad kapatutan pamarggin sang prabhu iring
5. karyyanang lyang pakah yunan sengehang sing kasnengan anutin kinginan raris i ratu wtu banget pangeman [ 74 ]66
semau-maunya akhirnya tidak dipercayai
18 a pintar-pintar ber // upaya bagaikan tidur ketiduran
6. apabila tekad telah bulat alasan apa pun tak di perlukan jauh di sebelah timur tempatnya jarang dilewati oleh manusia namanya di Trik semua Tang Taruk baik dipakai untuk membangun desa Yang Mulia pasti akan membuatkan
7. rakyatnya di Madura semua siap digertak dan juga bertanggung jawab apalagi kedatangan mereka dekat dari Madura membantu walaupun di tempat yang mulia tetapi teguhkan iman di Oaha masih duduk
kaparccaya tan wangde Sakahyun-kahyun
18 a upa// ya kadi pules sasirepin
6. yang manggeh sampun pangeman paalasan nenten tunas nene mangkin deh bdangin genah ipun kapah emasin janma wastan ipun ring Trik sami tang taruk bcik tangun anggen desa sang Prabu janten ngaryyanin
7. kawulane nng Madhura sami tungseh gtakang padha nangganin kalih ta prawuhipun tampek saking Madhura ngayah yadin genah linggih i ratu kewanten pagehang pisan ring Dha kari malinggih [ 75 ]67
8. makanya menemukan kebahagiaan para pemeriksa agar mampu menjalankan tugas amatilah dan jangan berpura-pura perilaku menteri Pramanca Pikiran tidak tenang bagaimana bisa sembahyang menjadi abdi di Kerajaan Daha periksa dengan benar semuanya
9. lagi ada yang membantah diucapkan mantra-mantra itu di setiap ukiran pancinglah kemarahannya tetapi dengan cara tersembunyi keinginan menyerang dari belakang orangnya berani tetapi tidak berguna tahu kepastian
10. dari perbuatan menuruti perkataan
8. awanan manggih pakenak pamriksane mangde ka siddhan mamarggi pdasang sampunang nyaru tingkah mantri pramanca ngkene bhakti kene ma manah tan patut ngawula ring Prabhu Dha pariksa tdhasang sami
9. malih yan wonten matungkas kabancaran punika sabra nang urik dadurus pagdhegipun nghing mangde saking samar kinginingan pagagbuge kapungkur janmane wanen nirgguna pijantenang kni uning
10. ning salah pangrawos turah [ 76 ]68
para bangsawan semua tingkatannya berbeda-beda
18. // beliau sang Raja walaupun tak ada rasa malu bersatu seperti saudara Raja Daha amat mulia cepat-cepat merupakan jalan yang tidak baik
11. sudah menyatu dengan rakyat tidak ada kesulitan semua teratasi tidak akap tenggelam seperti perahu berlayar semua tidak ada pengemudi kalau sudah raja yang memberitahukan keinginan semuanya
12. pulang dari kota datang melihat para buruh di Trik pondok-pondokan dibangun sapramenake tri wangsa ne sami
18 b warggi lyan // ragan sang prabhu yadin ran wenten kemad cara masamten untuk mangde utun lewih yan sang Prabhu Dha dropen tan patut pamarggi
11. sampun pidik ring kaula boya keweh padha ngwa yenin malih tan wangde jaga kalebu kadi jukullg layarang nenten wonten makamudi yan sampun ratu nguni ngang pamanah jagale sami
12. mapamit saking nagara rawuh mangaksi panang gase ring Trik papondok-pondokan wangun [ 77 ]69
yang lainnya seperti sawah kebun dan pasar bendungan dibangun supaya kuat dunia akan membutuhkan pasti banyak yang datang
13. tetapi yang terjadi di Tumapel bekas didirikan paling banyak yang menyerah meskipun rakyat Daha setiap orang yang daLang berbuat dosa dilindungi terbukti mendapat tempat di pulau yang makmur
14. kesenangan diharapkan sekali rakyat agar terus berbakti menyebarkan keinginan mereka
19 a. perbuatan yang menyenang // kan kena hayangan seperti matahari mengisap air tidak ada yang mengetahui di dunia
lyan carik kuben pasar paemplan toya wangun mangde kukuh jagate asing miyarsa janten tbeng rawuh sami
13. kewala sane kamulan ring Tumapel pcakne kadiriin pinih akeh malih ngayuh yadin kawula Dha asing rawuh madosa tis tisinipun mabukti iccanin genab ring gumine lemek becik
14. sukanin ipikin pisan kawulane mangde tkek subakti nebarang arsanipun
19 a tingkahe mangarsa // yang kni samar kadi suryya ngisep banyu tan wonten tangehang jagat [ 78 ]70
apabila ingin berbuat baik
15. itu yang menyebabkan ikhlas dan tidak akan pernah melupakan anak dan istri ajarkan semua rakyat berkelakuan yang baik adik beliau tercatat sebagai guru mereka berbekal makanan tempat duduk dan pekerjaan siap sedia agar menyediakan
16. orang yang menghadap mendengarkan perkataan Raden Arya dibenarkan semua Raden Wijaya menjawab nah bagaimana pendapt Paman Raden Arya segera mengutus membawa surat ke Daha berangkat dengan tergesa- gesa
17. setelah sampai di Daha cepat ceritakan apa yang dipersembahkan
kengin masasana bcik
15. punika ngaryyanang legas mwah tang urip ring panak semah lali kawulane sami uruk ningkahang kapatutan rai Ratu mungguh guru waktranipun sangu tgakan gagaman sregpang mangde cumawis
16. panangkilane ningehang atus Raden Aryya kapatut ang sami Raden Wijaya masaur nah kenken sara bapa Raden Aryya prejani laut mangutus ngalurang tulis ka Dha gagesen sampun mamarggi
17. satekannyane di Dha caritayang sute kaatur glis [ 79 ]71
dikatakan oleh Raja surat telah beliau baea wahai Raja yang terrnasyhur pandai menguasai dunia di Daha memperoleh kedudukan
18. beliau Raden Brawijaya seperti kebingungan karena hujan akan segera turun mencari tempat berteduh Raja sudah tak ingat lagi dengan cucu
19 b beliau // minta maaf lalu menjadi abdi di sini
19. sekali lagi mohon maaf I Wiraraja berkata pelan kesenangan di hati namun terbukti bakti hamba tetap seperti dulu seperti mengajari cara pembuatan minuman ini
kapawosin ban sang prabhu tulise ucapannya inggih ratu cokor i ratU ne kasub wibhuh kasub ngameL jagat ring Dha manyakrowrotthi
18. ida Raden Brawijaya kadi klikklik asatan mangengkik nduLame sabeh makayun ngayuh ngrereh payuban cokor ratu sampun tan eling maputu
19 b ida // nunas pangampura raris ngawuLa iriki
19. samalih ampura pisan I Wiraraja maaturan akidik renayang ugi ring kahyun kewanten macihan baktin tityang manggeh kadi sampun-sampun lwiripun babwatan tatar inum-inuman puniki [ 80 ]72
20. pikiran Raja kalut selesai bicara berlinang air mata aduh tampannya cucu Kakek ikut karena Kakek merasa kasihan Utusan berkata mereka ke sana kamu tolak aku senang sekali suruh mereka cepat ke sini
21. minta permisi karena bingung utusan kembali lagi ke Sumenep datang semua berkata dikotorkan semua Raden Bagus telah mendengarkan dengan jelas Raden Arya sangat senang kemudian segera berangkat
22. Raden Wijaya pergi ke Daha para menteri dan rakyat juga ikut semua sedangkan adik beliau masih di Sumenep
20. kahyun sang prabhune ngresmar sausane mamawos ngem beng yeh tangis aduh cucun kaki bagus nutug ban kaki olas kma tulak iba utusan maatur kai lintang suka pisan tunden dane enggal mai
21. matur pamit sisu tulak utusane bwin ka Sumnep mulih Ika mredatayang atur kataleteh makjang Raden Bagus tdhas mami rengang sampun Raden Aryya lintang suka kapramangkinang mamarggi
22. Raden Wijaya ka Dha sapramantri panjake ya pada ngiring raine di Sumnep enu [ 81 ]73
oleh sebab itulah beliau naik perahu perahu yang akan berangkat belum siap Arya Wiraraja ikut orang Madura banyak yang ikut
23 kelihatan dari depan dan belakang
20 a //Perahu kecil dan sampah dilewati sebentar sampai di Terung di sana Arya Wiraja habis-habisan berkata dan bertanya terus sudah diterirna semua Raden Arya kembali pulang
24. Para pelayar berangkat siang malam cepal tiba di Daha turun menuju ke jong biru disuruh ke kota Raden Bagus melihat utusan datang terbangun serta menyingkap selimut
mahawanan bahita palayare sang lungha Satdarurung milu Aryya Wiraraja wwang Madhura lyu ngiring
23 di duri di malu naram
20 a // jukung sampan di ampel kaliwatin akjep tked di Terung ditu Aryya Wiraja marisesed-sesed ngenyang matur suba katampi makjang Raden Aryya tulak mulih
24. palayare ngalwasang pteng lmah tked di Dha glis tdhun ngungsi ka Jeng biru kaatur ka nagara Raden Bagus nyingakin utusan rawuh matangi sarwwi ngberang kampuhe nadhutaluki [ 82 ]74
25. mengenakan suara berwarna hijau putih bersih berukir badannya kurus dan pucat tidak memakai perhiasan sejak meninggalkan kota jarang mendapatkan anugerah ketampanan makin menggoda
26. utusan keduanya tertegun diam bukan main senangnya Bhatara Smara turun dikira manusia mendekat berbicara dengan sopan hamba ini diurus menjempur Raja ke Daha hari rayanya mereka sekarang
27. ini ada kereta Raden Wijaya dipersilakan ke tempat duduk kemudian naik ke ke reta
mabulang sutrane gadhang danta sentak orangkane maukir ragane keris tur acum twara nganggo mas-masan saskate sah saking negara samun kapaicaneng sawat baguse sayan ngedanin
26. utusane makadadwa caneg bngong gaweke tan sinipi Bhatara Smara turun katarkka ngamanusa nyagjag matur puniki tityang kautus nuhur i ratu ka Dha rahinan ipune mangkin
27. puniki wweten kareta palinggihan Raden Wijaya ngraris munggah di kretthane sampun [ 83 ]75
diapit dengan sepasang payung
20 b// pengikutnya banyak dari belakang yang menghadapi membawa senjata berpencar memenuhi jalan
28. I Pamandaha I Medang I Pawiro I Dangding dan I Nambi semua berjalan di depan ada yang membawa kasur kecil sebagai tempat duduk yang lainnya membawa permata dan yang lainnya membawa peti berisi pakaian bagus
29. I Sora dan I Wagal membawa perisai dan parang wajahnya ketakutan merasa seperti di gambar ramai dan riuh di sepanjang jalan
apitang payung kembar
//iringane pagdhab uli di pungkur ne ngarepin ngaba mamas mabenjah ngebekin marggi
28. Pamandana I Mdhang I Pawiro I Dhangding mwah I Nambi padha majalan di malu ada ngaba lalungka len mangaba lalancang masocca murub len ada ne nampa kre dham maisi pangangge bcik
29. I Sora miwah I Wogal ngaba tamyang mwah kalewang marapit sasbenge katatakut rasa buka di gambar endeh rame sajalan-jaian pagrudug [ 84 ]76
menteri winotan menunggu di kereta
30. jalannya pelan-pelan setiap yang berjumpa kagum semua memperhatikan setelah berada di luar wilayah datang yang mulia menjemput kemudian menunggu di lapangan banyak para pembantu Raja I Jangkung datang menyembah
31. memeberi tahu kepada Raden Wijaya Sudah databg I Panglet berjalan kemudian di utus memeper- sembahkan tiba-tiba Raden Wijaya datang lalu berjongkok sambil mengangkat selimut agak menunduk di depan
21 a Ketika// beliau menyaksikan
mantri nagara Winotan di kereta nyarathin
30. pajalane malenlenan sing kapapas angoon padha mabalih di jaban jbage sampun rawuh sang prabhu kedal mapag ngantos di btenan alun-alun tbeng para bahundanda I Jangkung tka ngabakti
31. ngaturang raden wijaya suba rawuh I Panglet mamargi kautus ngaturin nglaut saget Raden Wijaya tka nyongkon sampun mandunang kampuh saddha ngutuk di payunan
21 a. nadeng sang // prabhu mangaksi [ 85 ]77
32. payah menyaksikan karena banyaknya ketampanan wajahnya menarik hati Raja berkata halus berdiri Agus mendekatlah kedatangan Agus membuat hati Kakek senang sekali sebesar aliran tunjung emas ditemukan ketika sedang mimpi
33. Raja kemudian duduk di balai Pagajahan didatangi datang sang Bhumara lalu duduk di sebelah timur laut tiba-tiba datang hidangan banyak mempersembahkan kepada Raden Wijaya I Wiraraja menyetujui
34. Raden Bagus melihat I Sagara I Winotan dipanggil menyembah lalu berkata sopan dengan Raja
32 lelah salyune ngantenang kabagusan warnnane manudut ati sang prabhu ngandika alus bangun Agus paakang satkan Aguse lyang kakine muput ambul mbahan tunjung emas bakat di sdheke ngipi
33. sang Prabhu raris munggahan di bale Pagajahane ka tangkil linggih sang bhumara rawuh mbucu kaja kanginan saget tka tatampayan kradhap lyu aturan Raden Wijaya I Wiraraja ndagingin
34. Raden Bagus macingakan I Sagara I Winotan ka wangsitin nyumbah matur ring sang prabhu [ 86 ]78
hamba cucu yang mulia datang membawa persembahan itu raja berkata dengan nada sedih terlalu banyak yang dipikirkan
35. pemberian ala kadarnya bukan itu yang Kakek harapkan tetapi supaya ikhlas perasaan agar senang dengan terlalu bodohnya Kakek raja yang rendah dan banyak kekurangan Agus tetaplah tinggal di sini
21b. menunduk // Raden Brawijaya jawabnya hamba sangat setuju karena itu yang menyebabkan datang bersedia menjadi abdi jiwa dan raga hamba serahkan sepenuhnya raja merasa kasihan
patun cokor i dewa maaturan punika matampa rawuh sang prabhu kangen ngandika papak data ne itungin
35. samanya ada pabaang deng da ento ne gumana yang kaki kewala mangde pitulus idpe apang suka dadyanya ban belog kakine muput ratu nista tur katunan Agus jnekang jwa dini
21 b nguntu// Raden brawijaya pasaure tityang lintang sairing kalih ta awanan rawuh sumadhya kumawula patiurip kaatur serah sekahyun sang Prabhu maweweh olas [ 87 ]79
juga para menteri semua
37. perkataanya telah diterima Prabu Jayakatong berkata lagi akan tempat tinggal I Bagus I Winotan yang tabu di sana di sebelah selatan di Desa Jongbiru sangat indah juga tempat tinggal yang luas serta berhadapan dengan sungai yang airnya jernih
38. menyembah I Manteri Winotan seseorang yang datang kemudian diantar pulang para penghadap merasa kecewa karena belum puas melihatnya seseorang yang datang berkata halus kepak raja Parung Sari Drawalika besok tanyakan pada Mundarang
39. besok menjelang Galungan di sana I Bagus sibuk sebagai pengikut
miwah pramamrine sami
37. aturane wus katanggap Prabhu Jayakatong ngandika malih pacang dunungan I Bagus I Winotan te nawang ditu kaja mlah di Desa Jongbiru bwin tongos rowang linggah tur ngaepin tukad ening
38. nyumbah I Mantri Winothan sang bu rawuh kairing budal ngraris tangkilane mrasa samun tonen emed ngantenang sang bu ra wuh alus ngandika sang prabhu parung sari drawalika Mundarang ibukang mani
39. bwin nmenin Galungan ditu ipak I Bagus saha pangiring [ 88 ]80 penyambutan supaya mewah hidangan disiapkan I Kebo Pubuh menyediakan makanan ringan itu dia bersama I Panglet menyiapkan segala yang diperlukan
40. seorang yang diutus menjawab dengan sopan
22a. pulang raja II ke istana
bersiap-siap akan menyambut tamu bingung dan kesibukan Raden Bagus sudah sampai di Jongbiru menemukan balai hiasan di balai tempat menerima tamu menyenangkan
41. karena I Wagal kebingungan sampai di sana mengatur duluan kemudian semua disambut seperti tamu pengikutnya semua pergi I Winotan ikut makan bersama tetapi Raden Brawijaya hanya marah melihat
patamyune apang wibuh tatampayan sregpang sasramanan adakang I Kbo rubuh to ya I Panglet ajak nabdabang bareng nyaratin
40. sang kautus saur sembah
22 a budal mantuk sang pra // bhu ka jro puri ne nabdab pacang patamyu
sisu makarepotan Raden Bagus sampun rawuh di Jongbiru manggih bale papajangan di pasanggrahun ngedanin
41. dening kaipuk I Wagal suba ditu ngentanang ngamaluwin tumuli sami katamyu
iringane tlasan I Winotan ngenakin bareng magibung nanghing Raden Brawijaya bantas macingak ngadgin [ 89 ]81
42. karena mendapatkan sebisanya menjalankan sebagai bukti pemutusan apabila bersedia sampai akhir adik beliau yang paling bungsu lagi menemui kesulitan semua itu memang utama tanpa diduga berguna sekali
Pupuh Sinom
Waktu sore menjelang matahari terbenam segala kesibukan sudah selesai Menteri Winotan permisi pulang ceritakan besok pagi manusia penuh sekali mendengar bunyi gamelan yang menunggu tidak sabaran rakyat dan para menteri
42. wireh nyambuang sasidan ngamargyang babukıiyan ngamgatin yan siddha sadya kapungkur rai nene alitan
bwin bakat ditu bratta ne malabuh apantes nmula uitama tan mari mangisti lewih Puluh Sinom dhauh enen ngalingsirang sang kaipuk usan sami
mapamit Mantri Winotan satwayang smengane mani janma empet titib ningeh tatabuhan muug ne ngantyang masasraman panjak miwah para mantri [ 90 ]82
22 b sudah siap semua mengeluarkan senjata
2. orang desa semuanya datang yang menonton banyak sekali menunggu tentara memenuhi jalan sampai ke pasar gamelan berbunyi berkeliaran memekakan telinga orang-orang berdatangan dibatasi karena keliwat bingung para menteri berkumpul di dalam ruangan
3. Dawuh Ro selesai berhias Prabu Jayakatong keluar Permaisuri juga ikut sambil membimbing Raden Putri hasil silaan dulu sebagai warisan Raja usianya masih mud a tingkah lakunya sangat mulia diberi nama Dyah Ajeng Rama Sutawan
22 b suba ginti pa // da nglusin gagaman
2. wwang desa padasan tkaa mabnged ngantyang mabalih sikepe ngempetin margga tked ka pkene spid gamlane mamunyi ngempengin koping maslur
janmane sayah teka Sisu pasleng langkungin
pramantrine matambun jroning bale bkang
3. dawuh ro usan mapahyas Prabhu Jayakatong mijil pramiswari sareng kodal
tan sah tuntun Raden Putri jajarahane riin makatatagon sang Prahhu tuwuhe kari bajang solahe thakararaspati
kaparabin Dyah Ajeng Ratna Sutawan [ 91 ]83
4. wajahnya sudah tergambar segala tingkah lakunya baik dijadikan contoh di istana laksana Dewi Saraswati cerdas banyak akal dan ayu badannya tak terurus karena kesedihan tak putus sering menghibur diri semampunya
5. Raja menuju pendopo
23 a para penghadap sudah // penuh di depan Patih Mundarang ramai datang yang mengikuti seperti Jinamurti beristirahat di Jongbiru orang-orang bergegas minggir semua jengkok kagum Wajah tampan tanpa cacat
6. dan I Sora mengikuti diapit dari depan dan belakang
4. warnnane lumbrah kagambar saparihpelah sranggara patuladan isin puri pawakan Saraswati prajnyan kencak uring ayu wadhane ngutang pahyas ban sungsute tonden mari kalalipur sai nangunang sasidan
5. sang Prabhu jroning mandapa
23 a tangkilane suba ti // tib di arep Patih Mundarang mabuged tkene ngiring Sang Kadi Jinamurtthi masanggrahan di Jonghire Junnune nyumping gewar pajongkok angoh ngiwasin warnna bagus twara nglah babarangan
6. kalih I Sora ngiringang ngapit di malu di duri [ 92 ]84
seperti melindungi jiwa amatilah dengan jelas membuat hati tersayat wajahnya berseri-seri tetapi sayang tidak memakai perhiasan tetapi kelihatannya prajurit semua ketakutan
7. tertegun di sebelah balehang
Raja kemudian memanggilnya berdiri Raden Brawijaya menerbangkan selimutnya yang putih sutra halus bersusun ukiran bagaikan kayu bersusun ikat pinggang sutra berwarna merah serta tempat tidur yang indah tanpa rambut berserakan
8. sudah tiba di medan perang Raja berkata manis
waluya rwah atma raksa pdasan ja mangiyatin magae ngresang ati gobane maklus-kelus sayang nwara nganggo mas nghing kcuhane prajurit rengu-rengu dening padha kaibukan
7. caneg di samping balebhang sang prabhu ngesengin raris ngadeg Raden Brawijaya ngberang kanpuhe putih sutra alus macawi papatrayan karut ebun mabulang sutra barak orangka mapules rawit tanpa suri rambute btek buyarang
8. suba rawuh di payudan sang Probhu ngandika manis [ 93 ]85
Kakek bersedia sekali seperti ada janji
23 b // Galungan Kakek dulu tidak meriah sekarang Agus temui silahkan duduk Raden Wijaya memberi salam kemudian duduk di pojok timur laut
9. agak miring ke kanan mengikuti duduknya yang di depan raknya ada sekitar enam depan dari tempat duduk raja para abdi semua Patih Mundarang disuruh membawa bakul berisi sirih I Pamandana masih ikut dan I Wiro menjaga air minum
10. I Patih Kebo Mundarang menghadap dengan wajah pendiam berjalan lurus karena Raja beserta istri
kaki lintang sadya pisan alah buka ubayain
23 b // gatungan kaki crik ne jani tkain Agus nglaut suba mnekan Raden Wijaya ngabakti tur malinggih di bucu kaja kangin
9. saddha nyamping di kanawan tarep silane mangiring enggange ada nem dpa uli sang prabhu matinggih sakadeyane sami Patih Mundarang kaintu sok ne ugaba lalancang I Pamandana nu ngiring mwah I Wiro ngamongin toya ajngan
10. I Patih Kbo Mundarang seleb sasbenge nangkil
mepes buntuk nwara ledap dening sang prabhu sa istri [ 94 ]86
semua enggan melihatnya yang bertempat tinggal di Jongbiru ketampanannya tidak tertandingi hanya raja sendiri dan Menteri Sagara Winotan juga tampan
11. kalau diandalkan seperti bunga teratai Raden Wijayalah sarinya harus semerbak mewangi memenuhi seluruh jagat raya kalau itu akan terus dibicarakan ketampanannya tidak akan habis-habis dibicarakan I Winotan dipanggil
24 a Raja kemudian // menyuruh supaya rakyatnya bangkit untuk bersenang-senang
12. I Pangkuh dan I Gengkongbang berlari-lari sambil memanggil menyuruh supaya menyerang
padha cumpu ngiwasin sang madesa di Jongbiru baguse ngayang-ngayang ragan sang prabhu adiu ada hagus Maniri Sagara Winotan
11. yen bungan tunjung ande yang Raden Wijaya nyarinin miik ngalub maimpugan mbetel nungked makagumi ntb bakat bakal umik baguse luput winuwus I Winotan lawenya
24 a sang prabhu ngu // tus angraris mangde bangun kakwulane masasramanan
12. I Pangkuh mwah Cengkongbhang melaib-laib ndawuhin
nggarubhuh apang tundenang [ 95 ]87
rakyat cepat berkumpul jalannya beriringan langkahnya terlihat ragu-ragu disana tanpa tempat duduk Juga tanpa gambelan senjata banyak terlihat seperti keributan
13. Raden Brawijaya pintar mengerjakan sesuatu para pengikutnya bersenang- senang I Sora dilihat meringis canggap mendengar perintah lalu rambutnya terurai yang melihatnya merasa terkejut tertawa raja melihatnya pantasan kamu suka bergurau
14. sementara ditunda perkumpulan Raden Wijaya menjawab pantas jadi orang lucu senang bercanda temannya semua tidak dekat menggodanya
panjake masraman gelis tindake membat ngiring kagok paileha kikuk rika tan patgakan tan matatabuhan nepi sikep lyu ngenah mairib pendehan
13. Raden Brawijaya wikan ngaryya taler kni polih iringane masasraman I Sora kaaksi mingis tangeh maningeh wangsit laut mangambahan ngukguk asing ngenet makesyab icca sang prabhu nyi ngakin ih pangusan pantes doyan brasanduyan
14. nden tindayang sasramanang Raden Wijaya nyaurin patut janma lalucwan doyan macanda puniki timpal ipune sami sing tampek genjakin ipun [ 96 ]88
raja tertawa mendengarnya I Patih berkata sopan pantasan sekarang utusan berkumpul
15. meringis Raja berkata
24 b lebih haik Agus yang // disuruh bersedia menjadi tulang punggung dalam suatu perkumpulan semua supaya bersatu para pembesar kerajaan juga para menteri sampai rakyatpun ikut malu tiba-tiba I Drawalika datang menghadap untuk mengabdi seseorang yang menyuguhkan hidangan sudah tiba
16. kemudian diletakkan Raja turut serta bersatna istri hidangan mewah sekali dikerjakan dengan cepat sekali bunyi gong dan kendang bertalu-talu
sang prabhu icca myarsa I Patih matur ngabhakti nyandang utus ne mangkin masasramanan
15. mingis sang prabhu ngandika
24 b mlah yagus atu // rin ngawakin ngenter sasraman makjang apang mbarengin kadehan meat pramanri tuting panjak ipuk malu saget I Drawalika teka mamarek mgabhakti mangaturang pisuguhe suba napak
16. watra raris kalinggihang sang prabhu milet sa istri pisuguhe wibhuh pisan kataregieg usan glis gong kendange ngembutin [ 97 ]89
Raja berkata lembut Agus suruh menari buktikan sekarang siapa Agus sebenarnya bersamaan dan lawanlah para Menteri Daha
17. Raden Wijaya herkata beri tahukan dengan cepat I Sora kemudian bangun dan langsung keluar ikut I Medang I Dangding
I Wagal dan I Nambi gaya menarinya sangat bagus dan seluruh geraknya juga baik gemulai dan mantap yang lain melihat Raja terdiam
18. menonjol para menteri Daha yang terkenal tingkah lakunya baik I Panglet I Mundarang I Rubuh I Parungsari I Drawalika semua
sang prabhu ngandika alus Agus tunden masraman kadehan Aguse jani cpukang lawanang i pramantri Dha
17. Raden Wijaya ngandika wangsitin I Sora glis raris bangun ngajaba yang bareng I Mdhang I Dangding I Wagai mwah I Nambhi mayasraman tangkep luung tindak paileh mlah tingkes lemuh tur caliring ne ngantenang lyan sang prabhu ngalem pisan
18. nyundul i pramantri Dha ne kasub selahe bcik
I Panglet I Mundarang I Rubuh I Parungsari I Drawalika sami [ 98 ]90
diperintah supaya bangun langkahnya ngawur
25 a gaya berjalannya // kurang tegap sangat senang prajuru Raden Wijaya
19. makin rame bunyi-bunyian gamelan berbunyi I Pamandana melihat seperti ada wanita cantik bunga cempaka harum perkiraannya tidak meleset bernama Dyah Sutawan junjungan kita di sini keinginannya berkata jadinya gugup
20. sirih tanpa alas diberikan secara bergiliran Raden Bagus menoleh sebagai tanda sudah berisi di tengah-tengah satu bukankah hanya tiga wajar yang mulai katakan karena milik yang mulia yang satunya lagi masih dibawa Raja
kawidhi mangda bangun tindake manglewa
25 a tangkep kobok // kwang ginting sanget mlah kadehan Raden Wijaya
19. sayan rames gagilakan tatabuhane mamunyi I pamandana ngatenang istri ayu wenten kadi skar campaka miik panarkkannyane tong sawuh nenyaya Dyah Sutawan gusti glahe ke dini kenehnyane matur dadyanya kemngan
20. canange tan palaletan aturang mapipaling Raden Bagus matolihan iwangsite mrasa misi basanewang absik singke mula atohtlu patut rau bawusang reh dwe kari kakalih ne asiki sang Prabhu
kari ngamlang [ 99 ]91
21. Begitu pelan bisikannya
Raja seperti menghalangi
berkata Agus Wijaya
Agus bangun sendiri
mengutamakan kesenangan-
nya
Raja berkata pelan
para menterinya di Daha
banyak yang ikut dengan
Bagus
namun diatur sesuai dengan
kewajiban masing-masing
22. I Sagara Winotan
25 b suruh Kakek menegur // nya
ia lawan Agus beroleh para
menterinya di sini
semua takut menasihati
I Winotan yang hanya
dipuji-puji
sepak terjangnya dengan
berkeliling
luwes cepat tanggap
perilakunya tegas
yang dipuji-puji itu
tersenyum-senyum berkata
dan menyembah
21. keto adeng kakisinya
sang Prabhu buka
ngalangin
ngandika Agus wijaya
Agus bangun mangawakin
sasramane mamucuki
sang Prabhu ngandika alus
pramantrine di Dha
kadehan Baguse ngiring
nghing adwang masih
mdama pidabdab
22. Ya I Sagara Winotan
25 b tunden kaki nyenyapa // ti
ya tawan Agus masraman
baan pramantrine dini
padha mirmir mapatin
I Winotan twah kasumbung
tindak paileh naptap
lemuh clang tangkep
ginting
sang kasumbung knyem-
knyem matue nyumbah [ 100 ]92
23. marilah paduka sebentar
mungpung saya datang ke istana
tetapi pasti diolok-olok
Raden Wijaya terbangun
Raja gembira melihat
yang mendengarkan gembira
dan setuju
bercampur keinginan dan
kegila-gilaan
laki perempuan terdorong-
dorong tak terkendalikan
melihat tingkah laku
Raden Wijaya
sama-sama melihat tingkah
laku dan ciri-ciri tidak baik
23. ngiring ratu abriyakn
kandungke tityang kapuri
nanghing janten kaguyonan
Raden Wijaya matangi
sang Prabhu lyang ngaksi
ne maningeh giras cumpu
aworin buduh mendra
luh mwani osah mandipdip
ngenot pararasane
Raden Wijaya
pada ngenot polahe ka
durmanggala
Pupuh Durmma
ribut orang dan saling
mendahului
sama-sama punya keinginan
umuk menonton
I Sanjrone terkejut
pejaman yang disembunyi-
kan
bercampur keluar
karena takut terlambat
tidak dapat menonton
Pupuh Durmma
endeh muug janmane
saling palyar
pada mled mabalih
I Sanjrone gewar
pangleb papingitan
maaduk-adukan mijil
ban takut kasepan
twara mban mabalih [ 101 ]93
2. ada naik tembok dengan
menyandarkan tangga
orangnya kecil-kecil
bergelantungan dengan
manjat pohon mangga
dan ada yang manjat
pohon cempaka
berloncat-loncatan
yang dibelakang
karena terlalu banyaknya
yang menonton di depan
26a 3. ingkrong // bang berkata
terhadap Raden Wijaya
paduka sekalian
yang akan menari
supaya menunggang kuda
para juru dan para menteri
dikatakan sulit
kalau tidak ada kuda
4. Raden Bagus berkata
memerintah
membawa kendaraan dengan
cepat
setelah tiba diserahkan
warnanya merah tua
bernama I Dalangwusi
Raden Wijaya
2. ada mnek tembok
nyadahang jan
janmane crik-crik
nglanting ngenggalang
ngodkod poh lyan campaka
ancong-ancong ne di duri
ban kalyunan
ne di malu mabalih
26a 3. ingkrong // bhang matur
ring Raden Wijaya
i ratu sareng sami
ne jaga masasraman
mangda nglinggihin kuda
kadehan matih pramantri
kabawos rikat
yan tan wenten nglinggihin
4. Raden Bagus mangutus
ngandikayang
ngambil palinggyan gelis
rawuh kaaturang
ulesnyane barak wayah
maadan I Dalangwusi
Raden Wijaya [ 102 ]94
menggeprak kenudian mencabuk
5. menggeliat lemas seperti dibuat rasa ngeri yang mengantarkan sama-sama menunggangi kuda mengatur rakyat dengan berputar bendera sebagai pembuka taktik berkelahi bendera masing-masing berbeda
6. I Winotan sudah mengatur pengikut naik kuda dengan angguk- angguk I Babarangsela namanya Ki Binderang para menteri banyak yang mengikuti perjalananmya cepat semuanya memakai kuda
7. setelah bertemu berisik suara senjata saling sabet
nyaprak raris nyamti
5. msaleyog lemuh ambul ja papindan karesres ne mangiring padha margakan nabdab panjak maudran lalonteke mamucukin cara masyat tunngule miji-miji
6. I Winotthan suba nabdab ang ututan negakin jaran ngunjit I Babarangsela adaya Ki Binderang pramantri lyu marengin pamarggi enggal makjang hya negakin
7. suba mangkep pakretak matatbekan [ 103 ]95
suara gamelan tidak henti- hentinya Raden Brawijaya pandai mengatur tarian perang orang Daha mengibas-ibas tidak pernah mengejar para menteri melawan
8. kudanya galak bersuara berputar
26 b saling serang menyerang Raden Brawijaya melawan Menteri Winotan sama-sama pakai tameng yang sebanding senjata itu sebanding kudanya bertabrakan miring
9. Raja senang hatinya melihat berkata sambil tertawa berikan Cengkrongbang anak Arsa Wijaya siapa yang pantas menandingi biarlah rakyat para menteri bertanding
gamlane mawanti Raden Brawijaya penter ngenter sasraman wwang Dahane milih-milih tong taen ngulah premantrine nanggenin
8. tgakane galak ngrengeh mauyengan saling gutik-mangutik Raden Brawijaya ngalawan Mantri Winotthan padha madhadap satandi sikepe asah jarane mangkep ngiring
9. sang prabhu enak pakah yunane nyingak ngandika mingis-mingis aturan Cengkrongbhang nanak Arsa Wijaya enyen nyandang ngamusuhin dh pangin panjak pramantrine matanding [ 104 ]96
10. disuruh Raden Bagus supaya beristirahat makin lama makin berlilit yang saling tusuk bergantian saling kejar Patih Mundarang bertanding melawan I Sora I Panglet I Nambi
11. I Rubuh melawan I Wagal I Madang melawan Parusari I Dangding melawan I Demang Drawalika para menteri Daha semua habis ditundukkan lalu dihentikan
12. Raja memerintahkan memanggil sermuanya Raja berkata pelan dan tertawa pada I Winotan rakyat berkeliaran siapa itu baru kelihatan
27 a terdesak // dikejar pedang dikiranya sudah mati
kaaturan Raden Bagus marayyanan sayan puput makililit ne matatbekan mangilir saling ulah Patih Mundarang matanding nglawan I Sora I Panglet I Nambi
11. I Rubuh manglawan I Wagal I Mdang nglawan I Parusari I Dangding manglawan I Dmang Drawalika pramantri Dahane sami tlas kasoran karyyanang mangraris
12. sang Prabhu mangutus ngsengin makjang sang Prabhu ngandika aris mingis ring I Winotan parekane masliweran nyen to bau ngenah
27 a lilih / ubrin pdhang kadennya suba mati [ 105 ]97
13. Winotan tersenyum berkata dan menyembah saya tadinya terdesak karena musuh yang baru saya makin terdesak apabila datang saya bertambah menyerupai saya menghentikan musuh yang dendam
14. tersenyun Raden Wijaya melihat I Sora para menteri tertawa mungkin I Winotan memang dia pemberani tampan dan menarik Raden Wijaya melihat Raden Putri
15. lantas dititipi I Paman dana hai benar cidak salah mirip madu mentah dan lagi disaring datang semakin bertambah manis membuat orang menjadi tertarik aduh awer lagi pula di sini
13. I Winotan knem matur sahasembah tityang waune lilih wireh mseh anyar tityang ngawon-ngawonang yen teka tityang ngumbukin marupa tityang ngaryyanang mseh senghit
14. knyem Raden Wijaya nolih I Sora pramantrine pagikgik kapo I Winotan mula lagas makruna bagus pangus tur raspati Raden Wijaya nyingakin Raden Putri
15. lautan kakingsanin I Pamandana ih saja singja plih mirip madhu matah ne bwin mapastika tka sayan muwuh manis
ngawe kamendran
duh awet saddha dini [ 106 ]98
16. lalu melirik sambil minum air Dyah Sutawan yang dilirik bertemu pandang yang wanita menunduk malu yang laki-laki seketika merendah yang datang diselanya sirih dan pakaian
17. perkataan raja, itu hadiah menang terimalah pemberian Kakek terima kasih sekali besok lagi mulai berlatih menari bersama para mantri di sini berkata tidak menolak
27 b Ra // den Bagus pamitan
18. Setelah pergi perjalanannya jauh sekali seluruh pembantu kasihan melamun gila sama tertarik Raja kembali ke istara tak diceritakan Raden Bagus dalam perjalanan
16. laut nyaru myarere
ngunggahang toya
Dyah Sutawan kauksi
mapapas cacingak
ne istri nguntuk jngah
ne lanange ngees prajani
kasiag tka canang sahapisalin
17. pangandika sang Prabhu to upah mnang tampi pabaang kaki suksmayang pisan mani bwin masramanan ngajak pramantrine dini matur sandika
27 b Ra // den Bagus mapamit
18. suba budal pamarggine enggal sawat sapanjrowane sami kangen sangosmang buduh pada kamendran sang Prabhu budal kapuri tan kacarita Raden Bagus di marggi [ 107 ]99
19. termenung payah sesapainya di pondok lalu bersandar kesejukan pada malam hari semua para prajuru termenung dan tunduk tidak mengerti duduk sampai sore tidak bersuara Raden Wijaya dirasakan marah sekali
20. ingat I Sorat tertawa sambil menceritakan I Wino yang terdesak dipukul dengan pedang hampir jatuh dia tadi I Banyakkapuk mendengar Kapetengan tertawa terpingkal-pingkal
21. Raden Bagus tertawa kebetulan saja bapak tidak menonton ulah orang Daha yang tadi ada pemberitahuan besok akan ada lagi ini bapak semua saya suruh sebagai panglima
19. bngong lelo tked di pondok masadah kaayuban sulairi kadehane padha bcong nguntuk kemngan oegak makasanja nyepi Raden Wijaya karasa sanget brangti
20. inget I Sora engkel sambil nuturang I Wino sane lilih katigtig ban pedang das labuh ika tunyan I Banyakkapuk miragi I Kaptengan kdek padha pagikgik
21. Raden Bagus ica ih nadakang saja bapak twara mabalih tangkep i wong Dha ne bau pangandika mani bakal ada bwin ne bapa padha tunden tyang nyenapati [ 108 ]100
22. makin mereda I Kapuk I Kebo kebingungan raja seperti menyembah anggaplah saya seperti kerbau piaran senjata saya seperti
28 a tanduk yang tak ber // aturan
23. tertawa terpingkal-pingkal yang di sana mendengar semua I Wagal menjawab tanduknya yang diandalkan yang bukan-bukan dilakukan oleh kerbau orang Daha itu menurut pada Kakak peranakan gajah besar tetapi tidak menakutkan
24 . I Sora menjawab I Wagal keterlaluan tadi kelihatan datang berserakannya tampak aneh dia jarang berdesak-desakan Raden Wijaya menjawab itu keduanya
22. nduuh I Kapuk I Kbo kaptengan RalU manadhah ngabhakti saksat parisasat tityang kbon ingonan gagaman tityange kadi
28 a tanduk pa // kendang puputang antuk ngambit
23. kdek ngakak ne dituningeh makjang I Wagal manyautin tanduke kendelang boya-boyan mahisa wwang Dahane turah bli pranakan gajah gdhe tWara ngresresin
24. I Sora nyautin I Wagal bas cabar iyatin teka tuni ambyarane tawah ya langah mapelpeian Raden Wijaya nyaurin nto makadadwa [ 109 ]101
kata-katanya sama-sama salah
25 . belum sampai apa-apa sudah bertentangan lagi pula melekatnya di sini awet merasa sulit lagi pula rasanya tidak bisa seperti yang dipersiapkan kemari menyebabkan rusak perhitungannya sering
26. Diolok-olok tertegun semua memikir-mikirkan merasa disindir I Rawiro menyembah paduka hamba melihat bintang besar itu tadi bersinar terang mungkinkah firasat alam
27. lalu mendekat I Sora sadar akan adanya sindiran dengan sikap merendah berkata dan menyembah Paduka sesembahan hamba sepertinya saya pernah melihat
rawose padha plih
25. tonden kanti akenken suba matUngkas bwin panemple dini awet mrasarikat kalih rasa tong siddha buka ne sadyayang mai makada usak paitungane sai
26. kadeade caneg padha ngrasa-rasa rasa kasasimbingin I Rawiro nyumbah ratu tityang ngantenang bintang ageng ika tuni macanya pisan pilih swaran sasih
27. maekang I Sora langeh tken sipta mepes matur ngabakti ratu panembahan rupa tityang ngantenang [ 110 ]102
28 b // ada seorang wanita yang cantik dan utama mirip bintang di halaman istana
28 yang dua orang dj depan hamba kenal I Sodraka bersanding dengan Ni Madraka sepertinya bekas pembantu adik Paduka yang dulu mungkin itu sebab dukanya yang sekarang
29. pembicaraan bapak semuanya memancing hal yang tidak baik saya juga menemukan bulan kesiangan membuat perasaan terganggu bingung birahi yang merangsang karena terlalu lama pudar karena tertutup mendung
30. menurut pendapat saya mungkin juga pernah tidak sempurna
28b. // wenten istri ayu lewih masawang bintang ring bancingah malingglh
28. ne kakalih ring ngarep elingin tityang I Sodraka masanding sareng Ni Madraka rasa pcak pangayah rain i ratune riin nawi punika dening sbele ne mangkin
29. munyin bapa makjang nuldulin wisya tyang masih npukin bulan kalemahan ngaenang kneh obah paling kasmaran nyusupin bane bas lawas ucem gulem nyaputin
30. tampin tyang pilihte taen kapangan [ 111 ]103
sepengetahuan saya sekarang berkata halus dan pelan- pelan anggaplah seperti begitu karena sedih jadi sangat kurus menurut pendapat hamba sedih meninggalkan negara
31. jangan terburu-buru curiga memikirkan tunggulah sebentar datang I Madraka dia tempat penyelesaiannya pada akhirnya Raden Wijaya makin tertekan karena birahinya pikirannya kusut hancur
32. memegang kaki I Sora dengan menahan air mata menyesal disertai tangis jangan lupa berkata ingat-ingat sekali
29 a bagaimana kala // Kakanda Arya Wiraja bukankah patut dipegang dan dibela
penawang tyange mangkin matur manis banban masate sapunika doning lemlem bengel kiris manahang tityang sungsul ninggal nagari
31. sampun age sumlang mapakahyunan antosang dumun pilih rawuh I Madraka ipun genah muputang Raden Wijaya sumangkin leleh mulisah kahyune dekdek rujit
32. nglut cokor I Sora ngembeng yeh mattha nyelsel matungtung ling matur sampun lipya eling-elingang pisan
29 a punapi atur // i bli Aryya Wiraja boya gamel pitindih [ 112 ]104
33. Yang dinasehati menjawab dengan tangis seperti berpikir sadar lehernya I Sora dipeluk dan dirangkul pulang kemudian diantar ke pasanggrahan datang-datang lalu tidur
34. dikerubunkan selimutnya makin erat para juru yang menjaganya duduk di bawah Dyah Sutawan diceritakan begitu larut malam terbangun bercakap-cakap gembira bercampur sedih
35. pembantu istana menghadap ke istana menceritakan diri terlalu kangen olehnya mengantarkan Raden Wijaya diceritakan termenung melamun jauh sedih setiap yang melihatnya kagum dan menjadi iba
33. sang papungu nyaurin ban loyan cingak buw mapineh eiing baonge I Sora katkul tur kaemban mantuk tumuli kairing ka pasanggrahan rawuh -rawuh mapugling
34. karubungang kampuhe sayan koskan kadehan gebagin negak di btenan Dyah Sutawan ucapang mara joh pteng matangi mararawosan lyange mawor sdih
35. parek tka ka puri ngan dayang awak kangen kalintang gati bannya ngiringang Raden Wijaya kocap naneng bngong sawat sdih sing mangantenang angob ngolasang ati [ 113 ]105
36. wajah pucat seperti kemasukan nafsu birahi badan lesu dan kurus disuguhkan makanan tetapi tidak di makan bersisir tidak berisi barangnya berhias selesai memakai bunga
37. tetapi ada karena rasa gembira di hati rasa ingin kembali lagi pulang ke kota Tumapel pasti bisa tetapi masih ada satu yang disesalkan menyerahnya di sini
29b38. Dyah Sutawan//merasa tertekan mendengarkan berita sedih seperti dibanguni sebab tidak ada bedanya dengan pikiran yang sama sama-sama mengalami kesedihan merasa-rasakan lama disiksa oleh Tuhan
36. warnna acum kadi ka wisyah smara raga leseh rur kiris katuran ayunan tan wenten ja ngayunang masuri tan wenten pati mapayas usan maskar mapaplik
37. nanghing wenten saking lyang pakahyunan rasa matulak malih mantuk ka nagara Tumapel janten siddha kewanten kari asiki ne kasebtang panungkule iriki
29 b38 Dyah Sutawan // nghes miragyang orttha sdih alah dundunin dening twara bina tken kahyun asah padha nandangin prihatin mangrasa-rasa awt saranten widhi [ 114 ]106
39. dengan merendah dan berkata dengan sopan I Sadrakara menyembah Paduka sebaiknya sekarang mengadakan suatu kunjungan kepada Raden Brawijaya dipakai sebagai ciri bahwa kita masih ingat dan tetapi taat serta dekat dengan sepupu
40. supaya jangan kanda Paduka salah terima dikatakan Paduka lupa ikut juga Ni Madraka memberi pertimbangan dan semuanya memaksa disertai tangisan bertambah susah Dyah Sutawan mendengar
41. mengusap air mata sambil berkata tidak saya pikirkan sekarang tidak ada panjang nah yang akan datang saya doakan Kakanda supaya berhasil sebab saya hidup tetapi seperti mati
39. mepes matur I Sadrakara manyumbah ratu bcikan mangkin ngaturang tinjowan ring raden Brawijaya anggen pracihnaning eling kari susrusa mareka ring mingkalih
40. mangda sampun rakan i ratu kemperan kabawos ratu lali milu Ni Madraka nimbangin tur makejang mikdeh madulur ling sayan kewhan Dyah Sutawan miragi
41. Ngusap toyan cingake sambil ngandika sing kneh tityan jani twara ada lantang nah bwin awkasan ditu astitiyang i bli mangde katkan reh tyang idup mati [ 115 ]107
42. karena sekarang sudah sampai waktunya setiap hari menderita dan malu sepertinya tidak mempunyai kedudukan tidak mempunyai kasta aduh sudah jalan unruk mati yang akan membela siapa yang akan dilihat
43. itulah sebabnya saya ditambah lagi rasa malu mungkin sudah kehendak Tuhan
30 a // begitulah kata-kata Raden Ratna Sutawan lalu keblinger dan tenidur di tempa! tidur rakyamya menjerit menangis
44 permaisuri terkejut mendengar dan tergagapgagap bersamaan orang banyak mengantarkan kebingungan semua yang datang mendekat lagi pula gugup
42. Apan jani suba tutug tani
bagya
kaerang-erang sai
buka tan pawangsa
twara prawak menak
aduh mbaan suba mati
bakal ngwirangang
nyen gurape tolih
43. ento krana tyang imbuh in ban jengah kapo panitah widdhi
30a // pangandikan Raden Ratna Sutawan laut kalnger mapungling jroning pamreman panjake nyrit mangling
44. pramiswari kagyar ngrenga matabtaban rantaban ne mangiring sisu padha tka nyagjag padha kamemgan [ 116 ]108
Dyah Sutawan masih dalam keadaan pingsan lemah dirangkul Permaisuri melihal
45 dengan menahan air mata dan memerintahkan untuk membersihkan air selelah membersihkan muka Diah Ratna Sutawan sadar membersihak air mata takut orang menolongnya ini apa merupakan bahaya yang menyebabkan seperti sekarang
46. sambil menangis Ni Sodraka berkata sambil menyembah bukannya karena apa bekasnya mengadakan penyelesaian satu bulan tUjuh hari setiap dialus-alusi menepuk dada lalu berkata Permaisuri
47. aduh anakku mengapa sih menyiksa diri itu yang mana lagi akan dicari ningrat sudah ningrat
Dyah Sutawan kantu kari lelo masundang Pramiswari nyingak
45. ngembeng tangis nundenang ngusapin toya suba mararaupan Dyah Raina Surawan eling ngusap yeh cingak jejeh anake nulungin ne apa bhaya makada buka jani
46. sambil ngling Ni Sodra ka matur nyumbah boya antuk punapi pcak masasiddhan asasih pitung dina sabran disasirih mantegin rangkah ngandika Pramiswari
47. aduh dewa nguda si nya kitin awak nto ne ken bwin alih menak suba menak [ 117 ]109
kecantikan sudah terlalu cantik yaitu yang sebenarnya itulah yang dicari melaksanakan tapa brata ah janganlah terlalu sering
48 mungkin menyebabkan menjadi penyakit yang berkepanjangan
30 b juga // kasihanilah Bibi Dyah Rama Sutawa menjawab dengan air mata Raja katanya menyayangi membangun tempar hiburan tak lain yang dipuji
49 Raden Bagus dan para juru disa yangi tidak ada bandingannya karena Raja Daha makin benambah sayang Raden Wijaya makin keras kemauan menghamba siang malam datang menghadap
jgege ngonang suba mlah twah nyandang bnehe isti nginemaneng mabrata dong da ke bas sai
48. sinya krana dadi sakit kadadawan
30 b pada // lem kuda bibi Dhyah Raina SUtawan masaur ban yeh cingak sang Prabhu kocap ngasihin nangun pasraman tan lyan kapuji-puji
49. Raden Bagus tkaning para kadehan kekalem tan patanding doning Prabhu Dha sayan muwuh pangeman Raden Wijaya sumingkin saat nyewaka pteng lemah mamangkil [ 118 ]110
50. lagi pula perasaan dunia sudah diperiksa Raja makin lupa terhadap lima malam petaka bahaya yang tidak dapat dikendalikan menjadi sangat memberatkan Raden Wijaya di sana menjalankan surat
51. ke Sumenep diserahkan kepada Raden Arya mencari daya upaya lagi dan lagi pula memberitahukan segala sesuatu yang ada di Daha Raden Brawijaya lagi sekarang ceritakan sehari tidak menghadap
52. membuat kepribadian menggambarkan dirinya meniru cerita lama ketika Dewi Sita diculik dibawa ke istana Lengka berserakan dan akhirnya ketahuan memilih
50. kalih kneh jagate suba kapriksa sang Prabhu sayan lali tken pancabaya baya pan dadi titah dadi manden rani gigis Raden Wijaya ditu nyalanang tulis
51. ka Sumnep kasrah tken Raden Aryya ngalih upaya bwin tur makatauwwang sinikase di Dha Raden Brawijaya malih mangkin satwayang adinda twara nangkil
52. nggae talingkahan raga ne gambarang nurah critane riin duke Dewi Sittha di jro Lengka kajarah kaoyag katara milih [ 119 ]111
menghunus keris ada di sana yang telah disediakan
53. beralaskan kertas bentuknya nyata rambutnya indah sisirannya rapi tujuannya jelas prajuru itu semuanya memuji-muji senyumnya I Sora suaminya baik
54. Pantas sekali penampilannya menjinjing kepala I Medang lalu menjawab kanda begitulah sudah sikapnya dengan muka tebal ditakuti orang setiap hari tertawa bersemaan terpingkal-pingkal setiap yang mendengar
55. ih warga dalem ikut diceritakan melirik matanya melotot kabur sangat tegang sosok cahaya mukanya jernih
ngembus kaduran ada ditu kadamping
53. madasar kareras papin dane sinah bokbokannyane rawir sasitsitan slar ulengannyane kdhas kadehane ngalem sami knying I Sora mwanin ipune bcik
54. Pantes pisan sbenge nadtad punggalan I Mdhang manyautin bli kelo suba jnenge ngadu pongah takutin jalma sai kdek mabriyag engkel asing miragi
55. ih wargga daleme milu
magambarang
nirek matane nlik
bureng sanget sengat
pangus sbenge gtar [ 120 ]112
I Sora berkata dan
tersenyum
mengenai hal di mana jalan
cerita yang diambil
56 . barangkali pada waktu
masuk dalam hut an
lalu mencari bantuan
melawan I Rawana
pada akhirnya berakhir
Desa Lengkanya kacau
pada waktu itu datang
Ni Sodrekara secara
sembunyi-sembunyi
57 . para pembantunya terkejut
dan kebingungan keluar
tetapi ada yang masih
tertinggal
oh kamu yang datang
itu kata I Pamandana wahai
para pembantu segeralah
manghadap ke sini
Raden Wijaya terperanjat
31 b me // noleh tersenyum
58. Ni Sodraka mengusap-usap
kakinya sambil menyembah nyembah
duh paduka seperti
bermimpi
I Sora maatur kning
bnengan dija
lalampahane mambil
56. manawi dawge nyusup
jroning alas
ngraris mangrereh kanti
ngrusak I Rawana
kapuputan nyidayang
Desa Lengkane judi
kalangan leka
Ni Sodrekara nyilib
57. kawulane langkejul sisu ka
jaba
sokade anae kari
ih nyai ko tka
munyin I Pamandana
nah parek enggalang mai
31 b Raden Wijaya kagyat ma
tolyan knying
58. ngusap cokor Ni Sodra ka
nyumba-nyumbah
113
gembira hati saya
tidak lain hanya pemberian
Tuhan
saya sudah mati hidup lagi
karena dapat
melihat paduka pada hari ini
59. beliau adik paduka hamba
beritahukan
sering sampai larut malam
tidurnya gelisah
tidak lain dibicarakan
kedudukan paduka di sini
maka hamba
tanpa izin datang ke sini
60. lagi pula beliau adik Paduka
lebih dahulu
ketika baru datang ke istana
Sri Baginda Raja mencari-
cari
beliau sama sekali tidak
suka
diambil dijadikan istri
kalau dengan cara paksa
pasti memperpendek umur
61. sampai pucat beliau bekas
dikurung
mengurangi tidur
lyang pamanah tityang
wantah bhatara icca
tityang padem malih urip
antuke siddha
nangah i ratu mangkin
59. ida rain i ratu aturang
tityang
nyabran makadoh wngi
preme belasak
tan lyan kabawosang
linggih i ratu iriki
awanan tityang
mabos rawuh mariki
60. kalih ida rain i Ratu riinan
daweg wau ka puri
sang Prabhu mburutang
ida tan sudi pisan
kaalap kaanggen rabi
yan maprakosa
janten munggelin urip
61. kantos acum ragane pcak
madhapa
mrem kang nunain [ 122 ]114
kebetulan mengangkat putra diatur oleh Sri Baginda Raja itulah sangat membuat segan Raja Daha sulit pikirannya sekarang
62. kemudian adik Paduka berbuat apa adanya diri beliau sendiri disakiti sering berpuasa Paduka yang diharap-harapkan bertemu lagi sekilas Raden Wijaya sesak nafas menahan tangis
63. bersimpuh tertariknya I Pamandana
32 a // perasaan di dalam hati aduh jiwa ragaku ingat Paduka dengan hamba berdoa dengan hati yang tulus Raden Wijaya makin merasa tertekan dan bingung
64. prajuru itu susah semua memikirkan ada yang datang menangis
katuju ndamaputra pandikandha sang natha punika banget ngemadin sang Prabhu Dha rikat kahyune mangkin
62. Raris rain i Ratu nangun sasiddhan ragane kasungkanin sabran ngupawasa i ratu kaistiyang mapanggih maliha palih Raden Wijaya begbegan ngmu tangis
63. maledoh kalangene I Pamandhana
32 a // pangrasane di ati aduh atma jiwa eling Ratu ring tityang ngacep antuk brattha lewih Raden Wijaya sumingkin engsek paling
64. kadehane ibuk padha ma knehan adane muug ngling [ 123 ]115
I Mahisa Wagal
mau mengamuk keluar
I Sora makin erat memegang
makin gelisah
Raden Wijaya menangis
65 . menjadi marah berkeinginan
meneruskan tidak tidur
I Sora cepat mengetahui
lalu menasihati dan
janganlah
terlalu terburu-buru berpikir
runggulah kata kakanda
kalau tidak ditunggu
mung kin buruk yang akan
ditemui
66 . kalau dianggap benar
sebaiknya adakan pember ian
titipkan ke dalam is tana
di sana dititipkan
selengkapnya beserta
pakaian
empat buah cincin
bagus-bagus
terbungkus rapi
dengan gambar yang dibuat
tadi
i Mahisa Wagal
nagih ngamuk psuwan
I Sora nkekang ngisi
sayan ngadesah
Raden Wijaya nangis
65 . dadi renget makayun
nglautang ndhaga
tangeh I Sora glis
makeling sampunang
gagison pakayunan
antosang rawos i bli
yen tan jamosang
pilih kawon kapanggih
66 . yan kapatut bcik wen
yan kapalUt bcik wenten
ang paicca
papetang ka jro puri
ditu kattitipang
sakuub miwah was Ira
bungkung patpal becik
becik
makaput melah
ban gambareka tuni [ 124 ]116
67 . Kakak Sodrakara ini bawa
persembahkan
saya masih sayang pad a jiwa
tidak menghitung rasa malu
lupa dengan kasta
datang menjadi abdi di sini
jadi bawaan
adikku sebabnya datang ke
sini
68. sudah selesai menyampai
kan pesan Ni Sodrakara
32 b // mohon pamit lalu keluar
Raden Bagus keluar
melaporkan kesedihan
di pinggir sungai berjalanjalan
I Pamandana
pembamu kecil ikut
69 . I Rudita namanya dan I
Wirajata
berasal dari kaum
bangsawan Singasari
ini yang menyalahkan
membawa sorok dan jala
putus ceritanya lagi
sekarang diceritakan
67. embok Sodrakara ne aba
aturang
ryang nu nyayangang urip
twara ngitung jngah
engsnp teken kawangsan
tka ngawulane dini
dadi tadtad£ln
iyadi krana nuli
68. suba pragat mbesenin
Ni Sodrakara
32 b // mapamit gelis mijil
Raden Bagus kadal
nglapur kasungsutan
di tpin yehe malali
I Pamandhana
parekan crik ngiring
69. I Rudhita adanya mwah
I Wirajatha
wit menak Singhasari
puniki ngiwangang
ngaba sorak pencar
punggelang satwane bwin
jani ucapang [ 125 ]117
matahari sudah condong ke barat
70. sudah terbangun Dyah Sutawan di tempat tidur bekas pusing tadi mendengkur di tempat takut menunggu dipanggil bantalnya yang selalu ditelungkupi rambutnya terurai kusut banyak melilit
71. seperti mendung yang berkumpul penanda akan turun hujan pinggang lurus dan ramping seperti pelangi penglihatannya jauh sekali seperti meniru cahayanya petir cahaya mukanya bersih seperti langit yang bening
72. penglihatannya seperti sinar bintang bentuk mukanya seperti bulan terbayang seperti Dewa Asmara
suryyane suba lingsir
70. ba matangi Dyah Sutawan di pamreman laad linyunka tuni ngrek di pamreman rakut ngantyang kasengan galenge tan sah kakebin rambute buyar samben lyu makilit
71. sawang gulem ne ngembun mangmu ujan madya rurus tur ramping kadi kalialah panyingakane sawat nurah saledetan tatit sasbeng kusya mairib langit hning
72. buka bintang palyate pakantenan warnnane pola sasih
marawat smara [ 126 ]118
perasaan Dyah Sutawan tak menentu dan ketakutan bukan main takutnya keluar
33a 73 tiba- // tiba datang Sodrakara lalu menyembah tergesa-gesa berkata ini pemberian kakak paduka lihat segala sesuatu dari mereka diterima baik berupa surat lihat di pembungkusnya
74. lagi pula ada pesan
beliau pada hamba
hamba diutus lagi
kembali keluar
bagaimana perkataannya
akan saya bawa sekarang
perintahkan
pada hari ini secepatnya
75.kakak Paduka bagaikan kumbang melihat bunga yang harum yang ada di dalam taman kira-kira dapat melihat
kayune Dyah Sutawan kesyar-kesyor twara mari jejeh ngatugtag wtu emeng tan sipi
33a 73 sa // get tka Sodrakara saha sembah papeson matur manis puniki paicca rakan i ratu cingak sadaging ipune tampi madewek surat ring pangapute aksi
74. malih wenten pabsen ida ring tityang tityang kautus malih ka jaba matulak punapi pawacana juga gawan tityang mangkin pangandikayang tpengang kni glis
75. rakan i ratu kadi tambu lilingan ngawas skare miik sangijroning taman bantas polih macingak [ 127 ]119
belum dapat mengisap sarinya paduka tidak lain bagaikan bunga yang harum
76. Dyah Sutawan perasaannya tidak enak ketika mendengarkan dan bangun duduk ncngusap mata mata bengkak menambah kecantikan rambutnya terurai lalu diambil terus di sanggul sanbil menjawab dengan pelan
77. saya sangat berterima kasih atas ketulusan hati Kakak tapi yang di rumah pemberiannya agak murahan pembungkusnya seperti
33 b lebih // berat tidak dapat diukur
78. cocoklah dipakai perhiasan Dewi Sita Kakak ibaratkan seperti bentuk di kertas
durung polih ngisep sari i ratu tan lyan maraga skar mik
76. Dyah Sutawan ngras kayune mamirengang tur matangi malinggih ngusap panyingakan bengul ngimbuhin mlah rambut sambeh paglawir saup pusungang sambil adeng nyaurin
77. duh kaliwat-liwat bantyang nyuksmayang Swecan kayun i bli nanghing ne jumahan paicane temberan pangaputnyane makadi
33 b makabo // bottha twara bakat timbangin
78. pantes anggon papahyasan Dewi Sitta ne siptayang i bli mapinda di kretas [ 128 ]120
seorang wanita mulia setia pada suami tiada bandingnya merusak perasa susahnya seperti di kawinkan
79. tiba-tiba datang seorang pelayan dari tempat tidur atas perintah dari Permaisuri jongkok kemudian berkata sopan sambil menyembah apakah Paduka sehat Paduka dipanggil sekarang untuk membenarkan kelakuan orang Jawa
80. barangkali yang mana cocok ditaruh di tengah juga yang mana untuk di pinggir itu yang tadi Paduka dikatakan sedang dalam keadaan sakit yang tadi Permaisuri juga sakit maunya berkunjung ke sini
anak istri uttama patibrattha tan patanding ngrusak pang rasa ibuke ala antenan
79. saget pangayah ali pasaren tka putusan pramiswari nyongkok matur nyumbah nawi Ratu pakenak ratu kasenganne mangkin pacang matutang papanen bikas Jawi
80. yan punapi anut magnah ring tngah kalih jaga ring tpi sane ikatunyan Ratu katur panungkan ne inuni Pramiswari taler panungkan ukuh nglawad mariki [ 129 ]121
81. baiklah sekarang sudah
waktunya mengabdi
lalu berjalan bersama-sama
tidak ada yang berhias
rambut terurai
bersanggul tanpa bersisir
makin diperhatikan
rupanya menarik hati
82. setelah sampai di tempat
tidur diceritakan
orang yang bercerita merasa
sedih
34 a //banyak mendapat
menjaring
menyuruh mengambil
suguhan
di tepi sungai yang sejuk
selesai dimasak
ikannya disimpan dengan
baik
83. para juru dan rakyat ramai
makan bersama
siang malam tidak henti-hentinya
bersenang-senang
menghibur hati yang sedih
jalan suba mamarek suba
etangan
raris sareng mamarggi
twarada mapahyas
rambut masurambeyan
maglung twara masuri
sayan kawangwang
warnnane nudut ati
82. sarawuhe di pasaren
kacarita
sang manglalipur sdih
34 a // lyu mbaan mencar
nunden njuwang gibungan
di sisin tukade htis
Puput maolah
mbene maapikin
83. kadhehan mwah panjak
rame magibungan
pteng lemah tan mari
ngadakang sasukan
nglipur kayune bungsang [ 130 ]122
setiap pulang dari menghadap Raden Wijaya ikut hanya berdiri
84. Waktu itu datang surat untuk Raden Arya memberitahukan supaya segera Raden Bagus meminta untuk membangun desa Trike sudah permisi Raja mengizinkan bebas datang mengisinya
85. sudah diberitahukan kepada Arya Wiraraja mengenai hutan yang akan dikerjakan segera diberi hadiah di sana orang Madura banyak datang ke Terik lama-lama ada makanan tidak mencukupi
86. di sana tersebar di hutan mencari makan ditemukan buah bila yang rasanya pahit
tunggal mantuk uli nangkil Raden Wijaya milet bates ngadgin
84. ditu tka surat aturan Raden Arya ngaturang apang ngraris Raden Bagus nunas nangunang nganggo desa Trike suba kapamit sang Prabhu icca bebas teka ndagingin
85. kapiuningan suba Aryya Wiraraja ban alase di terak gantas kapaicca ditu i wang Madhura yu tka nanggas ka Terik kaswenan ada kasangon kwang bhukti
86. ditu sambeh di alase ngalih amah nadakang bila pait [ 131 ]123
semuanya kebingungan buah apa saja dapat dimakan semua mengatakan pahit yang lain muntah karena rasanya memabukkan
87. yang sudah memungut lalu dibuang-buang,
34 b buah bi // la pahit banyak orang yang heran makanya disebut daerah Majapahit itu sebagai bukti siapnya memerintah bumi
88. siang malam tidak lagi diceritakan daerah di Terik sampai berupa desa datar dan luas menurut tafsiran akan jadi baik dengan cara mengusahakan Raden Aryya menyeleng- garakan
89. makin dekat sehingga orang-orang Madura
makjang kemengan bwah apa bakat amah makjang ngorahang pahit lenan ada ngutah ban rasanya munyahan
87. nene suba nuduk kaentung- entungan
34 b bwah bi // lane pahit lyu anak ngangobang sangkan payu kesambat tatanggas Majapahit nto cirin siddha sadyane muter gumi
88. pteng lemah malih twara da kaucap panangease di Terik kanti minda desa mlah napak tur jimbar tatakehan pacang bcik saking nyaahatang Raden Aryya ngitungih
89. sayan paek pan kanti wong Madhura [ 132 ]124
mengungsi ke Majapahit meskipun orang-orang Daha juga dekat datangnya I Wiraraja memberitahukan Raden Wijaya datang ke Majapahit
90. diceritakan Raja sudah berhias pagi-pagi sekali akan dihadapi keluar ke halaman istana penuh para camat para pengikut banyak yang hadir Patih Mundarang sebagai tokohnya menghadap paling awal
91. orang-orang jongkok di sepanjang jalan senang semua melihat Raden Brawijaya datang pada saat upacara dimulai berjalan tak beraturan pada waktu menghadap seperti pelayan Dewa prajuru itu menakuti
mgungsi ka Majapahit yadin i wong Dha masih paek tekanya I Wiraraja ngaturin Raden Wijaya rawuh ka Majapahit
90. kacarita sang prabhu sampun mapahyas pasmongan katangkil mijil ka bancingah tbeng para punggawa prarangga prakbo titib Patih Mundarang mucukin negak nangkil
91. pajongkok jalemane salantang margga suka padha ngiwasin Raden Brawijaya rawuh saupacara majalan ngambyar ngarepin mirib gandarwwa kadehane ngresresin [ 133 ]125
92. bersuara gemuruh berduyun- duyun sampai di bawah halaman istana
35 a Ra // den Wijaya cepat cepat menurunkan selimut berwarna merah dan hijau memakai selendang sutra berwarna putih memakai sarung keris yang bersih terpotong-potong kayu berwarna hitam dengan baik
93. sampai di hadapan Raja jongkok sambil menyembah Raja gembira melihat I Yagus Wijaya pertama kali Kakek melihat wajah mukamu Agus sekarang sangat menyenangkan hati Kakek
94. baiklah Paduka atas ketulusan hati Paduka sebabnya seperti ini karena terlalu gembiranya menjawab sambil tertawa Raja duduk menunduk
92. gredeg nering ngiring tked beten bancingah
35 a Ra // den Wijaya giis kampuhe tdhunang mabikas barak gadang mabulang sutrane putih morangka danta pelet mackah bcik
93. tked dhi payunan nyongkok saha sembah sang Prabhu Iyang ngaksi I Yagus Wijaya Tumben kaki ngantenang sasbeng Aguse jani nyukanin idep kaki
94. inggih Ratu antuk swecca pakayunan awanon sapuniki legane kalintang nyaurin sambil icca sang Prabhu nguntuk malinggih [ 134 ]126
Raden Wijaya menghadap ke atas lalu menyembah
95. menoleh melihat Raja Rai Winotan menyembah dan berkata dengan tersenyum bekasnya suram sekali kelihatan matahari itu mungkin sudah memberi tahukan menjelang pagi yang menyebabkan menjadi senang dengan berjalan-jalan membawa senapan
96. tertawa Raja ah wajariah anak muda memang senang melancong kelahiran Madura senyuman yang digunakan untuk mencari hanya 12 pasti dapat banyak semak-semak di perkebunan dibakar
97. I Wagal berkata henar 35 b sekali // itu kandang dibangun lebih dulu
Raden Wijaya nyumbah munggahan nangkil
95. nolih ngaksi sang Prabhu rai Winotan nyumbah maatur knying pcak remrem pisan kanten suryya punika pilih ngatag galang kangin engken doning enak mencareyan mambedhil
96. mingis sang Prabhu ah prah anak bajang mula dmen malali tumbuhan Madhura knying anggen pangulah angan roras polih ugi hbete katah ring rendange enjutin
97. I Wagal matur patut 35 b pisan pu // nika garogol wangun riin [ 135 ]127
supaya lebih luas diperbanyak jerat dan ranjau jalannya binatang masuk pintu penutup buka dan tutup segera
98. Raja tertawa semua menteri itu senang benar itu dilaksanakan Bagus besok pergi terbayang dalam bayangan datangilah ke Majapahit tetapi harus secepatnya lagi kembali ke sini
99. supaya jangan terlalu sepi di negara terutama Kakek cukup lama ditinggalkan oleh Agus pergi Winotan berkata sopan benar sekali pasti sepi di sini
100. Raden Bagus tersenyum berkata sambil menyembah baiklah tidak akan lama hamba lagi kembali tetapi tunggu di musim terang
mangda masalwanan pakehin lutih sungga marggin burone mangranjing gaglebegan bukayang uneb glis
98. sang Prabhu mingis sa pramantrine lega bneh ento jalanin bagus mani lwas mugroh jroning rarangan tkain ka Majapahit nanghing enggalang bwin matulak mai
99. apang da bas sanget samun di nagara makadinya kaki maklo tong nyandang kalahin Agus lewas I Winotan matur bhakti sawyakti pisan janten samun iriki
100. Raden Bugus knyem matur saha sembah inggih tan wenten lami tityang malih ulak nging amos masan trang [ 136 ]128
hamba sekalian permisi jadi besok dipagi hari hamba berangkat
101. Raja mengangguk lalu pergi ke istana Raden Wijaya pulang menuju ke pondok begitu datang ke tempat tidur langsung tidur bantalnya ditelungkupi teringat akan masalah yang dibicarakan adiknya akan berpisah
36 a dihibur-hiburnya //
102. sedikit pun tak terlupakan tersedu-sedu menangis merasa ditinggal mengakibatkan perasaan menjadi kusut sebab keduanya adiknya berjauh-jauhan sama-sama berbeda tempat
103. dalam hati jadi bingung seperti jadi serba salah menyebabkan bertambah sedih
tityang sapisan mapamit
durus ne benjang
smeng tityang mamarggi
101. sang Prabhu manggutan budal ngapuriyang Raden Wijaya mulih ngungsi papondokan bu rawuh ka pamreman chug galenge kakbin kangen mawosang raine pacang blasing
36 a palila-lilayang //
102. tong lali akdhap sango-sango manangis mrasa bu usaddha ngawiragas laga reh raine makakalih maajoh-johan padha mlenan gumi
103. pitungane emeng dadi alah bengkang mapwara sayan sdih [ 137 ]129
tidak punya akal untuk memikirkan diri sendiri air matanya ditahan usap-usap dengan tangan semakin deras keluar
104. Raden Bagus tidur I Sora makin mendekati perlahan-lahan berbisik-bisik kamu Wirajata dan Ni Sodrakara ke sana segera juga harus cepat-cepat ke kota melancong
105. yang diutus sudah berangkat ceritakan di rumah Dyah Sutawan mendengar Raden Bagus diceritakan sudah berangkat pulang berdomisili ke Majapahit Raja tersenyum merencanakan pergi besok
106. terisak-isak Ni Sodraka berkata dan menyembah ya Raja mungkin Tuhan yang menyebabkan sengsara
twara nglah daya ngencanin kayun raga yeh cingake pakowatin usap ban tangan semingkin meles mijil
104. Raden Bagus sirep I Sora ndeskang adeng makisi-kisi cai Wirajata miwah Ni Sodrakara kma enggalang ne jani masih enggalang ka nagara malati
105. ne kautus majalan di jro ucapang Dyah Sutawan miragi Raden Bagus kocap suba mapamit budal madesa ka Majapahit sang Prabhu icca ayat lungha ne mani
106. sngi-sngi N Sodraka matur nyumbah duh Ratu kapo widhi ngaryyanang sangsara [ 138 ]130
baru punya perasaan enak lagi sakit parah bertumpuk-tumpuk banyak dewanya yang tidak senang
107. sebaiknya dia kakak Paduka jangan
36 b datang menginjak ke sini supaya lebih baik penyakitnya ditahanlah ini datang yang kedua kalinya sangat tidak dimengerti pikiran hamba sekarang
108. benar kakak saya tidak mengira sama sekali dengan kata-kata kakak dengan orang yang ksatria bukan Raja mulia pikirannya kurang setia akhirnya hilang jadi buyar ikhlas pergi menjauh
109. nah memang tidak bisa disembuhkan tetapi yang dipakainya cuma satu terserah nasib kita
wau makayun enak rahat panungkane malih masusun katah dewane ja bas dhengki
107. pisan ipun rakan i Ratu sampunang
36 b rawuh ngentap iriki mangda pisan-pisan panungkane tahanang niki tka mingkalihin banget kamagan manah tityange mangkin
108. saja embok tyang tong madaya pisan ken rawos i bli ban anak satriya tusing ratu utama kayune kwangan tindih dadyanya myang tinas budal ngejohin
109. nah mula sing dha
dadi pacang sgerang
twah kaanggonnya absik
tuduhe sarannya [ 139 ]131
biarkanlah saya sendiri
biarpun hidup atau mati
supaya tidak repot
menerima kehendak Tuhan
110. mengusap-usap air mata Ni
Sodrakara
Paduka janganlah lupa
berpegangan pada tata cara
loyalitas itu harus dipegang
teguh
pemberian itu semua
diibaratkan
seperti mencari kakak
Paduka
111. kalau diceritakan kata-kata
di dalam istana itu panjang
Ni Sodraka keluar
membawa sesuatu
pura-pura tidak tahu
I Wirajata dijumpai
Juga Rudita
juga berpura-pura
melancong
37a I Rudita tertawa // terbahak 112 bahak saya
dpang tyang padidyan
yadin idup yadin mati
apang da rembat
nampi panitah Widhi
11O. muyadsadin yeh mala
Hi Sodraka ra
Raw sampunang lali
ngamlang sasana
subhakline lindihang
pakirim punika sami
parisasaltang
rakan i ratu istri
111 . yen satwayang rawose di
puri lantang
Hi Sodraka mijil
maaba-abayan
nyaru twara da nawang
I Wirajatha kapanggih
mwah I Rudita
masih nyaru malali
37a I Rudhitha kdhek // losan 112 tiyang [ 140 ]132
menunggu dari tadi kebetulan berpapasan tersenyum Ni Sodrakara cepatlah berjalan pulang beri tahu akan datang ibu pada hari ini
113. berjalan bersama-sama tiba di pesanggrahan dijumpai sudah penuh para undangan kuda semuanya sudah siap akan penyelenggaraan besok Raden Wijaya di tempat tidur duduk
114. tiba-tiba datang Ni Sodraka segera mendekat I Sora menyapa nah silahkan ke dalam menghadap ke tempat tidur Raden Wijaya mendengar sepertinya terkejut berkata dan tersenyum- senyum
115. ingat-ingatlah Kakak berjanji pada saya masalahnya tidak dibela nganti uli katuni katuju mapapas knyem Ni Sodrakara Jalan te enggalang mulih aturang tka meme bwin ne jani
13. bareng majalan tked di pasanggrahan katpuk subse titib jalma sarathan jaran padha madabda pacang pangrembate mani Raden Wijaya di pamreman malinggih
114. Saget tka Ni Sodraka enggal nyagjag I Sora manyocapi nah nglawut mulyan mamarek ka pamreman Raden Wijaya miragi masawang kagyat ngandika knying-knying
115. inget-inget embok su makuta tyang bane kwang tindih [ 141 ]133
bukannya sifat seorang bangsawan ingkar seperti ikhlas menjauh tinggal sekarang begitulah diberitahukan ditanyakan adikku
116. saya mohon karena bersalah harus dihukum nah beri tahukan kepada adikku saya tidak akan ingkar dengan kata-kata saya bingungnya bukan main menjadi ingkar janji lupa dengan kata-kata
117. tetapi begitu kalau saya punya umur panjang
37 b saya ber // sedia lagi kemari menyampaikan kepala mengubah perilaku sebagai pembantu terhadap Raja di sini Jangan tidak percaya beritahukanlah adikku
118. Ni Sodrakara tertegun lalu menyembah dan mempersembabkan sesuatu pemberian sing ja bikas menak mitya mairib tinas ngejohin madesa jani keto aturang pisesedin i yadi
116. tyang nunas pamresisip pamidanda nah sadukan i yadi tyang sing ja piwal tkening munyin tyang ngae kmagan tan sipi dadi malecca palih tkening munyi
117. Nanghing keto yen tyang awet dadi janma
37 b ryang sa // dya bwin mai ngaturang punggalan nyalinin bikas manjak tkening sang Prabhu dini nda sangsaya piuning ja hyadi
118. Ni Sodrakara caneg ma kapyut nyumbah tur ngaturang pakirim [ 142 ]134
karena ada tanda-tanda akan menyerahkan kepala lalu mohon pamit tuanku mudah-mudahan juga berhasil pekerjaan itu
119. sudah pergi I Sodrakara I Sora mungkin Paduka berkata dia Nia Sodraka mengerti dengan kata-kata sindiran Raden Brawijaya tersenyum ah paman Sora namanya saja dalam istana
120. selimut pemberian itu diambil dan dibuka berisi kata-kata yang menyenangkan di tengahnya berbentuk tunjung menonjol dua di batu yang hitam dan indah berisi ukir-ukiran menarik sesuai dengan sisinya bane kasiptayan pacang masrah punggalan karasa laut mapamit ratu dumadak siddha karyyane ugi
119. suba budal I Sodrakara I Sora matur Ratu manawi ipun Ni Sodraka tangeh ring sasiptayan Raden Brawijaya mingis ah Bapak Sora bas anak isin puri
120. kampuhe pakirim jmak tur kberang malengkara ngedanin di tngah mapinda tunjung malodlod dadwa di batu iteme rawit makakarangan langa manut tpi [ 143 ]135
121. kedap-kedip rupanya berkelap-kelip pekerjaannya rapat dan indah hanya pekerjaan tangan tertarik setiap yang melihat karena kelihatannya tidak begitu manja Raden Wijaya bingung bercampur sedih
122. Dyah Sutawan tidak henti- hentinya dilihat-lihat
38 a // menyita waktu setiap hari Raden Brawijaya polanya itu diperhatikan menggerutu sambil mencubit-cubit yang ditengah-tengah ciri-cirinya hancur-lebur Sri Sukanya Sri Singa Labaka sudah terkenal perkumpulan yang baik di mana akan dicarikan karena memang utama laksananya memang baik sifat dan perilakunya juga baik
121. pokadepdep gobannyane Kenyab-kenyab ktegane nges alim twah pakarddhin 1angan cumpu asiing ngantenang pangaleme tani gigis Raden Wijaya inguh mawuwuh sdih
122. Dyah Sutawan tan pgat kacingak-cingak
38 a // nantung pitungan sai Raden Brawijaya papindane pdasang ngremon sarwwi nundik- nundik nene di tngah sasiptayane latig
123. Sri Sukanya Sri Singha Labaka lumbrah pamupulan sarwwa lewih dija kar alihang anak mula uttama pamarggine mula bcik tatingkahan melah [ 144 ]136
apa pun yang dilaksanakan serba baik
124. begitu cepat menafsirkan terhadap kakaknya yang masih berada di sebelah timur Madura itu Raja Sukanya pantaslah menjadi Permaisuri selalu teguh tidak bisa dikagumi
125. begitulah pikiran Raden Wijaya bertambah sedih jatuh cinta kelewatan terlalu sedih sesak menjadikan lupa diri I Pamandana takut dan kebingungan membantunya
126. semua prajuru menangis tersedu-sedu mengeluarkan kata-kata sedih paduka junjungan hamba sing solahang sarwwa bcik
124. tka sanget cacepsan masasiptayan tken rakane kari di dangin Madhura ento Prabhu Sukanya pantes nyneng pramiswari pageh satata twara da bisa gunggih
125. sapunika kayune Raden Wijaya maimbuh-imbuh sdih kasmaranne mamrat sungsut kalintang-lintang engsek dadi twara meling I Pamandhana Jejeh sisu nulungin
126. kadhehan paslegut negling makjang masasambatan sdih ratu gustin tityang [ 145 ]137
apa itu yang menyebabkan
kalau setiap hari
seperti ini
ingat-ingatlah
Paduka jangan sampai lupa
127. Raden Bagus sadar mengingat-ingatkan diri I Sora yang memberikan segera air untuk membasuh muka setelah dipakai mencuci muka lalu berkata agak cemberut hai paman Sora rasa-rasanya besok
128. sepertinya tidak akan sampai di sana di tempat tujuan biarlah mati di sini jiwa dipersembahkan terhadap Raja Daha kalau mati mengamuk di istana selamat dapat ditemukan dengan emas dan manik hamba
punapi ja ngaryyanang
doning nyabran sapuniki
eling-elingang
Ratu sampun bas lali
127. Raden Bagus eling manegiegang rangga
38 b I Sora mangaturin toya raup enggal suba karaupang ngandika masawang jngis ih bapa sora rasa-rasanya manni
128. buka tong tked ditu di mararyan dpangin mati dini uripe aturang tkening Prabhu Dha yen mati ngamuk di puri swasta kacingak ban mas tityange manik [ 146 ]138
129. baiklah paduka saya ini I
Wagal
sendirian mohon diri
mengamuk ke kota
janganlah bersamaan
pasti hancur-lebur semuanya
Daha itu
saya injak-injak sekarang
130. makin bingung pikiran I Pamandana malu sekali mendekati I Wagal cepat-cepat menerobos mau keluar I Sora mendekati dan memegang melakukan sembahyang dengan kata-kata kasar ah benar kamu berani
131. saya kira ada yang menyembelih kambing dan kerbau besok jadi bisa sendirian kamu di sini mati junjungan kita bagaimana laki dan perempuan tidak dilihat I Misa Wagal dendam dan termenung serta membisu
1129. inggih Ratu puniki tityang I Wagal padewekan mapamit ngamuk ka nagara sampun ja masarengan janten dekdek lidek sami Dha punika ijak tiryang ne mangkin
130. sayan emeng knehe I Pamandana lek gati manyagiagin I Wagal ngenggalang nrobos nagih peswan I Sora nyagjagin ngisi
masajen banggras
ah wanen saja cai
131. kaden ada nampah kambing benjang misa
dadi bakal padidi cai dini bangka gustin gelahe kudyang istri kakung sing datolih
I Misa Wagal jngah bngong mamendil [ 147 ]139
39 I Pamandana berpeluk // an
132. erat berkata dengan memohon belas kasihan aduh paduka kuatkanlah pekerjaan itulah ditekuni usaha kita supaya tidak ketahuan mencelakakan diri apabila ini dituruti
133. dan itu juga nasihat Raden Arya nasihat daya upaya yang baik mungkin akan berhasil sekarang pasti akan ketahuan bila nafsu itu dituruti janganlah goyah rusak dan bergoyang akhirnya
134. banyak yang meminta nasihat Raden Wijaya masih bingung merasakan menuju ke tempat tidur kemudian meringkuk
39 a I Pamanda ngatkul // nglut
132. raga matur ngolasang ati
duh ratu paghang karyyane palengpengang upayane mangde sangid
mencanen raga yen tuukin puniki
133. kalih punika saatur Raden Aryya pitket dayasandi
meh jaga kasiddhan ne mangkin janten wera
yen kamdendrane ulurin sampunang obah rusak oyag pangiring
134. lyu atur pamungu-mungu nawgang Raden Wijaya kari begbegan mangrasa ngarojog ka pamreman mabungkelek myapit tumuli [ 148 ]140
tidak diceritakan
setelah malam diceritakan
besoknya
135. ribut terburu-buru ada yang bingung mengambil kuda yang lain mengambil burung semua memuja anjing ada yang membawa kendi bersamaan dengan sapi lain lagi ada yang bersiap- siap berjalan mendahului
136. Raden Bagus sudah menunggangi kuda berjalan dipayungi sampai dengan prajurunya semua menunggangi kuda orang Madura banyak yang mengantar sebentar saja sudah jauh sekali jalannya lancar
137. sampai di perempatan
39 b yang besar ter // pencar orang-orang yang menonton Raden Brawijaya
tan kacarittha pteng satwayang mani
135. mabyaywan ada sisu nymak jaran len ada nymak kdhis basong padha nyarcca ada ngaba caratan mapangdengan ban sampi len ada ngrembat
majalan ngamalwin
136. Raden Bagus sampun ngalinggihin kuda mamarggi mapayungin tkaning kadehan padha negakin jaran wwang Madhura tbeng ngiring akjap sawat
tindakane narisdis
137. tked di pempatan agunge 39 b pasa // nial jalmane mabalih Raden Brawijaya [ 149 ]141
prajuru sekalian semua yang mengantarkan menunggang kuda cepat-cepat turun masih membawa pecut
138. menurunkan selimut dan tulisnya asli berwarna berikat pinggang sutra berwarna ungu pangkal keris berkilau orten-ortennya berpola kupu-kupu mengisap sari rambutnya terurai indah lipatannya
139. jalannya pelan-pelan halus dan santai di depan upacara di samping tempat duduk Raja anjing banyak herkeliaran mendahului dengan burung seperti pemikat bersama dengan senapan
140. yang menonton laki perempuan merasa heran upacaranya di sini
kadehane makjang sapangiringe negakin
tuunan enggal hnu ngaba camti
138. nyrodang kampune jos tulise mawarnna mabulang sutre tangi
orangkane ngranyab papulasan mapinda kupu-kupu ngisep sari rambuten buyar langa malipat aking
139. pamarggine banban alus magamparan upacara ngarepin di samping palingghyan
basong lyu madandan ngamalwin miwah kdis soroh pamikat bareng tkening bdil
140. mabalih angob luh mwani ngrawosang upacarane dini [ 150 ]142
miliknya di Daha tidak ada yang mirip memang tidak tercela orang yang utama Raden Wijaya semua upacaranya baik
141. lagi pula rupanya ganteng tak ada bandingan perhitungan yang menonton mungkin menyebabkan orang gembira makin jauh sekali Raden Wijaya berjalan di Desa Daha semua menderita sedih
142. laki perempuan sepertinya mati menyesal
40 a // satu pun tidak ada yang sadar Raden Brawijaya memutar daya upaya segera melewati kota banyak desa banyak yang sudah dilalui
143. perjalananya pada waktu bulan kesembilan
dwene di Dha
sing da angan mainab
mula twah nulus sang
lewih
Raden Wijaya
saupacara bcik
141. tur warnnane bagus tong bisa marnnayang paitungan mabalih kapo kapaegar
sumingkin ejoh sawat Raden Wijaya mamarggi di Desa Dha makjang sangosdih
142. luh mwani ambulmati mapang enan
40 a // tong tangeh bsik-besik Raden Brawijaya ngidrang indrajala glis ngalintang nagari soroh padasan lyu suba kentasin
143. pajalane nmonin sasih kasanga [ 151 ]143
turunnya hujan terus-
menerus
air tergenang
becek sepanjang jalan
tanah becek menyulitkan
orang melakukannya
usahanya seperti
144. makanya sering berhenti sambil bersenang-senang menuruti kesenangan hati ada yang masuk hutan berburu dan mencari burung berburu menggunakan senapan yang lainnya berpencar tidak kurang kemauan
145. matahari bersinar redup pelangi kelihatan membentang guruh berbunyi jauh sekali semua menjadi gembira gunung itu banyak popohonannya yang indah pepohonan kelihatan hijau dituruni hujan ada tumbuh masuli
sryokan ujane titir
hyehe makembengan buug salantang jalan Ibok dalem makewehin janmane ngrembat Saratane makadi
144. sangkan janggel-janggel sambil makasukan ngulurin dmen ati ada ne mangalas maboros mapapikat mageroh mamalem bedil
ada len mencar twara kwangan buddhi
145. Suryya remrem kalialah kanten nyalebat
greh sawat mamunyi pada ngawe liyang gununge rentab mlah kakayone ngenah wilis cpolin ujan
mentik ada masuli [ 152 ]144
Pupuh Sinom
1. perjalanannya tujuh hari sampai di Majapahit menuju ke sebelah utara pesanggrahan hiasan di pura yang dilihat berhadapan dengan sungai yang jernih
40 b ada yang mengalir // dari barat dari selatan juga ada percampuran airnya menakuti gemuruh suara airnya tidak henti-hentinya bergemuruh
2. di pinggir-pinggirnya kering bercahaya pasirnya putih pasir itu dibatas-batasi oleh cadas menonjol barunya tinggi berdampingan dengan bambu kuning dikumpulkan kura-kuraa yang bertelur banyak berserakan buaya di sana menjaganya
Pupuh Sinom
1. pamarggine pitung lemah tkede di Majapahit ngungsi dajan pasang- grahan tatangga sane kaaksi ngarepin tukad hning
40 b ada membah // uli kawuh uli badlod ada pacampuhnyane ngresresin hyehe muug tan pgat magagredegan
2. di tpi-tepine asat ngempur byasmyane putih maslag-slag parangan ngenjor batune ma nginggil masanding tiing gadhing patambunan mpas mataluh akehe pasurambyah buaya ditu ngumahin [ 153 ]145
setiap selokan besar airnya
dalam berpusaran seperti
telaga
3. perahu ke sana kemari setiap hari membawa dagangan ada yang datang ada yang pergi kemudian ada yang kembali lagi orang Madura banyak sekali yang memenuhi bergantian datang berjalan melalui darat ada yang berjalan melewati pasisir dan juga letak desa di sebelah utara Wirasaba
4. Titik besar untuk menyeberangi sungai letaknya di sebelah tenggara Raden Bagus Brawijaya ke pasanggrahan melihat rumah-rumah yang terbuat dari bambu penempatan rumah sesuai terletak di tempat yang rendah
bilang tibu dalem budeg manalaga
3. jukung paslur ngalmah mambuwat dagangan becik ada tka ngalwasang ada matulak tumulih wwang Madhurane itib tbengin magilir rawuh majalan ngambah darat nu majalan ngambah sisi pada desa nongos dajan Wirasabha
4. Titi gdhe mgat tukad dadjbag kiod kangin Raden Bagus Brawijaya kapasanggrahan mangaksi sawawangunan tiing cacokol balene anut apalbah-lbahan [ 154 ]146
berdinding gedeg
air besar masuk ke dalam
istana
41a 5 kelihatan // seperti persimpangan melakukan upacara dengan baik penuh dengan pondokan banyak yang diandalkan di istana pepohonan bisa tumbuh dan berbuah terus- menerus tumbuh daun dan berbunga segala macam bunganya harum sirih pinang dan buah buahan bermacam-macam
6. gajah angsoka tergeletak rimbun dan sejuk di bawahnya tempat itu hawanya dingin Raden Wijaya dihadap di luar tengah penuh sesak para menteri menghadap ke depan berkata dan menyambah I Sora
mapanli bdheg pasti
yeh mawug kapuri gdhe
matantan
41 a 5 kanten // kadi pasimpangan
maupacara tur bcik
empet umah papondokan tbeng mikandelin puri
pamulayane dadi mentik mabwah nwara suud
mahdon mapadhapa sakadan bungane miik
sdhah jambe woh-wohane melagendah
6. angsoka asti ngrempayah ayu batannyane htis
magigilang pagnahan Raden Wijaya katangkil di jaba mgah titib pramantri marep di ayun
matur myumbah I Sora [ 155 ]147
karena sudah tiba di sini lalu bagaimana keputusannya sekarang
7. benar ini dia Paman Wagal silakan pergi sekarang ke utara dengan Paman Arya katakan saya sudah berada di sini rencananya akan menunggu sekembalinya Paman terus menyerang ke Daha itu Paman Kapuk yang menyertai yang diutus keduanya sudah berangkat
8. perjalanannya tidak diceritakan sampai siang dan malam mungkinkah tempat yang dituju akan didatangi tak henti-hentinya ke Majapahit dari Daha sendirian 41 b orang-orang // dusun banyak
reh sampun napak iriki sapunapi mangkin puput pakayunan
7. bneh ne ya Bapak Wagai kma majalan ne jani kaja tken Bapa Aryya orahang tyang suba dini itungan bakal nganti satulak bapane nglaut magagbug ka Dha ento bapa Kapuk mbarengin sang kautus makadadwa suba Iwas
8. pajalannyane tan kocap kanti pteng Imah pilih ungsen-ungsene nkayang tan pgat ka Majapahit uli Dha paindi
41 b wwang // desa padasan liyu [ 156 ]148
dari daerah lain juga ada dasarnya masyarakat yang dulu sama-sama menyerah dan kebanyakan kembali menjadi abdi
9. sama-sama sudah mendapatkan pekarangan bukti penuh kesenangan Raden Bagus lagi keluar di ruang tengah dihadap penuh para menteri para pengunjung disana semua dipanggil semua mendekat menyembah di depan duduk berjejer-jejer
10. nah kalau disesuaikan dengan ajaran agama memilih seseorang yang pantas jadi camat jadi kepala dusun dan panglima perang seperti sebagai patih keturunan dan tingkah lakunya harus sesuai
uli gumi len ada kamulan panjake riin padha nguyuh lyunan tulak ngawula
9. suba padha mbaan karang bhukti mepek kasukanin Raden Bagus malth kodal ka jaba tngah kaungkui tbeng soroh paramaniri saungsen-ungsene ditu makjang kapsengan padha mahkang ngabhaki di payunan maderek derekang negak
10. nah anutang tken sastra goban janmane maslik ne nyandang dadi punggawa kliyang mwah senapati
makadinya papatih wangsa bikase kapaur [ 157 ]149
sampai dengan pandangan mata dan paras muka I Sora berkata sambil tersenyum yang mana Paduka yang cocok diangkat sebagai patih
11. tetapi dari penafsiran yang kurang tepat menurut penafsiran hamba mengenai hal ini orang yang badannya lebar hitam matanya bagus bening dan bercahaya putih mulut lebar dan bibir agak menonjol menakutkan hati kalau melihatnya Raden Bagus tertawa melihat senyum-senyum dan biarkanlah I Pamandana
42a 12 Be // nar pantas ia berani menggertak suka berjanji tetapi sering diingkari pandanganya itu yang menentukan
tutipalyate sasbengan I Sora maatur knying engke Ratu jaga anut papatihang
11. nanghing saking ngawag- awag tatarkkan tityang puniki janmane madewek ibag slem matanipun becik nrebes makalyah putih bungut linggah saddha bujuh ngresang manah ngantenang Raden Bagus icca ngaksi knyung-knyung dpangin I Pamandnana
42a 12 Sa // ja pantes wanen ngretak doyan lompang kreng nyanggupin di palyate ngarwanang [ 158 ]150
jalannya seperti jalannya kambing tertawa semua terpingkal- pingkal Raden Bagus itu yang dikatakan dalam berwibawa dan badannya menarik memang bagus tetapi di belakang cacatnya
13. itu yang kepalanya kecil suaranya nyaring dan pandai menghitung-hitung sastra dinamai Suprajata keberaniannya bertanding sekali diperintah terus menuju balai yang berada di sebelah utara cocok dipakai sebagai panglima perang di medan perang diberi nama I Jagawastra
14. sudah diantar ke utara Raden Bagus lagi melihat itu yang paling selatan yang pendek matanya besar dan brewok mulut terbuka berbicara
tindak agud jogiog kambing kdek matulwan sami pingkel-pingkel Raden Bagus ento kasambat di sastra abre pawakan ngedanin mula luung nanghing di duri carccanya
13. to ne crik awak tendassa munyi sempyar pantes ririh ngtekin itungan sastra Suprajata kaadanin kawanennyane matanding len apisan tunden nglawut ka balene sikaja nyandang anggon senapati di pasyatan adanin Jagawastra
14. suba kaajak ngajanang Raden Bagus ngakdi malih ento ne tanggu siklodan ne endep ya bloh bris bungut ngepah mamunyi [ 159 ]151
kakinya berbulu lebat juga diantar ke utara Kapal Anggo diberi nama itu lagi yang mukanya lebar
15. berbicara kasar dalam ajaran agama Januwak katanya dinamai keberaniannya tidak ada yang menyamai
42 b Surasa // mpana dinamai yang lainnya juga ada di barat pahanya kuat matanya besar berwarna merah juga suruh melainkan I Tunjungtutur dinamai pada waktu berada di sebelah utara di sana dikumpulkan
16. itu ada yang kelihatannya botak cemberut dan mulutnya lebar sangat cocok berkumis dan berjenggot I Wirasanta dinamai
batise jembreng mabulu masih ajak ngajanang Kaphal Anggo kaadanin ento bwin ne belbel mwane lumbang
15. mamunyi gangsuh di sastra Januwak reko kadanin wanennyane twara padha
42 b Surasa // mpana kadanin ada len ento bwin badawuh mapahasituh mastha gdhe kaphalang masih tunden ngelenang I Tunjungtutur adanin dikalane sikaja ditu punduhang
16. ento ada ngenah lengar jimbreng bungutnyane spid bris kales tur sawawa I Wirasanta adanin [ 160 ]152
bentuk badannya kecil dan menarik temannya itu juga baik matanya bundar bentuk tubuhnya kekar kuat dan sintal tetapi agak sedikit kecil sesuailah bernama I Jajaka Pidikan
17. itu yang berdua bagus rupanya tinggal di sebelah timur mungkin cocok bersaudara ada yang mengatakan benar mereka ini saudara kembar anak I Kuwu resmi dari Sida Bawana Raden Wijaya memberikan nama Singanuuk mempunyai adik Singandaka
18. itu yang berada paling di tengah pembawaannya disebut dalam sastra berjenggot dan berkumis serta suaranya pelan I Parajata namanya
jajleg mlah crik nto sandingannyane luhung matabloh prawakan kiyal kukuh renten tet cenik qpaha madan I Jajaka Pidhikan
17. ento ne ajak dadwa mla gobanya nongos badangin nenga asin maryana ada ngaturang sawyakti ipun kembar piniki kapyanak antuk I Kuwu sah saking Siddha Bawana Raden Wijaya ngwastanin Singhanuuk mahaddhi I Singhandaka
18. ento ne paling tngah nyarcca katuduh di aji bris kumis munyi banban I Parajata adani [ 161 ]153
setiap ucapannya menarik
43 a konon suka menyiksa di // ri dari Lawor asalnya merambat-rambat ke sini ada yang melaporkan yang di tengah itu bingung
19. bentuk tubuhnya kecil pandangannya galak betisnya kuning langsat jarang ngomong dan kata- katanya pelan bulu kakinya lebat berjenggot dan berkumis benarlah dia itu menurut Sastra Parabantaka dilukiskan di sana suruh pindah ke utara I Caritangsa dinamai di Mamling konon memang asalnya
20. sekarang ceritakanlah lagi melarikan seorang wanita kemari kelimanya diambil sekalian
sing kcapanga manis
43 a kocap dalem ma mamiyut di Lawor panangkanya maambar-ambaran mai ada matur punika paling ring tngah dedeg alit palyat galak btek batis lumlum gadhing clepeh-clepeh tabuh banban godeg atub jenggot kumis bneh hya nto di aji Prabhantaka kambat ditu tunden gilih ngajanang I Caritangsa adanin di Mamling kocap mula panangkanya
20. mangkin malih carita yang nginggatang anak luhmai lalima jwang apisan [ 162 ]154
tersenyum I Sora menjawab Paduka itu lagi rupanya rusuh yang memakai selimut berwarna hijau pura-pura sedih mungkin bangga bekas mendapatkan yang sudah layu
21. tertawa Raden Bagus mendengarkan ih tidak berubah sedikit pun orang suka membuat ribut semua tertawa yang menghadap I Sora tertawa sanbil menyembah salahkah hamba berkata menunjukkan dalam padangan Raden Brawijaya tertawa dan menjawab itu Subik
43 b sa // namanya
22. sesuai dan seperti orang bangsawan nenandakan ikhlas berkorban
knyem I Sora nyawurin
Ratu punika malih
sasbeng ipune rusuh
sane masapt gadang
mapi-api rupa sdih
nawi ajun pcak polih
sampun ayab
21. mingis Raden Bagus nyarsa ih twara wwah angan akikit anak gati juru ngora mabriyak ane manangkil I Sora engkel ngabhakti sisipang tityang maatur raunarohang ring palyat Raden Brawijaya mingis tur masahur ento Subhiksa
43 b sa // adanya nepek tur maklus menak pracacah lagaweng pati [ 163 ]155
diberi nama Rara Sindura kumpulan di sebelah utara lagi pula diberi bagian masing-masing dibekali seratus ini adik I Sowang pertimbangkanlah di sana yang diutus I pamandana membagikan
23. Raden Bagus lalu pergi ramai masih bersenang senang di luar bersuka ria I Sora di sana mengajar memperhatikan para menteri semua pagi dan sore dididik melakukan kebenaran bersopan santun dan hormat Raden Arya di Madura diceritakan
24. sebabnya mempersiapkan perahu Radenyayestri ke Jawa I Wagal sudah bertemu berkata dan disuruh kembali lagi ada laki-laki seorang
adanin Rara Sindhura poosang badaja masih kalih lautan dumin babkalan padha nyatus nene adi I Sowang ditu ja suba itungin ne kautus I pamandhana ngeduman
23. Raden Bagus raris budal rame makasukan kari di jaba maimyan-imyan I Sora ditu ngajahin nepesin mantrine sami slid sanja kapauruk ningkhang kapatutan matata krama astiti Raden Aryya di Madhura caritayang
24. Awanan nabdabang prawu Radenyayestri ka Jawi I Wagal macunduk suba ngrawos tur katulak bwin wenten lanang asiki wenten lanang asiki [ 164 ]156
asalnya dari desa Tunjung kemauannya Raden Wiraja itu yang dilakukan supaya ikut membawa pemberian Raden Arya Wiraraja
25. karena tidak ikut pergi begitu Ni Pinatih yang mendahului cepat berangkat dan tidak
44 a dicerita // kan hampir diam di Majapahit Raden Bagus menyemputnya dan bertemu di Wirasaba setelah diajak ke desa Raden Ayu Ni Pinattih Raden Bagus lagi dihadap di luar
26. duduk di halaman tengah I Pamandana kemudian disuruh ke istana untuk mempersiapkan tempat pembantu wanita semua terutama Raden Putri pengaruran tempat sudah sesuai
padasan ring Desa Tunjung onan Raden Wiraja punika kamarggyang ngiring mwat aturan Raden Aryya Wiraraja
25. dening twara miiu lwas sok Ni Pinatih ngrihinin majatan enggal tan
44 a koca // p meh das nincap Majapahit Raden Bagus mapagin di Wirasabha macunduk wus maajak ka desa Raden Ayu Mi Pinattih Raden Bagus malih katangkil ring odal
26. malinggih di jaba tngah I Pamandana tumulih kautus ka puri ndabdab gnah panjrowane sami makadi Raden Putri cacokolo sampun anut [ 165 ]157
sampai dengan tempat pengikut Ni Pinatih tidak lepas cepat keluar dan I Pamandana kembali
27. I Wagal tiba-tiba datang Raden Wijaya menanyakan bagaimana paman semua pergi yang ditanya menyembah sekembalinya hamba kemarin dari Madura Raden Arya yang mengatur pemberian akan ke sini pernah anak ada yang ikut datang membawa
28. Raden Bagus kelihatan bergembira dia masih di mana sekarang bagaimana rupanya I Bagus ingin sekali saya melihat tuanku wajahnya tampan pantas dipandang oleh orang yang ganteng
44 b peramah dan sifatnya biasa saja
tuti tongos tuiuian Ni Pinatih etong lepih enggal psu I Pamandana matulak
27. Wagal sagetan tka Raden Wijaya nakenin kenken bapa pada Iwas sang katakenan ngabhakti sarawu iryang ibi ring Madhura sane sampun Raden Arya nabdabang aturan jaga mariki prenah oka wenten saremg rawuh mggawa
28. Raden Bagus sawang egar hya hnu dijaha jani kenken si bagus gobannya mied san tyang ngiwasin ratu rupane bcik myandang aksi anak bagus
44 b srenggara tameng smita [ 166 ]158
sesuai dengan pengalaman di kota bertempat tinggal di tepi siring di sebelah barat Madura
29. tadi di Wirasaba Banyak Kapuk menyertai Angsoka dengan I Santa jemputlah segera ke sana suruh supaya dia terus ke sini yang diutus semua bergcgas berjalan keluar yang haru datang dijumpai turun dengan cepat dari kudanya
30. karena utusan datang menyuruh agar segera masuk sudah naik ke halaman istana senang semua yang melihat yang baru datang langsung duduk I Kapuk ke dalam melapor memberitahukan bahwa sudah datang
sawawi subeng nagari ngiring tunjung madesa dawuh Madhura
29. ne wahu ring Wirasabha I Banyak Kapuk nyarengin Angsoka ajak I Santa enggaliang kma papagin undenang nglau mai sang kautus padha iju majalan mgajabayang sang bau rawuh mapanggih suba tuun uli di jarane enggal
30. baane utusan tka ngaturin apang mangraris sampun munggah ka bancingah suka salyune ngliyatin sang bawurawun maiinggih I Kapuk ka jrowan matur ngaturang suba tka [ 167 ]159
yang dipanggil masih menunggu di halaman istana I Kapuk lagi disuruh kembali
31. yang dicari sudah cepat datang menurunkan selimutnya yang hagus sutra kembang berwarna dadu memakai kain tenun berwarna ungu berikat pinggang sutra kuning wajahnya tersenyum dan tampan cocok menjadi peminpin perang Raden Wijaya memanggil ke sini Dinda mendekatlah duduk
32. yang dipanggil lalu mendekat membawa talam bundar yang terbuat dari enmas
45 a nyem // bah sambil menunduk berbicara dengan pelan
sang kasengan ngantos kari di bancingah I Kapuk bwin kak tulak
31. ngalih enggal suba tka nyrebetang kampuhe bcik sutra dadu kakembangan mawastra peremastangi mabulang sutra kuning sasbeng knying tur bagus pantes mangembar yuddha Raden Wijaya ngulapin mai adi dinite pahkang negak
32. sang kandikayang nampekang nampa bokor mas masangling
45 a nyu // mbah mepes matur banban [ 168 ]160
paman Tuanku ini persembahkan sedikit keluar lancar namanya selimut dan sebabnya Paman belum dia datang ke sini masih mengurus membalas pemberian I Tatar
33. lalu melengkapkan menyelesaikan percakapannya mengenai minta tolong supaya berhasil I Tatar datang membantu mengadakan keributan dijanjikan Putri perahu sudah berangkat membawa surat ke Tatar dan dipesan-pesani supaya segera kembali pulang ke Madura
Pangkur
persembahannya sudah diterima yang baru datang lagi berkata dan menyembah
i bapa ratu puniki
maaturan akidik
wijil tatar wasta kampuh
kalih dening i Bapa
durung dha rawuh marik
kari nabdab ngwales
pakirim I Tarar
33. Raris muputang nethepang pangrawose ngdih kanti mangda kasidan I Tatar rawuh nulung nangun kali kakon-akonang Putri bahittha mamargi sampun makta surat ka Tatar kalih kabsen-besnin mangda glis tulak mantuk ka Madhura
Pangkur
1. aturane wus katanggap sang bu rawuhbwin matur ngabakti [ 169 ]161
sekarang paduka disuruh menunggu mengakibatkan pikiran menjadi tergesa-gesa karena seolah-olah sudah berhasil karena siasatnya bersifat rahasia
2. termenung Raden Brawijaya menahan air mata hatinya seperti diiris karena mendengar laporan selanjutnya Raden Arya melihat dengan baik perilaku orang yang baru datang
45 b // berkata pintar dan tahu sepan santun hormat dan sopan berkata
3. jadi terpeleset ke bawah dari balai yang di bawahan duduk adik kakak ibarat kayu yang kering kepanasan dituruni hujan dan kedatangan Dinda Agus
ne mangkin lungguh ia Ratu kaaturan maghang makta kayun sampun gisu katalanjur reh sampun sat siddha karyya dening upayane pingit naneng Raden Brawijaya ngembeng tangis kayune alah iis baane mirengang atur pawkas Raden Aryya lewih myingak sasolah sang bau rawuh
45 b // matur teteh nawang tata prenamya maatur bhakti
3. dadi masrod tuwunan uli di balene btenan malinggih adik bli mawak kayu ne reges kakbusan babar ujan satkan adine Agus [ 170 ]162
menjadi tumbuh daun muda menyebabkan hati senang
4. kadang-kadang kakak tidak nurut kata Bapak yang Kakak harapkan kakak siapa yang akan memperhatikan kalau tidak Bapak yang mengasihani bersaudara tetapi pikiran Adik harus tulus tinggallah di sini sekali jangan pergi dan temanilah Kanda
5. orang yang baru datangg menyembah dan berkata keperluan hamba datang untuk mempersembahkan jiwa kalau belum bisa berhasil dalam cita-cita tunggu sebentar Bapak akan datang beserta para prajurit dari Madura bermaksud merusak di sini
6. para menteri yang mendengar menjadi gembira
dadi psu kacupitan mashen kalgan ati
4. di kenkenne bli piwal sapamunyin i Bapa istin beli bli hnye ngalingu yan tan i bapa oias manryama knehe adi pitulus dini ja nongos apisan da hudal barengin beli
5. nyumbah matur sang bu tka sadyan tityang rawuh ngaturang pati yan durung nyidayang ka yun antos malih abosbos i Bapak rawu mbakta prajurit Madhura makayun rusak iriki
6. pramantrine ningeh egar [ 171 ]163
Raden Bagus tersenyum sambil berkata siapa nama Dinda Agus menyembah ditanyai duka berkata bahwa beliau belum tahu nama saya tersenyum Raden Wijaya Ranggalawe nama Adik
7.46 a Lawe itu nama // benang karena Adik berhak memerintah Kakak diberi nama Rangga itu terkenal pandai dan cakap waspada dengan rencana yang belum dilaksanakan itu sebabnya Dinda bernama Ranggalawe dari sekarang
8. Kemudian Raden Wijaya kembali ke istana setelah dihadap di luar ramai berkumpul tiba-tiba barang-barang yang dibawa bepergian datang dilayani oleh semua kaum Wirasaba Ni Pinatih mempersembahkan
Raden Bagus knyem ngandika malih nyen si adan adi Agus nyumbah katakenan matur durung uning wastan Ratu icca Raden Brawijaya Ranggalawe parab adi
7.46 a Lawene maha // dan bnang dening adi wnang mangerer bli kaadanin Rangga kasub ririh iyu rarasan ngeh njaganin itungane tenden psu to krana adi maparab Ranggalawe uli jani
8. tumuilih Raden Wijaya ngapuriyang budal uli katangkil di jaba tbeng maumpu saget bandaran tka mapangrembat soroh wwang Wirasabha lyu Ni Pinatih maaturan [ 172 ]164
terhadap Radenyayistri
9. soro sudah selesai makan para menteri pulang ke pondok masing-masing I Lawe masih menumpang tinggal dengan I Sorandaka tempat tinggal para pengikutnya masih ada besok pagi lagi diceritakan Raden Wijaya dihadap
10. Jarang bercakap-cakap I Sora dan I Ranggalawe menghadap dan para menteri yang dipercaya ikut di sana membicarakan masalah tingkah laku mempersiapkan senjata kendaraan dan makanan seluruh orang yang bersenjata
46 b diperiksa secara // bergilir selesai dibicarakan keinginannya akan mengadakan perang
tkening Radenyayistri
9. lingsir masan suud ngamah pramantri budal ka pondok ngungsi I Lawe nu madadhunung tken I Sorandhaka papondokan tutuane nu majuud mani smeng bwin sarwayang Raden Wijaya katangkil
10. Saspen mararawosan ya I Sora I Ranggalawe nangkil mwah mantri pyandel ditu ngrawosang tingkah lyat nabdab sikep tgakan saha sangu sajanmane magagaman
46 b mapraksa sub // magilih
11. puput karawos-rawosang tatingkahane pacang manangun kali [ 173 ]165
I Lawe berkata dengan sopan sekarang hamba memerintahkan mengambil gada pulang karena harinya sangat baik cocok dipakai sebagai kendaraan oleh para menteri di sini
12. semua alat berperang tatabuhan gong bendera lengkap semua baik Dinda Kakak setuju karena kebodohan Adik memikirkan Kakak tidak bisa berpura- pura silakan Adik yang menyelenggarakan I Lawe menjawab serta menyembah Paduka hamba sangat setuju
13. setelah selesai berbincang bincang para menteri menyembah lalu mohon diri dan keluar di halaman tengah dijamu orang-orang mendatangi tak henti-hentinya dari
Lawe ngabhakti matur mangkin tiryang ngengke nang ngambil gadha mantuk bcikcasan ipun nyandang angg en palinggyan antuk mantrine iriki
12. saeteh-eteh mayuddha tatabuhan gong tunggul cukup sami nah adi bli saturut bleg adne ngenhang keweh bli keweh mapi adi ngrengkuh I Lawe masaur nyumbah Ratu tityang lintang ngiring
13. suude mararawosan pramanirine nyumbah mapamit mijil di jaba tngah kaipuk jalmane nkayang twara pgat uli Madhura [ 174 ]166
Madura berkeliaran menyiapkan pondok Raden Arya berhadap-hadapan dengan Istana
14. bertambah ramai orang menyembah istananya seperti diupacarai gubuk-gubuk banyak Ranggalawe melihat Ni Pinatih sibuk keluar masuk
47 a melayani Raden Wija // ya juga mempersiapkan suaminya
15. menjelang bulan kesepuluh I Winotan datang ke Majapahit disuruh oleh Raja bersedia mempesiapkan untuk orang banyak Raden Wijaya masih mununda supaya nenunggu terang bulan Raja datang dengan segera
paslur nabdab pondok Raden Arya marep mangarepin puri
14. ranteb ngawuwuhin nyumbah purine ambulan upacarain papondok-pondokan lyu Ranggalawe ngantenang Ni Pinatih psu mulih mincang-mincang
47 a nabdabang Raden Wija // ya nyawisang somahe masih
15. nmonin sasih kadasa I Winotan tka ka Majapahit kautus baan sang Prabhu sumadthya nabdab grehan Raden Wijaya hnu nyan keyang malu mangde ngantosang galang bulan sang Prabhu rawuh ngulahin [ 175 ]167
di Wirasaba konsultasi tidak mau mengajak ke Majapahit agak lebih pagi dijamu para menteri Wilatikta semua ikut dan sangar menyenangkan makan bersama Raden Bagus Brawijaya hanya duduk sambil melihat
17. beriring-iringan yang datang membawa kuda utusan yang ke Madura menungganginya sudah ada yang menggunakan perahu mendayung mengikuti aliran sungai juragannya bagaikan kebingungan berusaha cepat mendayung ada yang lain memakai kain batik
18. ada yang melompat dengan segera tiba-tiba tenggelam di air dan basah kuyup tawanya terpingkal-pingkal
16. mapanman di Wirasabha twara kayun ngajak ka Majapahit kapas lidin katamyu premantri Wilatikta padha milu ngenakin bareng magibung Raden Bagus Brawtjaya bantas malinggih maaksi
17. mabred tka ngaba jaran utusane ka Madhura negakin sampun ada ngambah jukung madayung nuut tukad juragane buka gambare Sisu madayung bcat ngulahang ada len makamben batik
18. ada macbur ngenggalang saget nyrunuk nyumbel di yehe lecing kdeke pagukguk mung [ 176 ]168
banyak yang melihat I Winotan gembira sekali melihat Raja banyak kuda yang datang
49 b senyu // m Raden Wijaya benar ini akan merepotkan Kakak masih menunggu jala dan anjing sebagai penjaga namun pada saat bulan genap mungkin semua sudah lengkap di sana saya lalu bersiap- siap kembali menjemput ke Daha
20. menyembah dan berkata I Winotan mohon kudanya hamba yang mencobanya ingin sekali hamba tahu Paduka di daerah Madura I Lawe menjawab apa beda mereka antara pedesaan dengan desa kalau dibandingkan dengan negara
salyu ngantenang I Winotan malyat lyange muput ratu keh rawuh kuddha jaga pamale puniki
49 b knye // m Rahaden Wijaya bneh pacang pamalen iki bli hnu nganti jaring tampus miwah basong pangulah nghing gumentos tilem onya pilih cukuh drika tyang laut madabdab tulak ka Dha mendakin
20. nyumbah matur I Winotan kudane pamitang tityang ngentinin mled tityang uning Ratu ring pdesan Madhura I Lawe ngautin napi binan ipun papdhesan ring padasan yadin tanding ka nagari [ 177 ]169
21. terserah pintarnya berkuda memang sudah terbiasa menunggangi kuda sekalipun lidak baik namun semakin bandel sekarang liba di Daha tempat tinggal pedesaan dan gaya mereka tidak sama cara bicaranya agak keras I Lawe cemberut
22. Menteri Sagara Winotan terkejUt matanya merah siapa ini Paduka tumben hamba Iihat menyentuh hati dan pintar sekali menjawab Raden Wijaya menoleh I Sora tahu dengan isyarat
23. Lawe suruh dulu ke sana pawang kuda supaya cepat melepaskan 48 a ku // danya supaya tidak payah lalu suruh menggembalakan Ranggalawe bangun lalu mengangkat selimUt
21. sara pentere ring kuda wantah sampun cacep pascat negakin yadin jle sayan pengkung mangkin rawuh ring Dha pagnahan padasan tangkepan iput tahun munyi saddha banggras I Lawe mcukung alis
22. mantri Sagara Winotan tur tangkejut palyate baag biing sapasira niki ratu tembe kancenang tityang ngtel manah maidep pisan masaur Raden Wijaya matulyan I Sora tangeh tken wangsit
23. Lawe tunden malu kma pakatike apang enggal ngelusin
48 a ja // rane pang da tuyuh laut tunden ngangenang Ranggalawe bangun mangangkabang saput [ 178 ]170
lupa berada dalam persidangan I Sora tersenyum memberitahukan
24. dia adalah keponakan saya tidak perlu diperhatikan lagi orang bandel dan tidak dapat dinasehati dari sebelah barat Madura desanya bernama Desa Tunjung besar di pedesaan belum pernah datang ke kota
25 . jawabnya halus I Winotan jangan bapak mernikirkan kesusahan lagi pernbicaraannya sudah terlanjut sebab semua belum kenal tetapi janganlah Bapak salah (erima tersenyum Raden Brawijaya kelihatannya lembut dari luar
26. senang para menteri semua tiba-tiba datang sekelompok sap tken di panangkilan I Sora knyem ngorahin
24. ipun kaponakan titya tan wenten ja nyandang rengayang malih janma sigug kalud pengkung saking dawuh Madhura desan ipun mawasta ring desa Tunjung klih-klih ring padasan durung da sabeng nagari
25. saur alus I Winotan sampun bapa makayun kobet malih pangrawos kadung katlanjur reh sami katandruhan nanghing bapa sampun mingis Raden Brawijaya sbenge alus di sisi
26. suka pramantrine makjang saget tka jaran soroh [ 179 ]171
kuda yang sudah dipilih kira-kira 27 ekor semuanya telah tiba di Carea setelah selesai dihitung ada yang tinggi besar sesuai apabila Paduka menunggangi
27. semua kuda sesuai selesai dibagi-bagikan kepada semua para menteri dokar dengan perlengkapannya
48 b kemudian dipang // gil menyiapkan jaring anjing dan jala I Winotan senang mendengarkan menyembah dan permisi pulang
28. Raden Bagus juga pulang pengikutnya berjejer semua kudanya sudah terlatih mendengar suara senapan dan gamelan suara sorakan ramai saling bersahut
maslik sawatara pitulikur pada napak di Carcca lyu usharuryane suba paitung ada mlah gdhe ganggas sawawa ralu nglinggihin
27. sajarane papatutan wus kadumang ring pramantrine sami ratha kalayang pangantus
48 b tumuli kada // wuhan nyarepang jaring basong miwah tampus I Winotan lyang ningehang nyumbah tur mapamit mulih
28. Raden Bagus taler budal iringane majajaran sami kudnne mapdes sampun ningeh bdil gamlan surak rame pasleng timbalin muug [ 180 ]172
ramai berganti-ganti menambah sangat bersemangat perilakunya mengakibatkan perang
Pupuh Durma
1. gantilah cerita Arya Wiraraja berlayar melewati laut membawa makanan rakyat serta senjata perang menuju ke Majapahit sekarang ceritakanlah sudah tiba di darat
2. Raden Bagus mendengar lalu berjalan ramai-ramai karena sudah bertemu di dalam Wirasaba kemudian disambut tergesa-gesa pulang ke istana bercakap-cakap I Lawe dan Sora ikut
3. berkata lembut Raden Arya Wiraraja ngaenang sanget angsengan tingkahe ngadakang kali
Pupuh Durma
1. gentinin satwayang Aryya Wiraraja matayar ngambah pasih ngaba sangun panjak tuting sikep pasyat mangungsi ka Majapahit Jani ucapang suba manampak gumi
2. Raden Bagus mireng marggi rantaban mapan wuwus mapanggih jroning Wirasabha tumulih kasamambrama gagison budal ka puri mararawosan I Lawe Sora ngiring
3. matur alus Raden Aryya Wiraraja [ 181 ]173
hamba sudah mendahului menjalankan perintah mengundang I Prabhu Tatar kembali dan sudah tiba
49 a sekarang // bagaimana hamba dia I Wanengpati
4. tetapi suruhan hamba disetujui adik Paduka dua orang yang sudah sangat terkenal di wilayah Pulau Jawa cantik pintar dan menarik untuk I Tatar berperang mungkin menang
5. berjanji dia akan datang pada bulan kesepuluh baik untuk beriayar perahunya di laut Raden Wijaya menjawab seberapa mampu Bapak saya tidak menolak
6. I Sora berkata dan wajahnya ceria lagi kapan Kakak silakan dilaksanakan apakah sudah berjanji
sampun tityang ngrihining ngamarggyang kenkenan ngundang i Prabhu Tatar tulak sampun rawuh
49 a mangkin // ne kenken tityang ipun I Wanengpati
4. nanghing kalinggyan pakonan titnyang rain i ratu kalih ne kasub kalumbrah sawengkon Pulo Jawa ayu prajnyan tur raspati upa I Tatar mayuda pilih pulih
5. sanggup ipun pacang rawuh maubhaya ring kadasen mangkin boik kapalayaran prawune ring sagara Raden Wijaya nyawurin sabaan Bapa tyang siddha miwalin
6. I Sora mamunyi sasbenge bingar ne malih pidan beli durus lumaksana sampun ke masobhaya [ 182 ]174
ke Tatar mengadakan perang Dinda tunggulah pada bulan genap sekarang ini
7. kekuatan yang dulu perlu dipertahankan benar sekali Kakak Ranggalawe menjawab ih kamu Jagawastra bagaimana rencananya sekarang demikianlah rakyatnya bersedia
8. keluar ke utara di daerah pedesaan Linggasanna jalan besar lalui yang akan ke selatan menyebrang Sidabawana mengikuti sungai
49 b // Singasari bekas penyebrangan I Mundara mendahului
9. di Barebeg dikumpulkan di sebelah utara senjatanya karena sudah berjalan semua di sana dipikirkan
ke Tatat nangunang kali adi antyang di tileme tka jani
7. pasikepe ne malu sdeng dabdabang patut sawyakti bli Ranggalawe nimbal cei Jagawastra kenben itungane jani inggih punika kawulane madaging
8. mijil kaler ring padasan Linggasanna untas mageng margginin ne pacang nglodang mgat siddha bhawana nuut tukad
49 b //Singhasari pcak untasan I Mundara ngerihin
9. di Berebeg sikepe kaler cakupang reh sampun pada marggi irika pinhang [ 183 ]175
desa menuju kota Arya Wira menjawab itu perlu pembicaran itulah dilaksanakan
10. benar Paman para tentara keluar ke utara Paman sebagai panglima perang teman di Madura sangat dekat dengan paman melaksanakan yang diraha- siakan kalau datang tidak ada orang-orang Tatar itu harus diselidiki
11. I Jagawastra dan I Wirasanta dan I Sampana I Raras I Sindura jangan pisan dengan teman yang di selatan I Kembar ia Angsokan mengatur rakyat dan para menteri
12. I Pidikan dan I Rangga Parijata
desa nincap nagara Aryya Wira manyaurin punika nyandang pangrawose margginin
10. bne Bapak sikepe psu ngajanang Bapa nyenapatinin rwange di Madhura tur paek baan Bapa mayalanang ne kakisik yen teka twara i wwang Tatar tliki
11. Jagawastra makamwah I Wirasanta I Sampana makadi I Raras I Sindhura hda singsal teken rwang ne kled I Kembar kalih hya-hyang soka nabdan panjak pramantri
12. I Pidikan mwah I Rangga Parijattha [ 184 ]176
menyeberang jalan secara sembunyi supaya jangan ketahuan Raden Arsa Wijaya para menteri semua setuju pulang bersiap-siap I Wiraraja pulang
13. di luar pondok masih bersenang-senang para menteri Majapahit
50 a banyak datang berkunjung diterima dengan senang selesai setelah menjelang sore semua pulang diceritakan matahari sudah terbenam
14. Raden Arya di sana tak henti-hentinya bersenang- senang dengan Ni Diah Pinatih tanda-tandanya sudah berperang menahan perasaan waktunya sampai sekarang mendapat pahala apa bicarakan lagi
nguntasang ambah nyilib mangaanya ciriyan Raden Arsa Wijaya pramantrine matut sami budal madabdab I Wiraraja mulih
13. di jajaban pondokan nu masasukan pramantrine Majapahit
lyu tka ngunya kaipak padha suka Suud saget suba lingsir makjang budal kaucap surup ai
14. Raden Aryya ditu tansah makasukan tkening Ni Diah Pinatih angsengane lawas maprang mgatin rasa sasirate tutug jani maan labaan apa rawosang bwin [ 185 ]177
15. tiba saatnya Raden Wijaya berangkat berkelompok-kelompok di pulau kecil tentara sudah berjalan kegelapan di sepanjang jalan datang-datang lalu mengobrak-abrik di pedesan siang malam terimpit
16. jadi terkenal tentara dari Wilatikta dari selatan menekan Raden Brawijaya ibarat kobaran api yang paling utara menyerang I Wiraraja sebagai pembela
17. sudah terbiasa diberikan oleh Raja Daha di perbatasannya bersih anak dirampok oleh Raden Wijaya I Wiraraja mengikuti Raja terkejut keluar dan bingung dihadap
15. tka dinane mangkat Raden Wijaya mapenjarang magili sikepe majalan mamieng nuut margga tka-tka ngusak-asik desa padasan pteng lemah kapipih
16. dadi kprah sikep uli Wilatikta uli klod manglindih Raden Brawijaya masawang api muntab ne sikaja mangulahin Wiraraja ngawaktu mikukuhin
17. sayan lumbrah katur ken Prabku Dha di tpi siringe bresih oka karandahan baan Raden Wijaya I Wiraraja marengin Sang Prabhu kagyat mijil sisu katangkil [ 186 ]178
18. di Balai Bang camat sudah tiba senjata sudah siap
50 b ti // dak ada tempat sesak memenuhi jalan penuh seperti air laut tidak henti-hentinya banyak orang datang
19. berkata dan menyembah I Patih Kebo Mundarang sekarang bagaimana keputusannya karena perbatasan sudah habis rusak senjata Mahapahit jadi kebingungan Prabu Daha menjawab
20. IRubuh menyembah hamba kira mungkin ada kiamat ingin membalas cucu paduka karena keadaannya seperti sekarang terlalu dekat sekali para abdinya dulu
18. di Balobhange punggawa suba nupak sikep sregep cumawis
50 b twa // ranglah sla kesel ngebek margga jejel mairib yeh pasih tan papgatan sendehane tka ritib
19. matur nyumbah I Patih Kbo Mundarang mangkin asapunapi puput pakayunan reh panpine tlas
19. pipih sikep Majapahit dadi kemngan Prabhu Dha nyaurin
20. I Rubhuh myumbah manah ang tityang pilih wenten daduli ngajug ngawawirang putun cokor i dewa dening naga kadi mangkin bas tutun pisan pangawulane riin [ 187 ]179
21. I Winoten seperti baru datang dari Majapahit tertawa dengan wajah marah merasa disindir Rubuh benar katamu seperti ada abdi yang berkhianat di sini
22. berkhianat lalu mencari raja yang lain sikap hormat kurang kalau ada yang pasti silakan ditusuk dengan tombak kalau memang benar berani macam-macam omongannya menyebabkan telinga jadi tersumbat
23. Wahai Winoten bagaimana
51 a mungkin begitu // benar menyebabkan menjadi pusing marah I Winotan bangun lalu menerjang bubar para penghadap semua bangun dan pisahkan Raja menasihati
21. I Winotan kapyasembane bu tka uli Majapahit kdek sbeng jengah ngrasa kasasimbingan Rubuh bnek atur cai mairib ada punggawa mleca dini
22. ngutang paicca bwin ngalig gusti lenan tikas mengelin bakti lamun ada karwan deng lawutang katumbak yen twah saja mula bani data ptayang sok ngae sukak kuping
23. ah Winotan kenken sinya 51 a keto // saja makrana dadi inguh gdheg I Winotan bangun lantas nyarajang buud tangkilane sami bangun belasang sang Prabhu mituturin [ 188 ]180
24. sudahlah jangan dipermasa- lahkan dan sekarang bagaimana ciri-ciri akan mati dulu ada suatu cerita Raja Jaya Siptanya tumbuh bisul di pusar begitulah umpamanya sakit mengakibatkan mati
25. tiba-tiba jarang bunyi senapan didengar seperti denyutan jantung yang berulang-ulang bergerak tak henti-hentinya berbunyi dari utara para pengungsi datang menjerit kepala Dusun Tuban ke tempat persidangan mengungsi
26. bingung duduk mendekat lalu jongkok menyembah bicaranya terputus-putus Paduka yang hamba hormati apa sebabnya di perbatasan menjadi ribut tidak terhitung banyaknya banyak perahu yang berjejer
24. suud kuda nglantangang jani kudyang tatnger pacang mati malu ada satwa Prabhu Jaya Siptanya busul di punsede mentik keto padanya sakit mapwara mati
25. saget cabcab munyin bdil kupiarsa masawang ktug titir ngreped saling timbal mamunyi uli kaja larudane tka padrit kalyang Tuban ka panangkilan ngungsi
26. sisu nyagjag negak nyekek nyumbah mgat-megat mamunyi Ratu panembahan punapi awanan dening empat ring pasisi tan keneng wilang prawune ngambyar titib [ 189 ]181
27. kelihatannya seperti dalu yang terbang keluar perahu yang teratur memenuhi lautan lain lagi yang hampir tiba di darat dari barat tersebar sudah sampai di pelabuhan di sungai yang besar masuk
28. menantang // dia aku juga diundang menolong untuk mengadakan perang oleh Raden Wijaya I Wiraraja menerima I Wanengpati sebagai perantara Taru Laksana namanya yang menjadi raja
29. mengendarai perahu dan bangunan bertiang sembilan berbentuk gunung api bersinar semua sampai di atas bercat merah layar mereka berwarna merah kelihatannya indah
27. kanten kadi dadalu ngababin medal parawue paindhi ngbekin sagara lyan ne nandes ka darar saking kawuh mangababin npi palaibwan ring bangawan ngranjing
51b28 sasu // mbar ipune kai kaundang matulung nangun kali baan Raden Wijaya I Wiraraja nanggap I Wanengpati nyalarin Taru Laksana papasih ne ngagungin
29. maigakan parawu wawangu ntyang sange marupa gunung api ngredep sami munggah mapulascare barak bidak ipun lungsir rangdhi kanten marendhah [ 190 ]182
memakai perhiasan yang bagus
30. prajuritnya semua bersenjata gandewa perisai dan senapan genderang dan perisai pemimpinrya girang mendengar suara senapan bersorak dan jelas sekali kedengarannya sangat menyakitkan hati
31. gregetan dan sekalian berkata pikirannya sangat dendam bagaimana dirasakan memang sudah waktunya rusak para menteri berkata dengan hormat minta supaya dipersiapkan Raja dengan gembira menjawab
32. silahkan kamu pecahkan Mundarang bagi tiga rakyatnya sebagian ke timur sebagian keluarkan sekalian
maupacara bcik
30. prajurit ipune sami magagaman gandhewa dhadap bedil bandrangan len tamyang papucuke padingkelang mapiragi swaran bedil surak tur tinggelas banget mangresang ari
31. gageperen mapisan-pisan ngandika kayune sanget sngit nah kenken karasa twah mula gantin rusak pramantrine matur bhakti munas dabdabang sang Prabhu lyang nyanyaurin
32. nah lautang pcahang cai Mundarang pahtlu rwange bagi abagi nganginang abagi psuwin pisan [ 191 ]183
dan sebagian silakan dibawa
52 a ke selatan // kamu bagikan I Panglet menjadi panglima perang
33. biarkan yang di utara I Misapati mempersiapkan Bowong sebagai panglima perang yang keluar ke timur I Sagara Winotan I Janur sebagai panglimanya tentara berkeliaran seperti gunung berjalan
34. pepohonannya dari bendera dan berkendaraan debu beterbangan seperti lautan yang pasang berombak dengan suara gamelan gemuruh dan menyakitkan telinga menunggangi gajah Raja segera berangkat
35. gembira ria kelihatannya menghadapi perang sangat gembira melihat senjatanya berlimpah
52 a lawut aba klod abagi // cai mencarang I Panglet nyenapati
33. dhpang kaja I Misapati nabdabang I Bowong senapati ne psu nganginang I Sagara Winotan I Janur nyenapatinin sikepe ngambyar sawang gunung mamarggi
34. makakayon tunggul tur matgakan buke maspuk sepid mirib pasih pasang maombak tatabuhan ngaredeg ngempengin koping nglinggihin gajah sang Prabhu mangkat gelis
35. girang giras swabhawane mendak yuddha egar bingar mangaksi sikepe mabanjah [ 192 ]184
ratusan yang berkendaraan debu-debu memenuhi jalan tidak terduga-duga diselimuti mendung dan awan
36. alamat tidak baik dan Raja kalah di medan perang tertekan ke selatan sudah bertemu sudah bercampur dalam perang I Kembar menjaga berdua dan Hyang Soka siap-siap semua senjata
37. I Jajaka Pindikan I Parijasa menyerang dari pinggir yang ada di dalarn hutan
52 b I // Wiro baru ikut pemimpinnya cepat berangkat saling tembak ramai saling menembak
38. di dengan oleh Raden Arya dengan cepat diperintah senjata itu
satusan matgakan buke mangkebin marggi tan pararapan limut nglikub nyaputin
36. Durmmanggala cirin Prabhu Dha kalah di payudan katindih klode mapapas suba macuhcuh yuda I Kembar kalih nanggarin mwah Hyang Soka nabdab sikepe sami
37. I Jajaka Pindhikan I Parijasa ngalih ambah nempengin
52 b sang i jroning alas I // Wiro bareng mara papucuke mangkep gelis numbak-katumbak ramai bdil-kabdil
38. kapiragi ban Raden Aryya ngulahang nggrek sikepe mamarggi [ 193 ]185
bertemu di jalan senjata orang di seberang mendekat sama-sama saling mendahului maju berperang suara senapan tidak putus-putus
39. panahnya berserakan semua berlubang sedang dalam peperangan saling tangkis sekarang dia itu diceritakan sorak sorai gemuruh berkelahi saling serang serang-menyerang I Pagon cepat keluar
40. dari tempat persembunyian mengajak I Kancil Bang I Biyut Manan Kuping menyuruh supaya agak ke tengah abdi Raden Wijaya datang menyembah dan menangis aduh junjungan hamba seperti sudah mati dan hidup lagi
macunduk di jalan sikep wang sabrange nga epang pada ya saleng langkungin panyundul yuda bdile ngreped titir
39. panahe pakelo padha malongar padheng syate makutik jani hya ucapang surake mabyaywan masyat saleng pakutik sempal tinempal I Pagon gelis mijil
40. uli di pangkeban ngajak I Kancil Bang I Biyut Macan Kuping tunden ngatengahang parek Raden Wijaya tka nyumbah matur ngling duh ratu tityang sat padhem malih urip [ 194 ]186
41. pikiran hamba seperti dibangunin mendengarkan suara senapan bertubi-tubi dan bercampur dengan gemuruhnya suara sorakan silih berganti hamba sekarang habis-habisan kalau bisa bahagia pada akhirmya akan mengorbankan jiwa
42. begitu rasa iba pikiran Raden Wijaya
53 a tidak bi // sa menjawab manahan air mata ingat dengan I Mundarang ketika dulu mengejar dan memaksa menombak I Panglet menghalangi
43. I Caritangsa dan I Kembar keduanya pura pura kalah bersikap seperti kewalahan senjata Daha mengejar mengejar saling mendahului mengejar dan mendorong I Mundarang mengejarnya
41. manah tityang alah dun dunin nyarsayang swaran bedil makilit ring kookan surak bende matatimbal tityang matlasan mangkin yan sida sadya puput ngaturang pati
42. bres maclos kayune Raden Wijaya
53 a twara bi // sa nyautin ngembeng toyan cingak eling ring I Mudarang saduke malu ngulahin sahasa numbak I Panglet ngalangin
43. I Caritangsa I Kembar keduanya maapi-api lilih matingkah kapsan sikep Dahane ngulah nurut pasleng langkungin nglah nonjokan I Mundarang ngepungin [ 195 ]187
44. tidak mengira musuh I Panglet menyerang menyerang dari samping menerobos dan mengagetkan I Wira dan I Kembar I Parijata dari belakang kalah kesempatan senjata Daha yang mengikuti
45. mati hancur dan terluka oleh I Pidikan I Wiro menembak mati I Guyang bergulingan I Parijata menerjang mengenai I Caluk lalu mati I Drawalika berusaha dan bermaksud dendam
46. penyerangnya ikut I Patih Mundarang berputar seperti gangsing I Patih Mundarang merusak I Singandaka dan I Singa menyerbu lalu mati kena serangan
53 b oleh // I Parungsari
44. tan minaha I Panglet musuhe cidre nempengin uli samping muhuk nangkejuang I Wira mwah I Kembar I Parijatha ngibulin kuciwa tadhah sikep Dahane ngiring
45. dhekdek mati matatu ban I Pidikan I Wiro numbak mati I Guyang maguyang I Parijata nujah ngenayangI Caluk mati I Drawalika kunup makneh sngit
46. pangamuke bareng I Patih Mundarang mapuler mirib gangsing I Patih Mundarang ngrusak I Singhandaka mwah I Singha nuuk mati kna katujah
53 b baa // ne I Parungsari [ 196 ]188
47. Hyang Soka masih bersama I Caritangsa semua juga dilihat orang-orang Wilatikta senjata semakin mengejar I Pagen menjaga prajurit jadi bercampur peperangan menjadi dahsyat
48. debu-debu beterbangan dunia terasa kotor I Pagon kocar-kacir I Wilis dirusak sempoyongan dan tergeletak dihadang oleh I Dangding bangun tergesa-gesa I Sora mengobrak-abrik
49. I Mundarang segera melompat meninggalkan kuda lalu berlari I Tki menyerang dicekik dan ditendang I Mudo pantatnya ditutup saling mendahului dan I Baleman kalah
50. senjata Daha di selatan cepat kalah
47. hyang Soka nu ngajak I Caritangsa padha kataton kalih i wwang Wilatikta sikep sayan ngulah I Pagen ngabih prajurit dadi madukan pasyate masisih
48. buk maspuk gumine ajur rasanya I pagen murat-marit I Wilis karusak nyaruyung bah maguyang kaslabin ban I Dangdhing bangun ngenggalang I Sora ngubas-abis
49. I Mundarang kapuuk makcos clang ngutang jaran malaib I Tki ngwirangang kackuk matinjak I Mudho nekpin ejit saling liwat mwah I Baleman lilih
50. sikep Dahane klod kabu kaburu kalah [ 197 ]189
saling ganti yang mati ada yang ditembak dan ditusuk dengan tombak tidak ada kesempatan I Wiraraja semakin semangat berperang menyia-nyiakan para prajurit
51. lelah berperang orang Madura merasa kecewa Ranggalawe marah pertanyaannya dengan nada
54 a ke // ras siapa yang menghadapi berperang ada yang melapor benar Gusti Menteri Winotan meninggalkan para prajurit
52. di payung itu yang diupacarai memakai pakaian menteri dadap dan kuda semua kelilhatan bersih memakai hiasan leher berwarna putih memakai bunga-bunga berdiri di atas kereta
pacabugbug ne mati kabdil katumbak twara maan malekah I Wiraraja sumingkin pupuk masyat ngadwang soro prajuri
51. tuyuh masyat wang Madhurane kuciwa I Rangzalawe bhrangti
54 a patakena banggra // s hyen ngarepin masyat ada ne matur patut gusti muntri Winotan tumanggalang prajurit
52. ring payung punika ne maupacara nganggo pangangge mantri dadap miwah kuda sambawon sami sentak mabapang taluki putih makakembangan nyleg duhur padhati [ 198 ]190
53. yang itu sama sekali belum pernah berubah memakai dua pemimpin konon para rangga semua menunggangi kuda tinggi besar berwarna putih dan kuning berdiam diri cepat mempersiapkan barisan
54. makin semangat Ranggalawe menarik kuda bernama I Yandawsi tunggangan dalam berperang bagai gula matang begitulah bulunya menghunus keris yang tajam memutar perisai suara tambur yang mengikuti
55. tergeletak rakyat Arya Wiraraja I Wanengpati mendampingi dan I Saraduta disana I Jagawastra prajuritnya dipesani caranya berperang jangan saling perintah
ne punika durung naen midep obah mapapucuk kalih kocap para rangga sami negakin kuda agong ganggas putih kuning dedeg nyarasah penter nabdabang baris
54. sayan tangseh Ranggalave narik jaran madan I Yandawsi tgakan pasyat gendis ratteng ulesa ngembus kadutan mingid nguyengang dhadap surak tambur mutitin
55. ngalindih panjake Aryya Wiraraja I Wanengpati ngabih mwah I Saradutta ditu I jagawastra prajurite kabsenin tingkahe masyat
hda saling tubalih [ 199 ]191
56. setiap yang tertekan harus
dibantu supaya tidak
terlambat supaya tekun dan
jangan
54 b terpisa // h perang sudah
mulai
ramai saling tikam
I Rangga Palana mati
I Wirasanta
sekali menombak
57. tidak dapat dihitung
mayat tergeletak
I Jagawastra dia dapat
merusakan para rangga
I Semi dan I Mayang
Rangga Janur memburu
dengan marah
tindakannya cepat
berputar menghalau dan
menangkis
58. orang Madura bubar
I Saraduta
I Wanepati mati
terluka kena tusukan
sorak bergemuruh
Raden Arya makin marah
jawabnya kasar
seperti api dikipasi
56. sing kapsan tulungin
apang da kadhat
54 b mangde pupuk makili // t
syate mangkep suba
rame masasendalan
I Rangga Palana mati
I Wirasanta
apisan numbakin
57. Twara bakat itung bang
hene pajempang
I Jagawastra polih
ngrusak pararangga
I Smi mwah I mayang
Rangga Janur ngucur
senghit
tangkepe gancang
mabinder nguyeng tur
nagkis
58. wwang Madhurane buud
I Saraduta
mati I Wanepati
matatu njaumat
surake mabyaywan
Raden Aryya sayan brangti
pasaure banggras
ambul api punpunin [ 200 ]192
59. persentuhan kerisnya ramai bunyinya suara senapan makin gencar memang benar-benar pintar I Jagawstra berperang serangan musuhnya banyak dapat dicegak I Lawe dari belakang
60.datng saling tusuk musuh-
ya banyak terluka
lagi pula andawesi
berjejal mendobrak
manggigit seperti singa
orang Daha semua diam
Menteri Winotan
bingung memutar kereta
55a 61 I Ranggalawe menghadapi// dan cepat mengejar Memeri Winotan tersenyum I Lawe itu datang taat pada janji memperlihatkan cara bertanding menghadapi Daha sekarang aku yang mencoba
62. diam I Lawe pikirannya gregetan
59. pagatik kadutane rame
pakrentang
bdile sayan titir
mula rwah widagdha
I jagawasrta masyat
orongan musuhe titib
bakat kapgat
I Lawe uti duri
60. tka cohcoh musuhe lyu ka bancaran kaliha andawesi majujun da rumpak nggutgut ambulan singha wwang Dahane pada isis mantri Winotann kameng miteh padati
55a 61. I Ranggalawe mapas nge // nggalang ngulah mantri Winotan knying I Lawe ko tka nindihang pasobaya ngedengang tangkep matanding marep ka Dha jani kai midenin
62. mendep I Lawe knehe
rarimutan [ 201 ]193
kudanya dicambuk dan didorong dari kiri ke kanan sukar memutarkan kereta berusaha mengejar Ranggalawe melompati
63. bergolak perkelahiannya di atas kereta sama-sama pandai menangkis pada akhirnya kalah Menteri Winotan rusak dipenggal di atas kereta banyak tergeletak para menteri Kediri
64. I Tunjungnutur I Bete dilukai I Rangga diserang lalu mati olen Raden Arya dan I Rara Sindura merusak I Rangga Sumki dan I Sampanya merusak I Rangga Sunti
65.terkalahkan sisa-sisa yang mati ibarat pohon cemara
jarane kacamthi tur kapadmakang uli kebot kanawan keweh minderang padati ngulah nsekang Ranggalawe nyburin
63. maruket syate maklo duur kreta padha sebet matangkis dadyanya kuciwa Mantri Winotan rusak kapunggal duur padati lyu pajempang i prmantri Kadiri
64. I Tunjungtutur I Bhete katatuwang I Rangga katujah mati baan Raden Arya mwah I Rara Sindhura ngrusak I Rangga Sumki mwah I Sampanya ngrusak I Rangga Sunti
65. lilih kakaren mati mirib camara [ 202 ]194
yang seberawut dihembusi angin di sana bersorak-sorak orang-orang Madura mengusir dan bertemu dengan orang Majapahit di persimpangan Jalannya diselingi sawah
55b ka// rena I Mundarang lagi 66. kembali berkelahi semua temannya kalah lagi dikumpulkan perang di utara masih berlangsung pertempurannya berselisih mayataya berwarna merah terendam oleh dara
67. didesak tentaranya dari Daha para menteri menandingi menerijangkan kuda I Bangdogolag berjingkrak I Mayur dan I Sapati I Panji Sekar I Arjuan di sampingkan
ne buut babar angin dita surak-surak wwang Madhurane ngulah macundhuk wang Majapahit i pacampuhan marggane masyan carik
55b de // ning I Mundarang 66 bwin tulak masyat sarewangnyane lilih bwin katuptupang puput syate kaja pacpuknyane masabit bangkene bang lebleban baan gtih
67. kasereseg sikepe uli di Dha
pramantrine naguggenin ngamuukang jarang I Bangodolag jingkrak I Mayur mwah I Sapati I Panji Skar I Yarjjuna pipilis [ 203 ]195
68. orang Daha makin cur dan tergeletak entah berapa banyak yang mati masih orang seberang karena tidak berkendaraan perkelahian makin terdesak lari bercerai-berai menghindar dan bersembunyi
69. yang menghadap menteri Prabhu Tarulaksana bernama Janapati dan Tarujanaka yang menjadi pendukung perang pemberani dan kuat semua berkereta memakai payung kertas berwarna kuning
70. mengambil panah dan semua ikut terurai rambutnya kelihatannya seperti bangsawan wajahnya bercahaya rupanya kedua
56 a memakai pakaian // menteri
68. Sayan dekdek wang Daha ne pajulempang yen kudang-kudang mati hnu i wang sabrang bane tan patgakan pasyate rakat kalindih malaib sambrag makiles kakakisik
69. ne marep mantrin Prabhu Tarulaksana maadan Janapati mwah Tarujanaka maka panyundang yuda wanen pageh makakalih sami makretha mapajeng kretas kuning
70. nyemak panah bareng padha magagambahan sbeng menak prajurit mirip geba bingar gebane makadadwa ngrangsukkang pangangge
56 a// n mantri [ 204 ]196
diapit rakyat berusaha menghadapi
71. seperti I Curing perkelahian itu makin ramai gong dan tabuh berbunyi kedengarannya sangat bising terompet memberi semangat para prajurit makin gembira ramai suara menggeliat- geliat senapan tak henti-hentinya berbunyi
72. seperti suara petir puluhan ribuan dan jutaan asap mengepul seperti mendung mengandung hujan senjatanya bekilau seperti sinarnya petir ibarat hujan tancapan panahnya rapat
73. Orang Daha berhenti tidak melihat musuh tidak kelihatan asap menyelimuti senapan bersuara kelihatan seperti api
apitang panjak saratine ngarepin
71. ambul I Curing pagatik syate pakrempyang gong tambure mamunyi ngreder magreyongan palerete nggilakang prajurite sayan dingkrak rames ngategteg bdile matalindih
72. ambul cngeran munyi kilap alaksa syungan yutayan andus malugpug kadi gulem ugmu ujan sikepe pakulelap masawang sladetan tatit mairib ujan leb panahe maspid
73. wwang Dahane caneg pwara ngenot lawan saru andus nyaputit bdile makeplag maltu-latu ngenah [ 205 ]197
jatuhnya panah memilih colan panahe milih banyak yang kena yu ne kna terluka dan ada yang mati matatu ada mati
74. serentak marah para menteri Daha memaksa dan menyerang rakyat ada sekitar ratusan sekelompok yang berkendaraan kudanya meringkik menyakitkan telinga Jain lagi suara tetabuhan bercampur dengan bunyi senapan
56 b75 // saling tusuk perkelahian makin ganas seperti lautan pasang dicampur dengan air bah bercampur dan bergulung- gulung saling tusuk dan saling intai tokoh dan ikhlas tangguh membela Raja
colan panahe milih iyu ne kna matatu ada mati
74. renget mantri Dahane mabriyuk mara saha panjak ngalindih
ada panyatusan sereh ne matgakan
jarane ngrereh ngenpengin len tatabuhan maaduk munyin bedil
56 b75 // saling urek maruket syate sahasa mairib ocak pasih kalampah ban embah matempuh malulunan
saling ugug saling intip pageh laghawa tangguh ngetohin Gusti
76. I Patih Janapati suka ngantenang syate saling sabit [ 206 ]198
sudah diketahui oleh Prabu Jayanata para menteri makin berkurang makin sedih kelihatannya sangat menakutkan
77. berdiri di atas punggung gajah seperti Detya suaranya keras menjerit mendorong rakyat kanan kiri maju I Jangkung masih membantu para menteri Daham itu yang membelakangi
78. makin dekat para pengamuk bergulungan banyak senjata yang mengikuti lebih dari puluhan ribu
57 a yang berkendaraan ber // usaha menuju ke depan memimpin memakai kereta bertemu dan bersatu
kawikanang suba ban Prabhu Jayanatha pramantrine along mati sumingkin duka swabhawane ngresresin
77. ngadeg di tundun gajahe ambul Detya kirak-kirak manyrit ngangsokang kawula kebet kanawan mara I Jangkung angilo kari pramantri Dha punika ne mungkurin
78. mangaepang pangamuke
magulung
sikep lyu marengin
lebih palaksayan
57 a ne negakin ngu // lahang
nyucuk ka malu mucukin makaretan mangkep bwin makilit [ 207 ]199
79. orang Sabrang kalab keberaniannya setiap diserang kalah Prabu Jayanata sudah berkali-kali I Jangkung ikut membantu gajahnya mengagungkan berputar-putar dan mengakibatkan pusing
80. tiba-tiba bertemu Patih Taru Janaka dan Patih Janapati hati-hati melepaskan anak panah raja Jayanata dikeroyok makin marah melajukan gajah cepat mendekat dan bergulat
81. Janapati terpeleset dan cepat melompat 1 Tarujana masih didorong gajah rusak keretanya dan hancur I Tarujana dikalahkan segera menyerang I Janapati mati
82. berusaha keras dengan sikap yang mengagungkan
79. wwang Sabrange kapes kasor kawanenan asing kapuuk lilih Prabhu Jayantha suba mapisan-pisan I Jangkung angile ngiring gajahe krura maudran mamusing
80. saget macunduk Patih Taru Janaka mwah Patih Janapati tangar nglebang panah sang Prabhu Jayanatha kakembulan sayan sngit nyandarang gajah glis ngruket nampekin
81. I Janapati sawuh makcos enggal I Tarujana kari kna cokot gajah rusak kretane bencar I Tarujana kalilih glis maruket I Janapati mati
82. ngulahang magebras ia tangkepang abra [ 208 ]200
membuat perasaan ngeri memakai pakaian yang serba bercahaya pakaian kebesaran bersenjatakan gandewa yang tajam kemudian kelihatan menyala payungnya bercat kuning
57 b pengikutnya // mempersiap-
83. kan segala upacara banyak senjata dibuang bersuara silih berganti sorak suara gong dan tetabuhan bendera kelihatan sangat jelas nenakutkan hati perkelahian saling menekan
84. suara jatuhnya anak panah tidak henti-hentinya makin marah Prabu Jayanata mendekati Prabu Tatar memaki-maki dan menunjuk
hai anjing Tatar berani datang ke sini
nggaenang kneh mirmir ngangge sarwwa muntab
bhusanan koagungan masikep gandewa mingid
kanten dumulah payunge mcat kuning
57 b aringane pa // gdhab 83. saupacara mgat sikep manglindih mangroyong saling timbal surak gong tatabuhan krebetan tunggule tinglis, nyejehang manah syate nindih-katindih
84. patempuh panahe tan pgat paketak sayana matgem malih Prabhu Jayanatha nampekin Prabhu Tatar matbat ngandika tur nudhing ih baseng Tatar jwari matangah mai [ 209 ]201
85. orang hina dan kotor tidak tabu tata krama bahaya tidak tahu sifat keagungan oleh keturunanmu karena kamu tidak tahu sopan santun pasti neraka yang akan kamu temui
86. kamu menentang dan melawan para warga Sama-sama di Pulau Jawa tidak sampai pisah karena sangat sayangnya melebihi tanah dan langit ini kamu datang mengakibatkan mata menjadi buta
87. senyum-senyum jawabnya Prabu Tatar benar kamu orang dari Jawa aku perlu ikut berpijak pada kebenaran menghilangkan yang mengotori dunia ikut ke neraka
58 a perilakunya // yang salah
85. janma nista letuh twaara nawang tata bhaya sing dakain sasapan kagungan baan laluhur iba karana patipurugin
Janten naraka yen teka iba mati
86. ai tungkas deng nglawan para dadya padha di Pulo Jawi twara nglawut pasah tresnan kaine liwat lebiha tannaha langit ne iba teka ngae mamata mati
87. knying-knying pasaure Prabhu Tatar bneh iba wwang Jawi turut kai nyandang napakang kapatutan muceh ne ngletuhin gumi mila kanrakan
58 a palaksanane // plih [ 210 ]202
88. kamu dikenal sampai keluar daerah di sini sebagai pemalas Prabu Siwa Budha sebab itu kamu rusak berkhianat terhadap teman yang baik Raja Daha makin marah mendengarkan
89. cepat mengambil gajah lalu menyerang Prabhu Tatar menghindar sambil melepaskan anak panah ramai bagaikan hujan belaiannya menakjubkan kena anak panah sampai badannya tergores
90. makin mabuk gajahnya menerjang terluka dan mati musuhnya dikunyah perang makin dahsyat prajurit kebingungan saling mengejar matanya terpejam dan tergeletak terluka
88. iba lumbrah ne tked ka Sunantara dini juru ngalengit Prabu Siwa Buddha iba awanan rusak cidra ajak suba kasih sang Prabhu Dha mireng sumingkin sngit
89. ngumpreng nujah glis manyemakang gajah Prabhu Tatar maklid sarwi nglebang panah cebceb masawang ujan cocore aeng ngpukin kna ban panah tuting awaka rujit
90. sayan punyah gajahe galak mangijak matatu hlung mati musuhe kapakpak syate sayan krura prajurit binal paling saling udrang ngidem matatu mapugling [ 211 ]203
91. menakutkan saling serang an saling panah membidik dan saling tembak yang bersenjata perisai bertemu sama-sama bersenjatakan perisai tiba-tiba keris saling bersentuhan sama-sama keris, Raja keduanya
92. Janjimu tidak boleh diingkari
lama saling intai
gajah berputar
diserang dengan panah
tertusuk dan kena
lambungnya
tergelincir
terus mati
93. rusak gajahnya Prabu Jayanatha
58 b // tidak lagi menunggangi gajah di darat berkelahi lalu mengambil perisai beroncer warna hijau kerisnya sangat tajam
91. kabinawa saling tujah saling panah matitis saling bdil ne nyikpang dhadhap mangkep padha madhadhap saget kadutan magatik pada kadutan sang Prabhu makakalih
92. ubayan teng dadi cara sirigan makio saling intip gajah maudran katuju baan panah macbek lambunge kni mapulisahan nyaregseg laut mati
93. rusak gajahe Prabhu Jayanatha
58 b // twara bwin ngalinggihin madarat mayuda tumulih nyambut dadap maoncor gadhang ban lungsir krise nyanyap [ 212 ]204
Raja Tatar tahu
94. Raja Daha mau berperang di darat cepat turun dari usungan kerisnya dihunus mendesak memutar perisai sudah sama-sama menginjak tanah lagi berperang bergantian saling tusuk
95. berhadap-hadapan dan berusaha dikejar sama-sama pandai menangkis keris saling bersentuhan percikannya banyak menyembur berkelahi saling pegeng ditusuk tapi terlambat Prabu Daha menghindar
96. tepat kena dadanya seperti dibantali lemas dan tidak sadarkan diri jatuh di tempat sang Prabhu Tatar uning
94. Prabhu Dha kayu madarat mayuda glis nedunin juli krise unusang mansek nguyeng dadap suba padha nampak gumi bwin masyat magilir saling cukin
95. mangkep malang kaulah masih ngulahang pada penter matangkis magatik kadutan sasembaranyane sambrat magubeg syate magisi katebek sepan Prabhu Dha maklid
96. numlek kna dhadhane alah tandalang nyrempokantu mapuwing cbug jalan mula [ 213 ]205
cepat mendekat para penolong sekelompok orang yang memakai baju besi menangkap dan mengikat orang Daha lari cepat
97. I Jangkung Angilo ikut lari menutup pantat terus lari dihalang-halangi para pengungsi diusir I sora mengejar I Patih Kebo Mundarang
59 a takut merasa // kan mati 98. diburu dan dikejar akhirnya tertangkap didapat di Trinapati I Patih Mundarang mohon ampun dan menjanjikan anaknya yang perempuan seorang I Sorandaka datang merusak dia tidak terima
99. para pengungsi itu semuanya dapat dicegat gancang nyagiag pagdhab soroh ne makrebsi ndakep tur mbasta wwang Dahane ngududing
97. I Jangkung Angilo milu kabarasat nylek ejit manderit kakablet-kabletang rarudane kaulah I Sora nguber I Patih Kbo Mundarang
59 a Jegeh ngra // sa mati
98. kaburu katurut dadi katrugtugan bakat di Trinapati Ia Patih Mundarang nunas urip nyanggupang panake hluh adihi I Sorandaka tka ngrusak tan tampi
99. larudane makjang bakat kacandak [ 214 ]206
semuanya menyerah dan tidak dibunuh sudah dikumpulkan Dahanya sudah kalah Prabhu Daha sudah diikat oleh prabu Tatar disuruh memenjarakan
100. memutuskan untuk menyerahkan kepada Raden Arya dipakai sebagai bukti menang di medan perang lalu meminta akan menggantikan upah di sana dikatakan Raden Wijaya lagi
101. sore hari tiba di istana Daha ramai tangisan terdengar Raden Brawijaya masuk ke suatu tempat adiknya yang ditahan sudah dibawa kemudian keluar dengan cepat
102. sudah dinaikkan di atas gajah nungkul pada kaurip suba matambunang Dahane tlah kalah Prabhu Dha wus matali baan Prabhu Tatar katunden ngurangkengin
100. maputusan nyrahang tken Raden Arya prasiddha tanda jati mnang di pasyatan kalih laut nagihang bakal upahe ngantinin ditu kaucap Raden Wijaya mali
101. lingsir suryya rawuhe di puri Dha muug mamhong hling Raden Brawijaya ngranjing kakamagtan raine kajarah sampun kaajak lu glis medal tumuli
102. kaunggahang di duur gajahe suba [ 215 ]207
siap berserta pengikutnya pembantunya dua orang yang diberi nama Madraka Ni Sodraka ikut menjaga I Pamandana sebagai kusirnya
103. Raden Arya berkata kepada 59 b Raden // wijaya adik paduka baik cepatlah berjalan supaya tidak kesulitan kalau lama masih di sini di I Tatar sangat menyusabkan
104. terlambat berbuat kalau dia dapat duluan mendatangi ke kota kalau sampai terjadi keributan dalam berperang sulit dan banyak yang harus diperhatikan dibenarkan berjalan dengan secepat-cepatnya tidak lagi menoleh ke belakang
105. semalam di jalan tiba-tiba sudah datang
napak tuting pangiring pangayahe dadwa ne madanin Madraka Ni Sodraka bareng ngabih I Pamandana tan lyan manyarathinin
103. Raden Arya matur ring 59 b Rade // n Wijaya rain iratu bcik glisang marggiyang mangda sampun kawhan yan suwe kari iriki ipun I Tatar banget pacang ngobtin
104. sep matingkah yen ipun polih riinan ngrawuhin ka nagari yan macuhcuh yuda rimbit akeh tulinga kapatut raris mamarggi magagancangan twara ke nulih buri
105. apteng di jalan saget suba tka [ 216 ]208
di Desa Majapahit para menteri semua memperbincangkan I Wiraraja sebagai pembicara saudara sekalian siapa yang cocok dipakai sekarang
106. mungkin I Tatar datang dan menyuruh memintakan upahnya sebagai pembantu kebingungan semua para menteri juga bingung kesukaran tidak sedikit kata I Sora apa yang dibicarakan lagi
107. mudah sekali oleh hamba memikirkan tidak akan dapat berbuat apa-apa buaya ke darat memasuki suatu tempat karena inj adalah daerah hamba undanglah dengan baik hamba menghadapi semua
Di Desa Majapahit pramantrine padha ngumum mararawosan I Wiraraja narekin adi sinamyan hnyen nyandang anggen mangkin
106 mawi rawuh I Tatar ngen ken nagihang pangupahe ngantitin mamgen makjang Pramantrine kemngan Pakewhe ridong gigis atur I Sora punapi bawos malih
107. ingan pisan antuk tityang ngamanahang boya polih minggakin bwayane ka darat ngalbonin pagnahan bas desan tityang iriki bcik undangang tityang ngarepin sami [ 217 ]108.
Raden Bagus tertawa
60a // senang mendengarkan hormat berkata sambil tersenyum Ranggalawe menyembah paduka jangan curiga musuh yang tidak punya kekuaran dihadapi asalkan jangan ragu-ragu berani mengorbankan jiwa
109 tetapi katanya memmbuat diri menjadi sengsara kalau tidak sabar mungkin tidak berhasil di sana sudah dijelaskan tersurat pada Parta Yadnya banyak para menteri yang takut karena dorongan beraninya mempertaruhkan jiwa
110. tiba-tiba datang suruhan Prabu Tatar menteri muda dua orang bemnama Suryanasa dan Sudarsana
108. Raden Bagus icca
60 a // enak miarsayang mepes maatur knying
Ranggalawe nyumbah Ratu sampun sumlang satru tambhara arepin
kewanten logas purun matalang urip
109. nanghing kocap ngaryya nang dewek naraka yan sengap dhoyan buncir irika kabyaktah mungguk ring Partha Yajnya akeh premantrine ajrih saking kaklegan purune mabwat pati
110. saget rawuh putusane Prabhu Tatar mantri anom kakalih madan Suryyanasa makamwah Sudarssana [ 218 ]210
ada sekitar 200 tentara yang mengikuti kelibatannya sudah siap selurub rangkaian upacara para menteri
111. bersedia disuruh abdi Raden Wijaya suratnya sudah diterima oleh Raden Arya I Sora yang menghubungkan I Ranggalawe mengambil suratnya sudah selesai suratnya sudah diserahkan
112. I Ranggalawe membacakan isinya saya mohon sekarang upahnya itu karena musuh sudah kalah
60 b Raja // Daha utamanya sudah diikat kemudian diganti oleh putrinya
113. selesai membacakan surat 173 tersebut keluarkanlah sekarang upahnya itu I Sora menanyakan apa kedudukannya sekarang ada satak sikep ngiring sada taragya Saupacara mantri
111. sadya kautus parek Raden Wijaya surate katampi tken Raden Aryya I Sora narantanang I Ranggalawe nywangin surate suba tulise kapacampi
112. I Ranggalawe macain ucappanya tityang mamitang mangkin pangupah punika reh satru sampun kandap
60 b sang // Prabhu Daha makadi sampun mabhasta gentosin antuk putri
113. pupute mamaca munyin iyutusan mijilang ugi mangkin pangupah punika I Sora matatasan napi linggihe puniki [ 219 ]211
kebiasaan para putra bahasanya menandakan
114. benar saya bernama I Sudarsana patih Janapati memakai hamba sebagai menantunya juga I Suryanata anak dari patih Tarujanaaka yang mati di sini
115. tersenyum I Sora dan menyakitkan hati Paduka ini keduanya sudah tidak percaya dengan Raden Brawijaya karena jelas sudah dapat masak tetapi tidak diserahkan adiknya kedua-duanya
116. tetapi jangan tergesa-gesa berpikir berusaha mengambil sekarang memang sering sekali sampai lupa ke Daha pikirannya takut
turah praputre basannyane nyirinin
114. patut tityang mawastra I Sudarsana papatih Janapati nyantanayang tityang
kalih I Suryyanatha kaputra antuk papatih Tarujanaka nene rusak iriki
115. knyem I Sora cacep nyungkanin manah ratu punika kalih sampun tan parccaya ring Raden Brawijaya wireh kanten sampun poli masa tan kasru raine makakalth
116. nanghing sampun dropen
age pakayunan
pisoreng ngambil mangkin
anak sering pisan
kantos kantu sring-sring
ka Daha pdahap
kayune kadung jrih [ 220 ]212
117.di Tumapel dulu ketika di serang
61 a. pernah dihunuskan // keris
diancam dengan tembak
ditendang dengan perisai
setibanya di Kediri
dikurung oleh senjata
pingsan dan tergeletak
118. bicara terdahap kakaknya
silakan diterima
tetapi satu
yang ditakuti sekali mungkin
menceburkan diri ke air
bila supaya ada dilihat
pasti terkejut
orang bersenjatakan senapan
119. mungkin membuatkan
supaya kekurangan
jadinya dapat tidak dapat
seperti begitu
tidak akan hilang ke mana-
mana
seperti menghisap gula pasir
memang lebih baik
telan pelan-pelan
120. I Lawe berbicara dengan lembut
117. ring tumapel riin dawege kajarah
61 a polih kembusang // kris
kaanggarang bokat
katampel anak tamyang
sarawuhe ring Kadiri
kiter gagaman
kantu malih mapupgling
118. aure ring rakane ngiring
kaserah
sakewanten asiki
ne kajrihin pisan
pilih melabuh toya
yen mangde wenten kaaksi
janten makasyah
jatma nikpang bdil
119. manawi ngaryyanang
mangde kaagangan
kingin polih tan polih
saksat sapunika
masate ical kija
kadi ngenkel gula pasir
mula becikan
tled ageng-adeng
120. I Lawe alus nglantur
in munyi ngasab [ 221 ]213
paduka lebih baik sekarang
semua kembali
pula dulu persiapkan
pembantu wanita juga ikut
yang masih muda dan pilih
yang cantik-cantik
121. laki-lakinya semua tanpa
senjata
karena sudah membawa
peralatan yang lainnya
seolah-olah dipakai upacara
memang itu pekerjaannya
karena memang kebiasaan
seorang istri
61 b segala macam bunyi-bu //
nyian
122. utusannya semua senang
memperhatikan
kemudian cepat pulang
tidak diceritakan di jalan
datang semua melaporkan
prilaku di Majapahit
Raja Tatar
supaya segera menepati
123. menjalankan pembantu
sekitar tiga ratus orang
Ratu bcikang mangkinbr>
sareng sami tulak
mantuk dumun dabdabang
pengayah luh jagangiring
ne bajang-bajang slik
ne bcik-bcikan
121. janmane mowani golin
sinamyan
rebadin cungklik curing
sat anggen upacara
mula ento gagaman
reh traping istri raspati
eneng mirengang
61 b soroh ne krangcang-krin //
Ging
122 utusane makjang suka
ngidepang
budal glis tumulih
tan kocap di jalan
tka pada ngaturang
tingkahe di Majapahit
sang Prabhu Tatar
mangda enggal ngadyanin
123 nyalanang pangayah panlu
ngatusan [ 222 ]214
dan macam-macam bawaan
memegang perhiasaan
di antaranya upacara
dan macam-macam yang ada
hubungannya dengan
upacara
lain lagi batu bata
semua tanpa senjata
124.Raja Tatar kemudian pergi
berlayar
pulang menuju kota
mulai bersiap-siap
sekelompok orang yang
akan menjemput
Raden Arya tidak ikut
sangat dipuji
tampan dan pintar
125. diceritakan utusan berangkat
sampai di Majapahit
sudah beristirahat
dijamu di dalam banjar
seluruh orang laki-laki
dan juga yang perempuan
dengan seluruh upacara
tur soroh renji-renji
nampa papahyasan
makadi upacara
soroh krenang-krening
len batu bata
makjang mabogolin
124 Prabhu Tata tumulih
malayar budal
mantuk ngungsi nagari
makire nabdabang
sorah bakal pamendak
Raden Aryya twara mari
kaalem pisan
masmita bwin ririh
125 caritayang utusane
ngalwasang
tked dhi Majapahit
suba marerenang
katamyu jroning banjar
sabatek janmane mwani
bwinne lwa
saupacara sami [ 223 ]215
126.orang-orang Tatar
diamuk tanpa menggunakan
senjaga
pura-pura menangkis dengan
keris
I Lawe I Sora
memakai taji seperti ayam
pahanya diikat
kelihatan banyak bercabang
keris yang tajam
128. ketika berat menghadapi
perang
tidak lain sebagai patihnya
adalah
I Lawe dan I Sora
kalau beruntung akan
menang
karena teguh mengorbankan
jiwa semua itu
janjinya tidak dipenuhi
129. Gusti Agung bersedia pergi
ke Tuban
menghadap ke Majapahit
perilakunya sudah siap
pelengkapi senjata
tidak diceritakan di jalan
dan dengan cepat
126. wwang Tatar kaamuk tanpa
gagaman
sok matangkis karek
kris
I Lawe I Sora
mataji cara syap
phanyane kabulang
ngenah pacranggah
kadutan mingid-mingid
128. duke sarat pakeweh
ngarepin yuddha
tan lyan maka papatih
I Lawa I Sora
yen mnang siddha sadya
dening pageh mteh urip
ento makjang
sanggupe twara misi
129. Gusti Agung sumadya uli
di Tuban
nangkil ka Majapahit
tingkahe taragya
nyregepang pasikepan
tan kocap di Jalan glis [ 224 ]216
tiba di negara
diceritakan sekarang
130. pagi hari seluruh masyarakat
di sana
semua bersiap-siap untuk
menghadap
ramai melewati jalan
kemudian keluar istana
banyak kesatria dan para
pendeta
sesuai dengan kedudukan
para manca dan para adipati
131. para menteri bernama I
Jaran Wayan
I Wagal dan I Dangding
I Singa Sardula
yang lainnya I Demang
Dadaha
I Gagarang Tambak Wisti
I Jiwaraga
I Panji Wirabumi
132. I Sora I Medang dan I
Kebo Nabrang
I Wiro I Nambi
I Ranggata Kembang
bersama I Brajasela
nampak nagara
kacarita ne mangkin
130. Galang kangin saprabe
kele makjang
padha madabdab nangkil
rame ngliwat margga
tumulih kabancingah
tbellg ksatriya sulinggih
nganutin tegak
premanca adipati
131. pramantrine mandan I
Jaran Wayan
I Wagal mwah I
Dhangding
I Sugha Sardhula
lyan I Dmang Dhadaha
I Gagarang Tambak Wisti
I Jiwwaragga
I Panji Wirabhumi
132. I Sora I Mdhang lyan
I Kbo Nabrang
I Wiro I Nambi
I Ranggatha Kembang
bareng I Brajasela [ 225 ]217
I Wide I Yangsatrik
I Pamanda
I Sondong dan I Sidi
Pupuh Sinom
1. I Sapahati luka berat
kelihatan merah dan
membiru
memakai bunga cempaka
yang masih hijau
diapit daun rental keduanya
memakai minyak wangi
samar-samar kelihatan
memakai gelang
berisi tiga warna
setiap keluar membawa
keutamaan
2. berbuat demi diri sendiri
menanamkan rasa percaya
diri
bersayap bagaikan kumbang
giginya yang menyebabkan
menarik
berkabar kemudian
dari bibirnya yang manis air
liurnya keluar
seperti Sanghyang Smara
I Widhe I Yangsatrik
I Pamandana
I Sondong mwah I Siddhi
PUPUH SINOM
1. I Sapahati matatu rahat
jemanten barak mwah wilis
maskar campaka gadhang
kacut rondon makakalih
maapun lengis miik
ngranah odako mas ajur
mapinggel kana kaitan
tatbus tridhatu asri
nadtad cottamatanggu
wijiling sabran
2. masipat bwatan pakudan
ngentikang cacingak manis
mangampid tambulilingan
untune makada bangkit
magatra-gatra krawis
kcuhan lambene nyurnyur
waluya Sanghyang Smara [ 226 ]218
perwujudan dari Dewa Yang
Agung
karena cocok akhirnya
menurut pada raja gambar
3. berdatangan yang membawa
upacara bagus-bagus
menyerupai susunan bunga
sebanding kekuatannya
cocok keluar istana
tingkah lakunya baik
umurnya muda-muda
sebaya dengan para bidadari
48 b. agar kelihatan mirip
keinginan terwujud
4. jalannya seperti langkah
gajah
apabila sudah siap sekali
pertarungan mulai reda
dengan gaya yang agak
lamban tetapi pasti
lenggak-lenggok disuruhnya
pahanya putih mulus
seperti kulit mayang
sepintas kelihatan
membingungkan
karena bingung mungkin
semua ini sudah suratan
pragayan dewata lewih
nggawe cumpu nurah ratun
gagambaran
3. pagredheg soroh ne ngaba
upacara becik-becik
masawang pandeng sekar
anut nampa mas sinangling
pantes wijiling puri
saparipelahe anut
tuwuhe bajang-bajang
sahemper leken dadari
48 b mangde culuk mirib //br>
kahayon papindan
4. pajalane nindak gajah
dening suba tameng gati
patarung makjer banban
pararasan sada pasti
sleyag-seleyeg ngudhuhin
pahanyane meros ngempur
mairib kulit bangsah
marawat ngenah ngedanin
krana inguh ne minab
kecuhan bulan [ 227 ]219
5. makin kelihatan bertambah
baik
raut wajah raja yang agung
seperti keindahan gunung
didampingi oleh lautan biru
yang makan menikmati
semua melihat berkenalan
setelah sampai di luar istana
Raja kemudian duduk
di lantai beralaskan
kedamaian
6. ke utara merusak telaga
para penghadap telah
selesai dipilih
yang berhadapan membawa
peluru
berkeinginan cepat mendekat
para penjaga menghalangi
kemarahan berangsur-angsur
memiliki kekuatan yang
tinggi
pohon dadap sangkur
simbulnya Bali
dan pedang dipergunakan
untuk meratakan emas
5. saya ngawuwuhin muntab
warnnan sang prabhu ne
luwih
kabcikan gunung skar
ne nyanding sagara
gendhis
ne ngrempeg jaen manis
makjang gawok
manyumbung
rawuhe di bancingah
sang prabhu raris
malinggih
di babatarane makbat
pramidhamya
6. ngajana nungang talangga
tangkilane wus magilih
ne ngarepin ngaba mamas
makanda nampekang gelis
parisene mangupit
buntare matbu-tbu
makakawwatan mas
dhadhap sangkur tameng
Bali
mwah kalewang papaten
matatah mas [ 228 ]220
7. apalagi tampang yang
membawa
waspada semuanya
tahu tentang isyarat dan firasat
dibuatkan peraturan yang
harus diikuti
berkerumunan dan tidak ada
berloncat-loncat karena
kegirangan
dan wajahnya berseri-seri
pakaiannya bermacam-macam
kelihatan seperti gunung sari
di lantai membawa alat
upacara
8. para menteri di luar istana
camat dan lurah telah datang
serempak ke atas memberi
salam
rapat tempat duduknya
menghadap
dengan para pendeta
ramai menghadap Raja
juga para ksatria
I Singa Sardula lagi
I Jaranwahan ikut I Misa
Wagal
7. kalih sasbeng ne ngaba
sengeh makejang caliring
nawang wangsit sasiptayan
kabwatan lingkah mangiring
benben long ada bjit
tur gobane makelus-kelus
panganggene kawot-kawot
kenten kadi gunug sari
di babatarane ngaba upacara
8. Pramantri beten bancingah
punggawa prabekel titib
mabriyuk menekan nyumbah
atep tegaknyane nangkil
mwah brahmana sulinggih
tbeng nangkilin sang
Prabhu
miwah ksatriya diksa
I Singha Sardula malih
I Jaranwahan milu I Misa
Wagal [ 229 ]221
9. para penghadap di dalam
istana
49 a. //berkelompok-kelompok
duduk
barat timur selatan dan utara
berjejer-jejer dengan bagus
seperti I Nambi
yang di depan menghadap
Raja
kalau diangkat menjadi patih
dikatakan dapat menguasai
dunia
kedudukan raja dalam
memimpin dunia
10. agak pinggirkan I Sora
I Nabrang ikut
berdampingan
di sekitar luar istana tampak
terang
oleh pakaiannya semua
semua mengenakan pakaian
yang indah
tanpa menyaksikan juga
mengatakan setuju
kata-katanya mendadak
masih kurang lagi sedikit
merasa sepi tanpa ada yang
datang
11. Raja berkata pelan
terhadap I Patih Nambi
9. tangkilan jroning mandapa
49 a // mapohes-pohes
malinggih
kawuh kangin klod kajja
mapajajar-jajar becik
makadinya I Nambi
ne marep nangkil sang
Prabhu
dening kapapatihang
kaucapang mangkubumi
dasar lungguh sang Prabhu
muterang jagat
10. saddha sampingan I Sora
I Nabhrang bareng
masanding
sajroning bancingah
galang
baan panganggene sami
bungah saling linggenin
sing ngantenang padha
cumpu
munyinyane ndhadakang
nu kawangan akikit
mrasa suung ban twara tka
11. sang Prabhu alus ngandika
ring I patih Nambi [ 230 ]222
hai apa sih penyebabnya
I Lawe tak pemah ke sini
lama ditunggu-tunggu
bagaimana menemukan
kesulitan
I Patih berkata sopan sambil
menyembah
menurut hamba tidak salah
tetap berusaha keras
mengikuti kemauan
12. menyuruh seseorang
berusaha untuk mendirikan
istana yang sama seperti di
sini
itu mungkin obatnya
kalau belum pernah
menghadap
Raja mengangguk
tiba-tiba Gusti Agung datang
mengejutkan
para menteri senang semua
khawatir akan kesenangan
Raja yang tanpa hentinya
13. Gusti Agung melepaskan
ikat pinggangnya
jongkok kemudian
menyembah
mendekat ke tempat Raja
Raja berkata pelan
ih apa si sangkalanya
I Lawe tong taen mai
makle ali-ati
kenken nepukin pakewuh
I Patih matur nyumbah
manahang tityang tan sisipv
nawi kari ngangseh ngiring
pakayunan
12. ngutus nyahatang
nangunang
puri matuhin iriki
nawi ngebtang punika
dening durung taen nangkil
sang Prabhu manganggutin
saget Gusti Agung rawuh
tangkejut mahampihan
pramantrine egar sami
Mara pgat sang Prabhu
liyangan waswas
13. Gusti Agung nglebang
cotta
nyongko tumuli ngabhakti
nampekang ka pahayunan
sang Prabhu ngandika
223
kedatangan adik sekarang betapa senangnya hati Kakak kenyang tanpa makan indah tanpa dihiasi nah silakan Adik duduk di atas
14. Gusti Agung menjawab sambil menyembah duduklah di atas
49b. berdampingan dengan I Sora Adi Agung Dipati bagaimana cara Adik membangunnya rumah di Desa Tuban. dapat sama seperti di sini Gusti Agung dengan cepat menjawab
15. baiklah seperti pembicaraan tadi semuanya berbeda antara pekerjaannya dengan barangnya perbedaan umur di sembunyikan meskipun mendahului duduk terkejut Raja mendengar
tkan adine jani lyang idep bline muput btek twarada ngamah bungah twara da pahyasin nah ke nglaut malinggih adi mnekan
14. Gusti Agung sahur sembah munggahan sampun malinggih
49 b masanding tken I Sora Adi Agung Dipati kenken ban adine nangunang jere di Dewa Tuban siddha patuh buka dini Gusti Agung glis pasaure sempyar
15. inggih kadi pawacana sangsih tan wenten dasami antuk pakaryyane barang sewes ring nyaruwang hurip nadyan ngarepang linggih kagyat mamireng sang
Prabhu [ 232 ]224
seolah-olah merasa dirinya disindir kemudian berkata lembut. sambil tersenyum
16. bangunan adik belakangan apabila sudah selesai Kakak bermaksud menyuruh semua rakyat dengan seadanya di sini apa yang disediakan Kakak karena keinginan Kakak melampaui batas bersedekah ke Tuban dengan desa di perbatasan sebagai bukti cinta Kakak masih bersaudara
17. kepanasan Gusti Agung menyembah kata-katanya lancar saling sambung benar sekali pikirannya yang telah berlalu dipakai sebagai pedoman pikiran di malam hari membuktikan akan dianugrahi tetapi permintaan hamba agar datang semua menyatunya laut Paduka-
dadi mangrasa-rasa ih banya kasasimbingin buwih alus kenyem mangandika
16. pawangun adine duryyan yenya prugat idep beli ngipuk panjake makjang ban sahadannyane dini apa cawisang bli reh kneh bli manglaut madadana ka Tuban tken desa tpi siring cirin tulus tresnan beli nu manyama
17. kbus Gusti Agung nyumbah lampyas ature nyambungin patut pisan pkayunan lintang-lintang ngami sranin manah rahina wngi cihnaning swecchane mulus nanging pinunas tityang agoyang rawuhang sami sapasikyan pasiha cokor i
dewa [ 233 ]225
18. nah Kakak akan memenuhi keinginanmu tetapi jangan mengkhawatir- kan Kakak kebiasaan raja di seberang sana lama tidak pernah ke sini jadinya Kakak terima dia tidak menepati janji sikapnya sebagai bawahan berkeinginan memutuskan hubungan berkata lagi Gusti Agung sambil tertawa terbahak- bahak
19. sesuai dengan isi pembicaraan mungkin dia ingat
50 a. //bekas tinggal di istana dengan bebas tidak dapat disuruh lama- lama entah berapa lama diteliti. mempersembahkan harta benda baru teringat sekarang seperti asinnya garam antara manis dan asin tidak terasa
18. nah beli ngisinin pisan nging da nyansayen beli saprah agunge di sabrang makle teng taen mai dadyanya tampin beli ya tan tindih tken sanggup tingkahnyane mamanjak makneh munggelin bhakti malih matur Gustu Agung sambil ngakak
19. kadi daging pawacana mahawi ta ipun eling
50 a. // ring karaton pcak ngodag tan nyandang kaserah lami yen kudang kapatniti ngaturang utpti sampun kinginan mangkin ngrasa kadi masasulit tasik dija ngrereh manis pakeh sing kcapang [ 234 ]226
20. telapi maafkanlah hamba terlalu durhaka perkataan hamba sekarang ini oleh I Prahagung Sabrang menjadi seorang abdi tidak becus membela negara mungkin kurang pembelaan orang ya ng menerima kebaikannya yang benar ditanggapi salah kesalahan lebih besar daripada kebenaran diakhiri dengan merusak kesetiaan
21. sesuai dengan pembicaraan dipanggillah hamba dulu kurangnya perhatian hamba terima karena I Nambi sebagai pembela kalau ada perjanjian dulu pastilah sampai kepada hamba juga I Paman Sora dan I Nambi tidak pernah mengharapkan seorang pelayan
22. pada waktu I Tatar meminta upah dulu tak beda I Lawe dan I Sora
20. nging ampura lintang langgya atur tityang kadi mangkin antuk I Prahagung Sabrang ngawula krawos tantindih manawi kirang tindih sane nampi baktinipun ne patut kingin iwang sisip nereh ne Ian sisip kapupuran purun ngrusak pasebhaya
21. sat sakadi pawacana kadawuh ring lityang riin kirang tindih tampin tityang dening I Nambi matihin yan panemaya riin tityang wantah ne katujul kalih i bapa Sora makadinipun I Nambi durung pisan nahen mbwatang pang ayah
22. punika daweg I Tatar nagihang upahe riin tan Iyan I Lawe I Sora [ 235 ]227
sama-sama mempertahankan pendiriannya I Sora menjawab ah kenapa berkata demikian banyak sudah diberikan dengan Paman melewati timur barat Utara dan selatan yang merupakan empat penjuru arah mata angin
23. bingung semua mendengar tidak ada yang mampu menjawab Raja menjawab pelan adikku jangan marah dan pergi tanpa tujuan senangkanlah diri sendiri siapa nanti yang akan melakukan sesuatu tanpa musyawarah karena Kakak mau memberikan akal yang dalam adik yang Kakak andalkan Gusti Agung menjawab dengan nada marah
24. ah hamba tidak suka apabila I Nambi masih diangkat berlindunglah Paduka
ngukuhin marep nanggalin I Sora manyaurin ah nguda keto ban matur liyu suba paiccha tken bapa mangungkulin kangin kawuh kaja klod nyatur desa
23. emeng salyune ndingehang long ada bisa nambungin sang Prabhu masawur banban adi da kadawan brangti palilayang di hati nyen pacang ngodhag kapungkur sangkan beli nyak cidra adi ne shedang bli Gusti Agung pasaure sayan bangras
24. ah tityang tan wenten suka yan manggeh I Nambi matitib cokor i Dewa [ 236 ]228
50 b // seseorang yang suka menjilat perbuatannya dulu angkuh dan sombong tidak bermuka dan tidak berguna di hadapan negara turur serta dengan Raja
25. Dunia ini tidak makmur negara di Majapahit apabila tidak suka dari bepergian jauh-jauh ayah hamba yang akan menghitung para menteri di sini perkataannya bersama-sama adik Paduka harus diserahkan salah satu tidak ada berani menjadi penggantinya
26. rasanya sekarang sudah baik kekuasaannya di sini banyak yang ingin menjadi camat berebut saling mendahului perang membela diri datang tidak ada yang berebut
50b // janma bas makanten nguncir bikasipun riin kalud sigug tan pasmu tan paklus nirgguna kaarepang ring nagari milet ucem paunggih cokor i dewa
25. boya becik pajagatan duwene ring Majapahit yan tan sakeng gagenjahan bapan tityang ngawilangin pramantrine i riki pangrawose briyak-briyuk rain cokor i Dewa kakenden nyrahang ugi salih tunggil tan wenten purun matanggal
26. mangkin sampun becik asat jagat duwene iriki akeh mamanah munggawe marebut saling langkungin duke mabhayapati tka tan wenten marebt [ 237 ]229
pilih sesuai dengan ukuran mata para menteri di sini satu pun tidak ada yang berani berperang
27. apa yang perlu dilakukan oleh seorang camat sudah pasti merepotkan semangat memakaikan bunga canging tampak indah tetapi tidak harum berakibat akan layu menyusah-nyusahkan pikiran seperti menunggangi kuda banci apabila dicemeti berjalan berjingkrak-jingkrak
28. timbul gayanya yang bukan- bukan pura-pura menumbuhkan rasa lucu bermodalkan keberanian menuruti pikiran yang loba para menteri di sini seperti I Nambi kera jelek juga bodoh apabila kamu memang berani ini lawan berperang di pinggir kota
pilih wenten catuwan matan pramantrine riki siki-siki tan purun mayuddha
27. napi palar munggawayang kajanten wenten ngrembatin sat nyekarang skar canging bungah tan wenten miik mapuhara pacang layu ngobel-obelin manah kadi nyaprek kuda wanci yen pcutin mamarggi magagrenjitan
28. mijil tatangkepan meddha mangkak lucu sayan mentik ngumandelang kajwariyan lobhan manahe alurin pramantrine iriki I Nambi makadinipun bojog jle bwin nista yen twah iba mula bani hne lawan masiyat sambungancota [ 238 ]230
29. nah kapan keinginanmu
51 a //saya sudah menyanggupi pada malam hari ataupun pagi hari bagaimana besok atau sekarang terserah pilihanmu daerah tempat bertemu apakah di gunung atau di hutan di sungai atau di laut berikanlah kepastian agar aku mendengarnya
30. I Nambi wajahnya kecewa sekali merasakan di hati telah terbukti menyia- nyiakan pendidikan apabila dipaksa menyebabkan marah saat berbuat salah merusak peraturan Raja karena di hadapan Raja panas rasanya ditanggulangi wajahnya merah padam
31. melamun semua menyaksikan lurah dan camat semuanya
29. nah pidan ja kneh iba
51 a //kai suba mangenyakin di petenge yadin lemah kenken mani yadin jani iba kanggo milihin kalangan tongos macepuk yen di gunung di alas di tukad dija di pasih dong sanggupin apang kai mandingehang
30. I Nambi masebeng jengah mangrasa-rasa di hati bas makanten ngutang sastra yen paksa njalanang brangti di sassanane plih ngusak tata kraman Ratu baane di payunan kebus idepe ampetin bngah-bnguh mowane baag mambaga
31. bengong salyune ngan tenang prabekel punggawa sami [ 239 ]231
bagaikan ayam melihat mangsa takut perasaannya disangka akan menolak I Nabrang marah bukan main melotot matanya merah capek menghentikan kemarahannya apabila dilawan perasaannya tidak enak
32. Raja semakin kesulitan terdiam berkata dalam hati aduh apa mungkin penyebab musibah ini adik Lawe saudara Kakak dari dulu sudah menyatu tidak pernah membuat kesulitan sekarang ada perbedaan pendapat nah sudah kehendak Tuhan mengembalikan perbuatan kita
33. bagaikan wayang berjejer banyak datang menghadap tidak ada yang bergerak menunduk semua menulis pendeta semua berkata Gusti Agung Lawe sudahlah
ambul syap ngenot kaleyang jejeh kenehnyane isis katarkka pacang kali I Nabrang gdege muput ndelik matane barak tujuh mangandegin brangti yen mamuuk tan patut masih karasa
32. sang Prabhu sayan kewehan naneng mangrawos di hati dhuh apa bhaya makaddha adi Lawe nyaman beli salawase makilit twara taen nggae ibuk jani laut matungkas nah suba panitah widhi manyutukang pagawen glahe kudyang
33. buka wayange jajarang mcos salyune nangkil wara ada makripitan nguntul padha nulis gumi pranda ugandika sami Gusti Agung Lawe sampun [ 240 ]232
berkeinginan seperti itu berkata yang tidak benar juga pikir-pikir beratnya keinginan itu
34. dibenarkan oleh I Wahan dan I Sardula mendukung I Tumenggung Jiwaraga I Pamandana I Panji semuanya pada ikut nasihat pendeta benar tetapi orang yang dinasihati seperti tidak menghiraukan pembicaraan sebab I Nambi sangat marah dan kecewa sekali
35. mengapa semua diam I Nambi orang yang disegani suka membelalakan mata semua keluarganya pulang bukan aku menghindar bukannya sekarang direbut anti orang berdatangan sekelompok orang Tatar ke sini siapa yang ada kita ajak berkelahi
36. hampir menjadi hutan bumi di Majapahit
makayun sapunika mawasana boya becik taler pineh bobot swecchane pakayunan
34. kapatut baan I Wahan mwah I Sardula nyaremin I Tumenggung Jwwaragga I Pamandhana I Panji mabriyuk padha ngiring pitutur padhanda patu nging sang kapatuturan buka wara ndingeh munyi ban I Nambi sanget sengit ngranayang
35. kenken twara ngelah peta I Nambi jalema mnyit sok keneh mbarakang matha ktog brayannyane mulih sing da kai nyiringin dong da bu jani karebut maluduknyane teka soroh wwang Tatare mai hnyen ada ajakang kai mrojaya
36. das mandadi pasih alas gumine di Majapahit [ 241 ]233
apabila tidak I Lawe I Sora menghalangi dengan jiwa bergoyang musuhnya di sini juga tidak dihitung percuma sebagai abdi kamu yang beruntung mendapat kedudukan sekarang menjadi patih
37. I Nabrang ketakutan mendengar telinganya seperti akan pecah dengan cepatnya mendekati dada dan kumisnya bergerak berputar ke sana kemari ah terlalu banyak omong apabila memang jantan I Lawe cepatlah pulang kaget semua saudaranya
38. berdiri Gusti Agung Tuban tertawa pergi tanpa pamit memukul paha sambil menarik napas apa Raja telah lupa berhutang jiwa kemudian dibalas dengan kemarahan orang lain diangkat sebagai patih
yen tan I Lawe Sora mialangin baan urip ngotang musuhe dini masih twara da kaitung nirden saat mangayah iba ne kamulan menyit mbaan tegak ne jani kapapatihang
37. I Nabrang ngetor ndingehang kepinge alah pentilin gageperen manesekang tangkah kumise ngejitjit makiret lantang nuding ah ptan bas liyu yen rwah makneh ndhaga I Lawe enggalang mulih kadang katutnyane atagang makejang
38. ngadeg Gusti Agung Tuban makabris budal tan pamit manteg peha ndohosan kapo sang Prabhu bas lali kapitangan urip ngwales ban merang kadurus lenlen kapapatihang [ 242 ]234
menyamai I Nambi beliung patah ditemukan bertatahkan emas
49. kemudian keluar 52 a // berjalan agak cepat kainnya terlalu tinggi kelihatan pahanya berselimut keluar dengan memakai songket pinggiran yang halus memakai ikat pinggang sutra hijau dipercaya memakai perhiasan emas jarinya memakai permata mayong merah
40. menuju ke samping balebang di kolamnya menunggu bersandar di kayu bersedia menangkap I Nambi Raja juga sama-samar merasa menerawang terdiam tidak dapat mengungkapkan kasih sayangnya besar sekali makin dipikir berlinanglah air matanya
samanya tulen I Nambi kandik hlung papasten matatah mas
49. tumuli mijil ka jaba
52 a // matindakan sadha gelis kambene tegeh cingcingang ngenah palhane ngalesit masaput wijil kling tur matanggu songket halus mabulang sutra gadhang kakandelan mas silyasih landeyane masasocchan mayyeng mirah
40. ngojog ka samping balebang di talagane manganti di kuyune masimbangan sumadhya nyadhang I Nambi sang Prabhu kecap malih sango-sango mrasa samun hemeng tong dadi engsat pitresnane tidong gigis sayan sungsut ngembeng- ngembeng toyan cingak [ 243 ]235
41. kemudian berkata pelan Paman Sora bagaimana sekarang apa yang mesti saya pikirkan biarlah I Nambi hentikan sebagai patih I Lawe supaya menggantikan berkuasa di negara seperti menyatukan para camar para menteri semuanya
42. I Sora berkata sambil menyembah dengan sikap merendah scbelum duduk bagaimana pembicaraannya dikatakan berwajah pengecut para menteri di sini terhindar dari perbuatan benar sesudah demikian apabila masih I Nambi dan juga I Nabrang hamba Sora
43. walaupun sebesar apa kesalahan untuk membela perbuatan apabila seperti keinginan
41. laut mangandika banban Bapa Sora kenken jani baan tiyang makenehan sing dhepang ya I Nambi rerenang mamatihin I Lawe apanga nyundul ngocetang di nagara minakadinya musungin prapunggawa pramantri manca makejang
42. I Sora matur nyumbah mepes maduluran linggih sapunapi pangandikan marupa kabawos ajrih pramantrine iriki rered ring sasanna patut sampun asapunika yen wenten kari I Nambi kapingkalih I Nabrang tityang I Sora
43. Yadhapin angdhe sisipan bwat sasannane pitindih yang sakadi pakahyunan [ 244 ]236
paduka tidak salah pasti dibuat-buat apabila terlalu kasihan I Lawe adalah orang yang berbahaya tanah pemberian direbutnya berbaur antara berguyon dan berkata lancang
44. walaupun agar seperti hamba ini merupakan jalan silakan pakai pertimbangan tumpulnya kapak seperti tumpulnya jarum Raja menjawab itu tidak hamba hitung hutang hamba dengan dia masih terasa di hati saudara hamba tidak ikhlas
45. ah mengapa demikian telah banyak yang tahu bukan dari paduka dia yang melupakan duluan memang tepat dikenakan denda benar perjalanannya juga Paduka semua sudah makin pintar perkataan Raja itu benar sekali
cokor i dewa tan sisip janten kaupawadi yan bas ngalemalemipun I Lawe janma bhaya gumi paiccha ngungkulin taler lucu kangkang matur kaduk lancang
44. yadin mangde kadi tityang sapuniki mapamargi rarisang angge baban dan jaumin kandik puntulin sang Prabhu manyaurin ento twara ryang itung hutang tyange teken ya ne nu karasa di hati kumanyaman tyange twara manulusang
45. ah manguda sapunika sampun bas akeh pahaksi tan sakeng cokor i dewa ipun ngarihinin lali wantah nyandang dan daın sing sisip pamarggin ipun kalih cokor i dewa sampun ngawikanang sami pangandikan sang Prabhu to beneh pisan [ 245 ]237
46. bagaimana semua ini para menteri di sini yang mana rasanya harus dilaksanakan dengan I Lawe sekarang semua menteri serentak menyembah serta menunduk termangu-mangu masih berpikir diam tidak bekata
sebab banyak sekali kasih sayangnya ke Tuban
47. tetapi bingung oleh bawahan karena semua tahu harga I Lawe benar-benar tahu kesalahan angkuh terhadap Gusti kemudian I Patih Nambi menyembah dengan kata- katanya yang sopan sekarang paduka tunggulah pikir-pikir dulu sekarang agar tidak sampai terlanjur berbuat
48. dibenarkan oleh I Nabrang kata-kata I patih Nambi
46. ne kenken padha makejang pramantrine dini ngken rarasane jalanang teken I Lawe ne jani sapramantrine sami makapyut nyumbah manguntuk bengeng nu makeneh mendep twara ngelah munyi dening lyu sanget pitresna ka Tuban
47. nging emeng bane kapanjak apan padha nawang aji I Lawe tur saja nawang salah palangpang iekening Gusti raris I Patih Nambi nyumbah aturnyane alus mangkin ratu jantosang pineh-pineh ugi riin mangda sampun katalanjur lumaksang
48. kapatut baan I Nabrung ature I Patih Nambi [ 246 ]238
agar masih mempertimbangkan di sana para menteri semua penuh menyembah semua sanggup Raja kemudian pulang di luar istana masih penuh kentongan terus berbunyi Durmanggala saling menyahut
Pupuh Durma
1. di balebang ramai sekali
52 a // orang-orang sarna-sama ke sana ke sini pagi hari pada berantakan para menteri melihat bangun kemudian berhenti di dalam istana ada pertengkaran
2. suaranya serempak saling bertanya karena orang sama-sama ingin tahu ada yang memeriksanya I Gusti Agung Tuban berkeinginan mengamuk di istana
mangda nu maringa-ringa ditu pramantrine sami carem matur ngabhakti patuh sanggupe mabriyuk sang Prabhu raris budal di bancingah nu titib kulkul bulus Durmanggala saling timbal
Pupuh Durma
1. di bale bhange endeh mabyoyongan
52 a // janmane wara-wiri samngen katawurag pramantrine ngantenang bungun majanggelan kari jroning bancingah janten byota katampi
2. Munyine mabriyuk mata tas-tasan krannan jamane biid ada mredatayang I Gusti Agung Tuban makayun ngamuk ka puri [ 247 ]239
ingin dipenggal tiangnya bersih
3. angsoka Cina angsana dan yang lainnya cempaka dibelah diparut-parut wajan besar dengan bunga habis dibuang-buang berapa ayam sudah terguling guling mati terbunuh ditusuk dengan pedang
4. tentaranya penuh memenuhi jalan sampai ke pasar yang kecil semua pada kebingungan para menteri membicarakan I Sora tersenyum berkata bagaimana akhirnya perasaanmu Nambi
5. apabila benar I Lawe sudah siap disebabkan oleh kamu dipakainya penyebab I Nambi berwajah kecewa ah hamba menyerahkan jiwa raga membayar hutang pada Gusti
tatas kasempal tampulene baresih
3. angsoka Cina angsana lyan campaka bungkah kapurat-parit jambangan wit skar tlas kaentung-entungang kuda ayame paglintik
padem kacahcah kacohcoh antuk kris
4. pasikepane empet ngebek in margga teked ka pekenne spid makjang kemngan pramantrine ngrawosang I Sora kenyem mamunyi kenken pamragat rarasan cai Nambi
5. dening karwan suba I Lawe ya ndaga malarapan ban cai anggenya karana I Nambi sebeng jengah ah tiyang ngetohang pati mapanahuran utang tkening Gusti [ 248 ]240
6. I Nabrang marahnya bukan main persiapan telah matang menerobos menunggu sambil mendekati I Pamandana memegang sebentar dulu jangan gegabah kamu rasa-rasanya sulit dan banyak yang harus diperhatikan
7. apabila dilawan tidak akan bercampur menebang pohon dia merusak istana berhasil dibohongi tempat duduk Raja rusak makanya siasat kita perhitungkan yang mana cukup itu yang harus kamu jalani
8. dijawab oleh I Singa Sardula begini rencana Kakak I Sora laksanakan benar-benar menyambut agar dapat pergi dari kolam I Lawe sekarang cari
I Nabrang begbegen ndege kaliwat matlikes suba ginting nrobos ngantyang nyjangjag I Pamandhana nggisyang nden malu da dropen cai rasa-rasayang rimbit liyu tangarin
7. yen syatin ditwara ngohe madukan mbahan ya ngawug puri bakat kibulinya linggih sang Prabhu rusak sangkan dayane itungin ongken ne nyandang ente jalanang cai
8. kasahutin baan I Singha Sarddula kene itungan beli I Sora jalanang mapatut-patut nyjagjag mangda kasiddhan magdi uli talaga I Lawe jani alih [ 249 ]241
9. apabila telah berjauhan dengan luar istana di sana kita lawan dan ikuti jejaknya I Wahan membenarkan pembicaraan seperti itu juga I Panji Wirabumi benar juga di sana terus dilawan
10. I Sora bangun dan berkata dengan nada keras apa ingat menjadi seorang abdi lagi bertambah malu dibenarkan sebagai bawahan tidak benar banyak keinginan kemudian keluar istana mukanya merah padam
11. berisyarat I Wagal dengan I Pangrupak ke sana kamu ikuti I Sora keluar istana I Sadebaya mengajak salah benarnya intai Supaya diketahui karena kamu diandalkan di sini
9. yen twah suba majohan teken bancingah ditu syatin tut buri I Wahan matuiang pangrawose purika mwah I Panji Wirabhumi sdeng sajayang ditu laut syatin
10. I Sora bangun tur mamunyi ngambresang kapo inget magusti buwin awakeman kapatutan mamanjak twara beneh liyu buddhi nglaut ka jaba sebenge bang-biing
11. mawangsit I Wagal teken I Pangrupak kma cai tututin I Sora ka jaba I Sadhebhaya ngajak salah benehnyane intip apang tawangang reh cai kandel dini [ 250 ]242
12. I Pangrupak terpingkal pingkal dan menjawab dengan cepat bersedia sekali hamba Gusti sekarang diutuslah keris hamba merah lama belum pernah berhasil akan cuci hamba dengan darah prajurit
13. kita ikuti jejak kakinya ke sana lalu semua berangkat sambil berkata kata I Sadebaya pangrupak kebetulan kamu sanggup berperang melawan Gusti Dipati
14. I pangrupak ketakutan menyembunyikan kata-kata salah apabila ditebak tidak ada yang mengikuti sekarang berikan mengapa hampir banyak yang mengikuti airnya mati sedikit sedih Raja
15. lagi kelihatan dirinya membuang pemberian apabila satu mati mungkin takut sekali
12. I Pangrupak engkel tur masaut lampyas sadya pisan tityang Gusti mangkin kautusang keris tityange barak suwe durung maaponin pacang jruk tityang antuk rah prajurit
13. tanjek karening jalan barengin kema laut padha mamarggi sambila makruna munyin I Sadhebhaya Pangrupak katuju cai sanggup masyat ngalawan Gusti Dipati
14. I pangrupak jejeh malitpitang kruna salah yen katarekin tawa da ngiringang jani wehin knapa dong das kareng ban ngucir jalane bangka sungsut sang Prabhu gigis
15. buwin kanten awake ngutang paiccha yen tunggal mati mirib takut sajja [ 251 ]243
menjaga pembicaraan juga yang paling mengkhawatirkan ibunya di rumah tidak terus-menerus mati
16. I Tanjekareneng dan I Sadebaya semua sudah berjalan golongan di pingang jalannya I Sora sampai di kolam masih pusing-pusing ketemu dengan Gusti Agung
17. suruh berhenti mengobrak- abrik bangunan sampai semua bersih seperti bergoyang kedatangan I Sora memasukkan keris dan berkata silakan Parman bunuhlah aku sekarang
18. karena kelewat salah perjalanan hamba didasari atas perasaan marah seseorang disuruh merusak ingat dengan keponakan berlinang air matanya
natakin pangandika kalih ne sanget ngenyepin memenya jumah twara silunglung mati
16. I Tanjakareneng mwah Sadhebhaya padha sampun mamarggi paksa maringpingang pajalane I Sora teked di talaga kari muyeng-uyengan Gusti Agung kapanggih
17. tonden suud ngusak-asik wawangunan kanti onya baresih buka makejengan satkane I Sora ngaugang keris mamunyi
rarisang bapa padmang tityang mangkin
18. wireh lintang tan patut pamarggin tityang kabatek manah sengit sang katunden ngrusak inget makaponakan ngembeng yeh tingale mijil [ 252 ]244
duh anak Bapak yang sudah lewat dilihat
19. karena nanti kamu dengan Raja disayang diakui sebagai saudara diberikan kepercayaan keluar masuk ke istana bangun tidur setiap hari memilih dan merusak pembunuhan terpendam
20. sebab hamba demikian Ayah berkeinginan mati di sini jalan hamba senang di sini tak ada lagi akhirnya mati juga yang hamba pinta mencium kaki Gusti
21. ah kamu memang tidak dapat dibantah lebih baik kamu pulang perbuatan kamu sangat durhaka apa gurumu tahu supaya jangan salah paham terlalu kebingungan dijemputlah Kakak
dhuh panak bapak dong ne malu katolih
19. dening cai wekas ban sang Prabhu ngeman samton kaangkenin kaicchan kaagungan clap-celup ka puryyan nangiyang mremang sai milih mangusak tatbekan kapingit
20. dening tityang asapuni ka Bapa ngisti padem iriki marggin tityang suka iriki tan wenten lyan padem pamupute urip ne ajap tityang ngakebin padhan Gusti
21. ah tusing yen cai tong dadi tungkasang mlahan cai mulih tinkgah cai ndaga gurun cai uninga apang da iwang tampi sangat kemngan
kapapaga i bli [ 253 ]245
22. baiklah Ayah karena tidak mau menyakiti saya masihlah baik-baik saya permisi pulang namun tetaplah mengabdi siapa tahu salah satu kena jebakan janganlah merusak perjalanan
23. biarlah saya sendiri yang akan melawan kelakuan ini akan saya bagaimanakan sekarang kecuali merusak besok apabila hamba menjelma jadi manusia agar dapat bersatu kembali mengabdi bersama berhenti seperti sekarang
24. kesat pikiran I Sora jadi manusia tersengal-sengal menangis tidak punya keluarga I Pangrupak mendengarkan perlahan-lahan membuka pintu memperlihatkan muka Gusti Agung melihatnya
inggih bapa reh tan kayun ngrusak tityang kari ja becik-becik tityang pamit budal nging pagehang ngawula kni wenten salah tunggil kni kapalar sampunang ngrusak pamarggi
23. tityang ndewek banggayang muuk sasana kudyang tityang ne mangkin sajawaning rusak besuk yang tiryang janma mangde siddha guluk malih sareng ngawula usan ja kadi mangkin
24. ngres kenehnyane I Sora kamanusan slagak-slaguk mangling twara ngelah karuna I pangrupak dingehang ngandhengang mbukuyang kori ndelokang mowa
Gusti Agung nyingakin [ 254 ]246
merasa terpanggil dengan kedatangan miliknya pasti diutus ke sini. akan membunuh dengan gaya yang meyakin- kan cepatlah mendekat ke sini kaget bukan main I Pangrupak menembak
26. I Tanjekereneng berkata hai. Pangrupak mengapa tidak dijawab berakhir dengan rasa kaget berisyarat I pangrupak nah kenapa kamu menjawab- nya dengarkan itu. kata-katanya tak menentu
27. itu sebabnya apa hasil tolehanmu dipanggil hanya diam kata-kata I Pangrupak jawab saja mengapa I Tanjekareneng kemudian menjawab pelan Raja Gusti Dipati
28. kasihanilah hamba telah mengikuti
25. kahulapin cokore ban duwe tka pdas kautus mai bakal ngamatiyang tangkepe suba tragya enggalang paekang mai tangkejut babang I pangrupak mamendil
26. I Tanjekareneng mamunyi ih Pangrupak nguda twara sautin pragat baan babang mawangsit I Pangrupak nah cai kuda nyautin ente dingehang munyin tyange kabilbil
27. sangkan bau apa leklek madlokan kawukinya mamendil munyin I pangrupak sautin ja knapa I Tanjekareneng raris masahur banban Ratu Gusti Dipati
28. padalem ja tityang sampun ngamiletang [ 255 ]247
memanglah hamba benar- benar datang yang diutus Gusti Agung kemudian tertawa terbahak-bahak kemudian pulang terus berjalan dengan cepat I Pangrupak mengejar
29. Gusti Agung tidak henti- hentinya berkata sembarangan berkata sambil menjerit-jerit yang sekarang kita pikirkan kematian kita semua orang-orang di Majapahit menjaga I Badanante diserang
30. asahlah kemampuanmu secepatnya sekelompok prajurit jangan sembarangan. I Lawe sekarang menangkis yang mendengarkan semua diam ada yang berkata tidak jelas mudah-mudahan I Nambi
31. apa penyebab keributan ini dunianya di sini
wantah te tityang wyakti rawuh kautusang Gusti Agung raris ngakak tur budal nglawut mamarggi mambeng enggal I pangrupak ngudiding
29. Gusti Agung twara siyep masasumbaran ngandika jrat-jerit ne jani khehang matin ibane padha jalmane di Majapahit mantra kmitan I Badanante amikin
30. sangih jruk sikep ibane enggalang sasoroh ne prajurit hda ampah-ampah I Lawe jani ndaga ne manding eh padha isis ngarumun ada madakang ja I Nambi
31. krana buut apa to jani pwarana
pajagatane dini [ 256 ]248
semua sama-sama berbakti siapa berani memburu gajah di hutan tanpa tali besar sekali seperti Gusti Adipati
32. perjalanan Gusti Agung cepat jauh sekali jalannya yang mengikuti takut tidak menentu katanya di kota kentongan berbunyi berulang-ulang makin ramai sampai di pinggir kota
33. bersiap-siap berangkat ke kota Tuban dengan I Arya yang termashur meninggalkan para penghadapnya menunggu dan menyerah ke Tuban I Tesan I Klabangcuring I Cakmuringang ikut juga I Kidang Glatik
34. diikuti dengan dua ratus senjata I Nambi sebagai senapati yang paling depan sebagai pemimpin
jalah nungkul padha di alase tan patali gdhe mamengka sat Gusti Adipati
32. pamarggine Gusti Agung enggal sawat tindakane mangiring jejeh sing kantasan ucapan di nagara kulkule magbug titir sumangkin gewar tked ka tepi siring
33. madabdaban ngrista ka nagara Tuban baan iyaryya siddhi mbudalin tangkilan ngantyang ngayuh ka Tuban I Tosan I Klabangcuring I Cakmuringang milu I Kidhang Glatik
34. katarugtug baan sikep satakan I Nambi nyenapati
ne marep mancerang [ 257 ]249
para menteri semua. tetapi senjata Raja masih di jalan-jalan lambat perlawanan I Nambi
35.karena banyak yang kembali di sana masih ada yang tertinggal entah berapa orang yang meninggal ikatannya diperkuat tangannya ditarik anak istrinya menjerit. di Desa Tuban diceritakan sekarang
36. Arya Dikara bingung mendengar informasi
55 b // datang anaknya lalu. keluar dengan girangnya bertemu di luar istana Gusti Dipati dilihat perilaku wibawa semuanya berubah
37. kelewat kaget perasaannya serta diiringi oleh rasa kurang percaya diri pasti berlawanan arah. anaknya diterka
pramantrine makejang nging sikep daleme kari sajalan-jalan randat masyat I Nambi
35. dening liyu mabalik ditu matanggal yen kuda-kuda mati panggantus kaliyang palima karandahan panak somahe pajrit di Desa Tuban kacarita ne jani
36. Aryya Dhikara sisu ma mireng orttha 55 b // rawuh okane mijil
sada matabtaban macunduk di bancingah Gusti Dipati kaaksi solah swabhawa sewes sami masalin
37. lintang kagyat kahyune ngos nangsaya janten mungpang pamarggi okane katarkka [ 258 ]250
dengan rasa cintanya sifatnya sombong terhadap Gusti para menteri yang lain ada yang kelihatan mengikuti
38. Gusti Agung cepat tanggap
mendekat jongkok lalu berbakti para camat semuanya duduk bersama menyembah Arya Dikara mendekati membelai-belai anaknya disayang-sayangi
39. nah duduklah kamu Bagus anak Bapak mengapa hanya sebentar menghadap bagaimana ada perbedaan dengan yang sudah-sudah dapat bersama dan sehati dengan kesenangan Raja kepadamu
40. jawabannya mahu-malu agak kecewa kata Ayah memang benar sedikit pun tidak salah pemberian Raja yang telah lewat
bane sakama-kama bikas madha-madha Gusti
pramantri lenan ada ngenak nututin
38. Gusti Agung tangeh baane kacca nyjagjag nyongkok ngabhakti punggawane padha negak mabriyuk nyumbah Aryya Dikara nampekin mengusap-usap okane kahalusin
39. nah malinggih cai Bagus panak Bapa nguda akejep nangkil
kenken ada bhina tken ne suba-suba siddha sacitta sabuddhi baan pangeman sang Prabhu tken cai
40. pasahure Kenyem-kenyem Sawang jngah wacanan Bapak wyakti akidik tan iwang swecan sang Prabhu lintang [ 259 ]251
tetapi perasaan hamba seperti nyalanya lampu hendak meredupkan sinar bulan
41. gagah sekali dengan panasnya perasaan oleh I Basong Nambi sekarang dihadapkan menguasai di kota suka membela negara membunuh lawan dalam keadaan berang
42. menjadi hampa pikiran Arya Dikara terdiam lama sekali kesenangannya telah lenyap cintanya terhadap anak besar baktinya terhadap Raja lagi halus berkata berlinang air mata
43. aduh kamu kesayangan
Ayah
56 a // sebenarnya itu dibela keinginan bersenang-senang alihkan dengan jalan belajar agama lawan perasaan itu
nging manah tityange kadi
endihan dhamar mled ngucemang sasih
41. pangpang pisan antuk kebus manah antuk I Basong Nambi mangkin kaarepang matihin ring nagara suka yan ngemasin pati pademang tandingang ring merang sapuniki
42. dadi hemeng kahyune Aryya Dhikara naneng makle sepi kalgane hilang pitresnane mapanak bobot bhaktine magusti bwin alus ngandika mangembeng-ngembeng tangis
43. dhuh mas bapane cai palangpang
56 a // patute to pitindih idepe palila salimurang ban sastra
kenehe keto perangin [ 260 ]252
Jangan sama sekali dilepas perbuatan yang utama
44. karena dikatakan membuat diri menjadi sengsara salah bertingkah sebagai hamba menyalahkan segala perbuatan yang dilakukan serta menyalahkan keluarga yang benar di salahkan menyalakan sikap semestinya kesalahan jangan ditiru
45. menjadi ulat cacing dan lintah berkepala sama-sama di pantat membusungkan dada menjadi orang nista menjadi sekelompok yang tanpa berdarah dipikir-pikir dapat menjelma
46. orang yang dinasihati terkesan mendengarnya kelihatan kecewa mukanya merah matanya melotot raut wajahnya merah
da pisan nglebang sasanan awake lewih
44. reh kaucap nggaenang awak naraka milihin tingkah mangusti milihin sasanna mamlihin panyaman kapatucan bakat plih milihin sipat atut kawahe plihin
45. dadi uled dadi cacing mwah lalintas matendas patuh kajit
manjalanang tangkah dadi jalma nista dadi sorok tan pagetih keneh-kenehang dadi ne yen dumadi
46. sang kapituturin engsek miarsayang makcap sbeng jngis praraine barak bilah-bileh ngrerengwang swabhawane baag-biing [ 261 ]253
padam merasa-rasa nah bagaimana sekarang
47. kalau sudah pernah merasakan muda dan tua pada akhirnnya akan mati merupakan kehendak Tuhan apabila benar pasti menemukan kebahagiaan apabila salah dosalah yang akan dijumpai tidak dapat dihindari itu merupakan hukum kehidupan
48. para menteri menunduk sambil menulis di tanah diam tidak ada yang bergerak dapat diterimanya nasihat Raden Arya kesenangan mengakibatkan kematian memikirkan Gusti Agung Dipati
49. menjadi heran Gusti Agung Tuban melihat para menteri dikira menghina bingung memikirkan semuanya kembali
mangrasa-rasa nah kudyang buwin jani
47. dening suba tawang rasan bajang tuwa pamragata twah mati panitah bhatara yan patut baan melah
yan salah dosa Tpukin
tong dadi llebang sapakirttine nguni siyep twara nguripit
48. pramanirine nguntuk padha nulis tanah suka mangresepang pitutur Raden Aryya lane mapwara mati ngeneh-ngehang Gusti Agung Dhipati
49. dadi sumandeha Gusti Agung Tuban nyingak pramantrine sami karawos maleccha kbus mapakayunan makjang iba mabalik [ 262 ]254
tanpa merasa malu aku akan menjaganya
50. lalu berkata sesuai dengan yang Bapak katakan
50 b terlalu meresapi perlu sembah hamba tetapi yang hamba inginkan sikap para prajurit bagaikan kuncup bunga cocok seperti bunga layu
51. kemakmuran dunia yang tetap hamba inginkan menyombongkan diri tanpa ada tandingan I Lawe I Sora prajurit yang lain tidak ada terlanjur hamba melakukan kesalahan walaupun telah rusak hamba akan membela
52. bukan dari keinginan hamba untuk mengejar suatu cita-cita hamba membunuh diri lagi pula kelak itulah yang hamba harapkan walaupun tujuh kali menjelma twara da ulap kai bakal ngijengin
50. Jaut matur kadi pangandika Bapa
50 b // kalintang ngamisranin nyandang suun tityang nanging ne bwatang tityang sasana nene prajurit Sat pusuh skar kembang mayanga asin
51. pangalem jagate ne manggehang tityang nyumbungang tan patanding I Lawe I Sora prajurit tan wenten lyan kadung tityang sawuh sisip yadyapi rusak tityang wantah matindih
52. boya sakeng tityang ngrereh kangungan tityang munggelin hurip maliha wekasan irika aptin tityang nadyan ping pitu numitis [ 263 ]255
agar diperkenankan oleh Raja sekarang
53. Arya Dikara makin kewalahan tidak dapat menjawab Gusti Agung Tuban memanggil para camat cepat mendekat lalu menyembah I Tambakbaya paling di depan menghadap
54. itu menteri yang baik dari kota banyak desa yang mengikuti lagi menteri Tuban I Demang Wiromeda I Tumenggung Wyagranggarit I Prabongsara dan I Tamenggati
55. I Glapangampar I Jaggarudita I Wiraksara juga dan I Napakbaya I Sawangindra I Prahara I Dadali I Suranggana I Pikatan bersanding mangda kakedag antuk sang prabhu mangkin
53. Arya Dhikara sumingkin kewehan twara bisa nyaurin Gusti Agung Tuban ngesengin prapunggawa glis nampekang ngabhakti I Tambakbhaya paling di malu nangkit
54. ente manri pangayu uli nagara liyu desa ninutin bwin mantri Tuban I Dmang Wiromedha I Tumenggung Wyaghra nggarit I Prabhongsara miwah I Tamenggati
55. I Glapangampar I Jaggarudhita I Wiraksara malih mwah I Napakbhaya I Sawangindra salam I Prahara I Dadali I Suranggana I Pikatan masanding [ 264 ]256
56. I Kanduruhan dan I Barat ketiga I Kasapta kemudian I Demang Ulungrat dan I Langlang Buwana I Sapujagat seperti 1 Puspalaya para abdi datang menghadap
57. Gusti Agung berkara Kakak Gagarang tidak ada bedanya Kakak salahnya dengan hamba sebab perasaan kita menyatu ke mana kita mencari jiwa pastilah tidak dapat saya mati dan Kakak pun akan mati juga
58. lain sekali dengan para menteri di Tuban yang memang kelahiran di sini pantas ia mendapatkan menjumpai kebahagiaan apabila berkeinginan mencari penghidupan nah bagaimana semua para menteri di sini
59. siapa yang ikut pasti menemui musibah
56. I Kanduruhan mwah I Barat katigga I Kasapta tumuli I Dhemang Ulungrat I Langlang Bhuwana I Sapujagat makadi I Puspalaya parek teka ngabhakti
57. Gusti Agung ngandika bli Gagarang twara da binanya bli salahe teken tyang reh pangrasane tunggal kija laku ngalih hurip Janten tong maan tyang mati beli mati
58. hlen pisan teken I pramantri Tuban ne mula ntikan dini pdas ya mabaan ngatpukin kalgan yenya saat ngalih urip nah kenken padha Sapramantrine dini
59. yen nyandang bareng pacang nandang bhaya [ 265 ]257
kalau tidak mampu pulanglah bukan karena saya mengakibatkan rusak ikutilah kehidupan ini biarkanlah saya pada waktu mati sendiri
60. berkata dengan sopan lau menyembah I Tagarang Tambakbaya dan para menteri semua tak perlu lagi dibicarakan seperti pembicaraan disangka hamba tidak mengikuti berani bertanding hanya dengan bersatu
61. siapa melihat hamba orang kecil apabila masih memikirkan jiwa tidak akan pernab menemukan apa-apa sebab tampak tidak berguna juga kekuasaan Raja baik pada hamba yang lain tidak ada
62. setiap hari hamba minta berkah yen tong mampuk budalin sing skareng tyang misrengang bareng rusak sok di hidupe barengin dpangin tyang di matine padidi
60. matur nyumbah I Tagarang Tambakbaya mwah pramantrine sami tan nyandang bawosang sakadi pawacana nyengguh tityang tansairing purun tandingang wantah silunglungpati
61. sapasira nolih tityang janma nista yang kari ngoman hurip nirden pacang palar reh makanten nirgguna palinggih I Ratu ugi sweccha ring tityang sewosan hoya ndugi
62. sabran dina tityang nglungsur paiccha [ 266 ]258
apa hedanya dengan jiwa maka dibayarlah bersatunya dalam peperangan saat itu malam hari pikiran hamba dibayar hutangnya dengan jiwa
63. berkali-kali keinginan Gusti Agung mendengar kata para menteri gembira berkata ini lurah semua bersiap-siaplah mulai sekarang supaya jangan sampai terlambat disiapkan senjata
64. Raja melanjutkan pembicarannya para tentara datang menyerang ke sini apabila sudah pasti hamba menjaga mudah-mudahan I Nambi
57 b // diutus datang bertaruh nyawa dalam perang di sini
punapi lyan ring hurip maka panawuran ktegang ring payuddhan punika rahina wengi manahang tityang panawur hutang hurip
63. Gusti Agung kayune mapisan-pisan mireng atur pramantri liyang mangandika ne prabekele padha taragiyang ulih jani apang ugdha kadat pasikepane cawis
64. twara buung sang Prabhu ngandikayang sikep tka ngrejek mai dening suba karwan tingkah tiyange ndaga gumandhak te ya I Nambi
57 b // kautus teka mbwatang siyate mai [ 267 ]259
65. bersamaan para menteri berkata lalu menyembah Raja mudah-mudahan sekali seperti pembicaraan I Nambi sebagai pemimpin perang hamba semua mohon pamit serang menyerang dalam berperang apabila I Nambi tidak mati
66. berkata sambil menyembah I Moda I Prabongsara sudah diulang lagi menteri semua berani ikut merusak Gusti Adipati meringis kentongan sebagai mengingat kentongan dipukul tanpa henti-hentinya secara berulang-ulang
67. ramai datang para tentara tak beraturan gembira dan akhirnya menimbulkan keributan Gusti Agung Tuban kemudian berpanas-panasan kain dan baju dikesamping- kan bermacam-macam perhiasan dipakai oleh para menteri dengan baik
65. mabariyuk atur pramantrine nyumbah ratu gumadak wyakti kadi pangandikan I Nambi ngenter yuda tityang pamit sareng sami tempur mayuddha yan tan padem I Nambi
66. matur nyumbah I Moda I Prabhongsara sampun sumiang malih pramantrine sami purun lungiring rusak Gusti Adipati mingis kulkul pangarah bulus magbug titir
67. matrayuwan sikep teka pasulengkat girang ngadhakang kali Gusti Agung Tuban raris madhadhar-dhadhar kamben kulambi sasimping mahmas-masan ring pramantrine becik [ 268 ]260
68. selesai berpanas-panasan kemudian kembali ke istana di luar istana masih ramai bersengit-sengitan gong berbunyi Arya Dikara makin merasa kewalahan ternganga dan kaget di hati
69. siang malam yang bersenang-senang tidak berhenti menuruti kehendak hati diceritakan lagi tentara yang berasal dari desa berperang di Tambekesi di sebelah timur sungai besar dikuti oleh I Sidi
70. Murid I Curing Kidang I Tosan keinginannya mengungsi terus pergi ke Tuban terhalang sungai besar dalam keadaan pasang tak dapat dilewati itu yang menyebabkan terhenti di Tambekesi
68. pupute madadar budal ngapuriyang di bancingah nu gati maipuk-ipukan nabuh gong tatabuhan Aryya Dikara sumingkin ngrasa koskan engsek emeng di hati
69. peteng lemah ne makasukan tan pegat ngulurin mungpung hurip buwin caritayang sikepe uli desa masiyat di Tambekesi dangin bangawan katrugtugan I Siddhi
70. I Muring I Curing Kidhang I Tosan itungannyane ngungsi manglaut ka Tuban kabelet tengan yeh bangawan pasang teng dadi entasin ento makada jadeng di Tambekesi [ 269 ]261
71. dihadang dan dikepung di segala penjuru di hadapan para menteri ah belum rusak 58 a // oleh karena semua memaksa berani melawan serentak memilih yang kalah banyak tentara yang merasa girang
72. I Modang menyambut lalu mendekati membawa penangkis I Tosan menjemput tersenyum dan bicara lembut ingat-ingatlah Kakak Medang hamba pernah masih sepupu Kakak
73. bersedia Kakak hidup bersama walaupun dalam kedaan sengsara mengapa sekarang lupa adikku benar begitu bukannya Kakak lupa namun adik yang mendahu- luinya tulus bersepupu memutuskan untuk melepaskan bakti
71. kakabletang kakiter ma pangka-pangka pramantrine ngembarin awe tonden rusak
58 a //banya padha lagawa wanen matangkis caliring milih kasoran sikep liyu ngembulin
72. I Medhang myjagjagin tangsah ndeksekang nadtad tamyang mapusing I Tosan memendak kenying muryine ngasab beli Medhang eling-eling kaprenah tityang mamingsiki ring bli
73. sanggup bli sareng urip sareng rusak nguda ne mangkin lali adi keto saja tan sakeng bli engsap adi adanya nduuhin hlas mamisan tinas munggelin bakti [ 270 ]262
74. marah I Tosan sambil menepuk dada tembus ke punggung dengan cepatnya I Medang memenggal sambil jatuh terguling paha kena I Tosan lukanya tidak dalam I Medang merasa mati
75. ribut tentara desa ke sana ke sini I Patih Nambi marah menyela di atas kereta menghitung pengikut sekarang bagaikan tawon yang lepas kuda berjalan cepat berkeliling memutar pedati
76. bersorak sorai berganti tatabuhan perang saling balas mengobarak-abrik terlalu banyaknya lawan berlumpur pembantu I Sidi mengamuk atas kemauan sendiri saudaranya pun terbunuh
77. memutar dengan marahnya dalam keadaan gelap gulita
74. renget I Tosan ngumpreng manebak tangkah upud kakundun gelis I Medhang manyempal sambila bungkiling bah I Tosan pahanekni matatu ngampar I Medhang ngasen mati
75. buud sikep desane ma gagliyuran I Patih Nambi sengit nyjelang duhur kreta ngtekin panjak mara buka nyawane ngababin jarane becat mabindar nguyeng pđhati
76. makook surak matimbal tatabuhan siyate saling sukit mangrusak karusak bas kaliyunan lawan becek panjake I Siddhi ngamuk nglahang sanyama nglalu mati
77. mtengibut nguyeng ambul banteng galak [ 271 ]263
semua memakai kain dengan ujungnya dibelitkan ke belakang lewat pantat tidak dilihat membongkar tentara dari desa bergerak dan bersorak kegirangan kanan kiri bersamaan diadu
78. dihujani dengan jempara dan panah I Siddhi tidak rusak
58 b bagaikan bunga setangkai diisap oleh kumbang diselimuti asap tebal diiringi dengan sorak sorai cepat-cepat dan berulang ulang
79. bergoyang-goyang bagaikan datangnya angin ribut para menteri menolak I Wahan mendekati minggir datang lalu mendobrak terkejut I Arya Sidi Wahan datang berani berkunjung ke sini
masingset padha ginting sing kapapas bungkah sikepe uli desa mangkaban tangseh ngembulin kebot kanawan mabariuk ngembarin
78. mangujanin baan jamparing mwuh panah I Siddhi twara bibid
58 b sat bunga acarang rereng tambulilingan magulem ban andus bedil magreh ban surak nggaredeg sada titir
79. griyag-griyug mirib angin baret teka pramantrine ngulahin I Wahan manjagjag nyampingin teka nyingkrak
tangkejut I Yaryya Siddhi Wahan ke teka bani matangah mai [ 272 ]264
80. kamu yang aku ajak bersaudara sewaktu di Majapahit sekarang ikhlaskanlah jangan mengelak berperang tetaplah menjadi prajurit I Wahan marah wenjawab sambil menunjuk
81. benar seperti bertukar kasih sayang dengan bertukar pikiran sekarang bukannya saya menipu kulitnya supaya kenyal tulangnya remuk sampai lepas jangan minggir wajar mencucurkan darah
82. tergesa-gesa I Sidi mengambil kuda belum cepat mendekati memenggal dengan pedang I Wahan dianaya kerisnya patah buru-buru berlagak dari kudanya jaruh
83. bersamaan jatuh dan tertelungkup di tanah
80. iba ne ajak kai kapanyamayang saduke di Majapahit jani tulusang da nglengitin masyat tegtegang awak prajurit I Wahan banggras masahut sambil nuding
81. beneh buka abte murup itresna ban murup tatu jani sing da kai cidra kulite pang jangkanyal tulange remuk pleketik hda sirigan logas ngecorang gerih
82. gisu I Siddhi tur madma kang jaran ndereng becak mahekin nyepeg baan pedhang I wahan kaprajaya sangkutnyane hlung tiding sepan matadhah uli jarane nyumprit
83. magrubugan labuh ngake bin tanah [ 273 ]265
menunggu bangun dikepit ditusuk dan ditimbangi I Wahan tidak melawan kemudian dengan cepat ditolong menyambar kereta I Nambi menyambut dengan cepat
84. ikut menghambur- hamburkan dengan panah bunyi senapan berulang- ulang kerisnya ditusukkan I Tosan kena dipanah oleh I Nambi sorak sorai kacau terus-menerus
85. bangun dan terengah-engah I Jaran Wahan
59 a // mengalah dan menyerah I Sidi sekalian rusak I Curing I Muringang lukanya dibawa menyerit I Kidang terburu-buru cepatlah dihadang
86. bersenjatakan seribu senjata
ngantyang bangun kasabit katbek katula I Wahan nwara binglak enggalang liyu nulungin nyanderang kretta I Nambi nyjagjag gelis
84. bareng maranyambeh- nyambehin ban panah munyin bedile titir sangkute pakela I Tosan kna rusak kapanah baan I Nambi surak musungan muug gangger mawant wanti
85. bangun nu angke-angkeh I Jaran Wahan
59 a // ngayuh nujah I Siddhi kapisanan rusak I Curing I Muringang tatune pendeng manderit I Kidhang sepan enggalan kacadhangin
86. makalipung baan sikepe panyiyuan [ 274 ]266
dan semua menteri I Wahan mendekati mau merusak I Patih Nambi menasihati lalu menyelidiki bagaimana perasaanmu Glatik
87. berkeinginan hidup apa berkeinginan mati pastikanlah sekarang menunduk dengan wajah kecewa I Glatik berkata pelan Gusti hamba mohon maaf yang sebesar-besarnya hamba telah bersalah
88. bagaimanapun kesalahan hamba akan hamba terima baik perbuatannya memakai hamba sebagai abdi tidak berani berbuat yang bukan-bukan banyak pertimbangan tobat hamba sekarang
89. mohon dikasihani membuat perasaan ingin membantu kangen tidak melihat
mwah pramantrine sami I Wahan manyjagjag nagih nyahasen ngrusak I Patih Nambi nggalemekin laut natasang kenken idepe Glatik
87. mabudi hidup kenken mabudi rusak karwanang pisan jani nguntuk sbeng jngah I Glatik matur banban gusti tityang nunas hurip geng pangampura tityang mitahen sisip
88. sapunapii ja pamindanda ring tityang tityang puput sairing enak pakahyunan ngangge tityang kewula boya purun malih-malih akeh pangrasa kapok pisan ne mangkin
89. ngolas-olas munyine ngolasang manah
kangen sing ngenotin [ 275 ]267
menjawab I Wahan
saudaramu dua
masih hidup aku dicurigai
ke sana bunuh
supaya iklas diterima
90. semua menteri membenar-
kan
I Nambi memarahinya
benar begitu Kidang
itu yang menyebabkan
kesalahan
kalau masih sayang pada
jiwa
bersedia I Kidang
para menteri semua
mendirikan
91. kemudian menuju ke tempat
saudaranya berdua
dinaungi oleh pohon
beringin
bersandaran di pundak
tumbuh di alas padas
duduk menghadap ke air
menyepi
membawa keris
59 b // darahnya bercucuran
keluar
92. diikuti tentara sekitar dua
ratus
masaut I Wahan
nyaman ibane dadwa
nu hidup slangin kai
kma matiyang
mangde lasya katampi
90. pramantrine makejang
padha matutang
I Nambi ngamunyinin
beneh keto Kidhang
to makada pangampura
yen tah nu nyayangang
hurip
sanggup I Kidhang
pramantri lyu nyujukin
91. laut ojog tongos nya mane
dadwa
kaungkulan baingin
manyadhahin pudak
mentik dukur parangan
negak ka yehe npih
ngaba kadutan
59 b // gtihe mles mijil
92. katututin baan sikep
panyatakan [ 276 ]268
kebanyakan terluka lagi pula panas terik berperang dari pagi pikir sampai sore menyebabkan rasa jenuh kata I Glatik
93. kakak saya abdi yang selalu merasa senang terlalu besar sayangnya pada jiwa lupa dengan keturunan ingin ikhlas bersaudara cocok mempersulit dunia dan sanggup berjanji takut dengan ajal
94. saya memohon juga meminta Kakak untuk merusak sebagai penebus jiwa semua tertawa terbahak- bahak I Curing I Muringang senang sekali kakak adik kakak menyerahkan kepala kakak adikku
95. silakan mohon maaf memutuskan hubungan dengan tulus lyunan matate masih kalud panes nyentak masyat ulih smengan pineh kancang suba lingsir nggae sanget mar munyine I Glatik
93. bli tityang parek nggawa kaherangan bas bobot ngeman urip lali ring kawangsan Kengin hlas manyama nyandang paricodhan gumi ring sanggup mithya Jrih ngemasin pati
94. tunas tityang kalih ragan beline ngrusak maka panbas hurip kdek padha ngakak I Curing I Muringang liyang pisan beli adi beli nyerahang tendas beline adi
95. pilih dadi anggon nunas pangampura Salahe munggel bhakti [ 277 ]269
nah menuruti perintah Kakak datang sebagai supaya bertermu I Sidi ini keris dipakai untuk melawan Kakak
96. sambil menangis I Kidang mengambil keris air matanya keluar menetes kasihan apabila tidak melihatnya bengong merasa kasihan I Glatik lagi disakiti menjauhkan pandangan mata menusuk sambil tersedu- sedu
97. sudah banyak saudaranya dipenggal rakyatnya pada berkeliaran berhanyut-hanyutan di sungai yang besar terapung berpoya-poya buaya mendapat mangsa setiap jalanan tempat sang Meng menunggu
98. matahari naik ke atas gunung setelah air kering nah pangedeng panitah bli tka nindihang mangde katpuk I Siddhi hne kadutan anggo ngarusak bli
96. sambil ngling I Kidhang nyjuwangin kadutan hyeh mattane mies mijil kangen sing ngantenang bngong kapiolasan I Glatik bun pasakit manglenang mattha mabek sngi-sngi
97. suba rusak nyamane padha kapunggal panjake sambeh biid maanyud-anyudan di bangawane ngambhang motah bwayane makanin bilang pentasan tongos sang Meng nganti
98. nunggang gunung suryya ne bhu suud syat [ 278 ]270
arus air mendadak kecil tentara menghancurkan sudah lewat ke barat jalannya makin cepat
60 a dengan penuh semangat mengerjakan sesuatu seperti tidak pernah memberikan
99. sifatnya gembira ria hai anjing Tuban tunggu besok gantinya kamu desa kamu ludes supaya dapat disapu bersih dengan pengikutnya I Gusti Patih Nambi
100. bersorak-sorak karena sangat gembiranya ada yang menari karena girangnya entah berapa banyaknya kuda meringkik saling bersahutan tentara lalu berhenti menginap sementara katanya besok pagi
101. tersebar informasi sampai ke Desa Tuban
yehe ngkos cerik sikepe ngarista suba ngliwat ngawuhang pajalane padharisdis
60 a // magagirasan buka twara ngewehin
99. babikasannyane mabinal- binalan he basong Tuban anti mani pagantyanya desan ibane brasta apang dadi awu bresih baan iringan I Gusti Patih Nambi
100. surak-surak padingklang magaganalan ada ngigel padingkrik yen akuda jaran ngrengeh matatimbalan sikepe majadeng raris mapapondokan kocap dinane mani
101. lumbra ortthane tked ka Desa Tuban [ 279 ]271
I Yarya Sidi meninggal. I Curing I Tosan. I Muringang dihadang. disakiti oleh I Nambi. sekarang telah melewati. dari di Tambakesi.
102. I Gagarang Tambakbaya. memeriksa. pengikut Gusti Dipati. sudah disampaikan. pembicaraan semuanya. Gusti Agung menjawab. bersiap-siaplah. ayo jemput sekarang.
103. permisi I Gagarangan. Tambakbaya. di luar istana ditemui. para menteri telah tiba. semua telah siap. tempat duduk untuk para. tentara telah tersedia. umbul-umbul diangkat. diantar oleh para menteri. yang muda-muda.
Pupuh Sinom.
1. Gusti Dipati memetik. mempersembahkan kedua. istrinya.
I Yaryya Siddhi mati. I Curing I Tosan. I Muringang kacandak. karusak baah I Nambi. Jani mangliwat. uli di Tambakesi.
102. I Gagarang Tambakbhaya. mredatayang. parekan Gusti Dipati. suba kaaturang. tuturane makjang. Gusti Agung manyaurin. kma dabdabang. jani jalan papagin.
103. mapamit I Gagarangan. Tambakbaya. di bancingah kapanggih. pramantrine napak. padha suba sayaga. sikepe tgakan cumawis. tunggul pangkatan. menteri anom-anom ngiring.
Pupuk Sinom.
1. Gusti dipati nglayang. maranin rabine kalih. [ 280 ]272.
wajahnya sangat cantik. seperti harumnya bunga. teratai. berair madu dan gula. bersanding dengan balai. emas yang menyala. bertiraikan sutra hijau. banyak keturunan datang. sehingga menyebabkan. orang tergila-gila padanya. kelihatannya sangat. cantik seperti orang kembar.
2. yang paling besar bernama. Mrataraga.
60 b // yang kecilan bernama. Tirtawati. sayang sekali tidak ada yang. berhias. Karena sedih keduanya. perasaan takut menghantui. semua pembantu wanita. bingung. yang membawa upacara. Gusti Agung memeluk istri. mengelus-elus. bolak-balik di pangkuan.
warnnane mangayang- ngayang. kadi skar tunjung miik. mahyeh madhu gendis. masanding balo mas muruh. malangse sutra gadang. marendah tka ngedanin. hayu nulus buka kembare. kantenang.
2. ne duhuran Mrattharagga.
60 b // ne alitan Tirtthawatti. sayang twara da mapahyas. dening sungsut maka kalih. jejeh knehe isin. panyjrowane padha ibuk. ne ngaba upacara. Gusti Agung nglut rabi. ngusud-usud. cebag-cebug di pabinan. [ 281 ]273.
3. di atas batu yang datar. lewat di atas bunga cempaka. yang harum. Gusti Agung berkata. aduh Raja keduanya. hamba kira sekarang. tidak ikhlas pemberian Raja. di sakala dan niskala. menyatukan jiwa dan raga. menjadi satu dalam satu. lubang kuburan di kuburan.
4. karena kecewa dengan. berbeda bukan seperti dulu. raut wajahnya hamba lihat. kasih sayang terasa putus. arena tidak mengharapkan. hidup. agaknya hamba akan cepat. meninggal. adiknya makin gelisah. jadi bingung keduanya. dikatakan membuang. hubungan keluarga.
5. Ni Mretaraga membentak. perlu hamba buang cepat. apabila berkeinginan seperti. itu.
3. di duhur batune asah. ungkulin campaka miik. Gusti Agung mangandika. dhuh Ratu Mas makakalih. anahang tityang ne. mangkin. tan tulus icchane Ratu. ring sakala niskala. manykiyang pati hurip. manunggalan dados. abhangbhang ring setra.
4. dening jengis ngrereng. wang. sewos boya kadi riin. saswabhawane ten tityang. rasa tinas maro kasih. reh tan micager hurip. rasa glis tityang puput. raine sayan osah. dadi emeng makakalih. kasinangguh maleccha. ngutang sasana.
5. ni Mrettharaga. ngambresang. nyandang buncal tityang. glis. yan mamanah sapunika. [ 282 ]274 karena hamba berutang budi mungkin belum diterima hormat hamba yang tulus lalu membuka keris hamba permisi dulu Gusti Agung merebut dan kaget
6. aduh benar-benar masih rela junjungan hamba Paduka berdua menyatakan I Lawe sebagai suami perlu membela kehidupan apabila hamba meninggal tetapi mungkin ada Paduka Tuhan memberkahi hamba merasa masih hidup dari sekian banyak orang dari Wi latikta
7. adik beliau berlinang air mata
61 a // benar-benar teringat kepada kakaknya berkata Ni Mretaraga apabila peperangan sekarang jadi pastilah dijadikan judi hamba mimpi buruk bas tityang mahutang hurip manawi durung katampi bhaktin tityange silunglung laut ngembus kadutan tityang mapamit ngrihin Gusti Agung ngrebut enggal makesyah
6. aduh wyakti kari sweccha mas tityange Ratu kali ngangkenin I Lawe semah nyandang mambelanin hurip yan tityang ngmasin pati nging menawi wenten Ratu widhi iccha ring tityang rasa manggeh kari hurip akudasan prajurit wang Wilatikta
7. raine ngembeng hyeh tinghal
61 a // nyep ring rakane wyakti matur Ni Mretaragga yan durus yudane mangkin Janten pisan kajuddhi tityang ngipi tan rahayu [ 283 ]275
bermimpi bermain-main telanjang dengan adik berkeliling memetik bunga di dalam taman
8. bakulnya berisi bunga naik gagak Lalu muntah darah terbakar semua menjadi abu pilihlah dalam memilih raja itu yang dicurigai apabila hamba semua bingung tidak akan merasa takut disakiti yang masih tersisa hanya yang dulu doa hamba terasa di tempat tidur
9. tahu akan dirusak Gusti Agung Adipati penglihatannya makin samar rasa berteman sebagai penyebabnya memeluk istri sambil tersenyum duh jiwa hamba paduka ke bawah tanah dan di atas langit tidak mendapatkan seorang wanita seperti Paduka ngipiyang macangkrama malalung sareng i yadi mailehan nustus skar Jroning taman
8. wakule madhaging skar tincap gowak ngutah gtih puun dados awu tlas pilih ta ngojarang pati punika nyumlangin dening tityang sami ibuk tan sakeng ajrih rusak ne kari ngalama-lamin astin tityang sararase ring pamreman
9. tangeh teken pacang ru
gusti agung adipati
cacingake sayan buyar
kawanenane ngabanin
nggelut rabi tur knying
dhuh urip tityange ratu kja to buwih alihang onyang atanah alangit tong mabaan anak luh buka i Dewa [ 284 ]276
10. hamba pakai sebagai jiwa dan raga mencari kedudukan tak boleh hanya bergantung di mata rajanya lautan yang manis menisnya tiada yang menandingi para pengarang semua memuji menandakan kebaikan paling cantik di dunia yaitu ketulusan dan kesetiaan pada suami yang perlu dipertahankan
11. menunduk Ni Mretaraga mengusap-usap air mata Gusti Agung mengelus-elus aduh membuat hati seorang badan hamba basah Ni Tirtawati berkata ini terbuat dari daun tuwi jadi kapan akan membangun terlalu keras hati Kakak mempertahankan diri
12. karena seringnya berperang bosan memakai sebagai gusti bukan kekurangannya itu yang dilihat kakaknya tersenyum mendekati
10. anggon tityang atma jiwwa malingga dadi pangisti tan sah magantung di mata dewa dewan pasih gendis nyernyer manis tan ptanding prakawine padha nyumbang nyirinin kamlahan ratun jgege agumi nggih pitulus patibratane tindihang
11. manguntuk Ni Mrettaragga byeh tinghale usapin Gusti Agung ngaras-aras dhuh manggawe dmen ati dewek tityange lecig Mi Tirtthawati maarar niki te tatuwiyan durus pacang nangun kati bas mamengkung i mbok ngaturang swapna
12. antuk serenge mayuddha waneh anggen tityang gusti boya cingak ika tunan
rakane knying nampekin [ 285 ]277
cepat menjawab sambil
memeluk
adiknya juga dipeluk
Mirah raja hamba
bagaikan bunga berdua
harum semerbak mewangi
bagaikan bunga menuh
gadung yang sedang mekar
13. hamba bagaikan kayu kering
kehujanan menemukan
kesejukan
diberikan oleh I Mirah
pilihlah untuk menyambung
hidup
tetapi ringannya orang
meninggal
walaupun dipingit sampai
mati
sampai kapan pun akan tetap
disakiti
namun perbuatan sebagai
seorang prajurit
harapan hamba lindungi-
lah tempat peperangan
tersebut
14. Ni Tirtawati membanding-
kan
mendengar kata-kata
menyakitkan hati
kemudian balik menjawab
pelan-pelan
njemak ngancang nyahurin
raine padha katkul
ratun tityange Mirah
kadi skar makakalih
Mengaluh-aluh ambul menuh
gadhung kembang
13. Tityang sasat kayu reges
kasabehan manggih tis
kaswecchan antuk i Mirah
pilih ta nglantasang hurip
nging inganane mati
yadin ngrep gantos puput
dikapan wangde rusak
anging sasanane prajurit
aptin tityang ngekebin
tanah payuddhan
14. Ni Tirtthawati ngesmar
ndingeh munyi ngtus hati
ngwales nggelut matur
banban [ 286 ]278
terputus-putus sambil
mengingat
aduh anakku bagaimana
apa jadinya hamba besok.
apabila telah ditinggalkan
selama masih berbuat baik.
rajin mengabdi dan belum
pernab merasa bosan
sebagai abdi
15. Gusti Agung kasihan
melihatnya
mendekati sambil mengelus
pipinya
bersikap bagaikan anak kecil
aduh raja mana lagi
yang harus dicari
pastilah akan menemui
kebahagiaan
menjelma baik kelak
semua orang merasa senang
dipuji oleh para pengarang
demikian kalau teguh
berperang sakitlah yang
akan dialami.
16. Raja juga gusti hamba
saat saling tukar
ingatlah kesediaan itu
pada saat bertamu
membuat hati senang
susullah hamba apabila
meninggal
mgat-megat baan eling
dhuh dewa punapi
puaran tityange besuk
yen sampun katinggalan
lewih pamanahe kari
lleb nyungsung durung
hmed mangawula
15. Gusti Agung elas myarsa
ndesekang tur ngaras pipi
ngudasi cara rare san
dhuh Ratu ngken rereh
malih
janten swargga kapanggih
numadi bcik kapungkur
sakadhang braya suka
kaalem ban para kawi
sapunika yen pageh rusak
mayuddha
16. Ratu kalih gustin tiryang
saduke saling kirimin
nika sanggupe ilingang
katkan matmu kasih
muponin dmen hati
barengin yang tityang
puput [ 287 ]179
janganlah itu ditangisi bahaya kalau ditangisi orang-orang menunggu perang seperti diharapkan
17. namanya membawa sakit tampaknya dengan air mata. perbuatannya jadi jelek itu sebabnya berhentilah menangis semoga hamba panjang umur membawa oleh-oleh pulang pakaian yang bagus-bagus diberikan kepada I Mirah juga baik usaplah segera air mata itu
18. Bagaimana dengan hamba memutuskan tali cinta dan rasa hormat rasa relanya terlalu ikhlas. menyayangi hamba berdua walaupun salah juga dipuji membuat hati menjadi senang setiap perbuatan dibenarkan janganlah lagi membawa oleh-oleh namun jangan pergi ikut
usan kuda nyungsutang ila-ila ngelingin anak ngantyang masyat alah pedpedhang
17.mbekelin sakit adanya ngabudhang ban yeh pangaksi wasannanya dadi rusak sangkan suudang te nangisin gumadak tityang hurip ngaturang gapgapan mantuk pangangge melah-melah katur ring I Mirah kalih nggih usapin toyan cingak egarang sapunapi antuk tityang mgatang pitrsna bhakti swecchane bas malintang ngeman tityang makakalih tambet taler kapuji kalyangan manah satuuk sabikas kadremmanang sampun ja malih nggapgapin sakewanten wangde lungha
ngendon yuddha [ 288 ]280
19. senang Gusti Agung Tuban memeluk bahu sambil berbisik dan sambil mengelus-elus bisikannya sangat rahasia kesedihan istrinya masih tampak namun berusaha bangkit. tidak pernah takut sakit jika menurut firasat baik. dan kalau menjadi rusak pastilah menemukan sorga
20. setelah itu lalu mandi kemudian berpakaian lengkap memakai pegangan dengan permas memakai cincin dengan permata mirahadi memakai baju gemerlapan keris bersarungkan emas. tampak sangat berwibawa memakai bunga cempaka
21. rambutnya hitam dan subur bentuknya seperti potongan kebanyakan bertemu pandangan giginya putih bersih
19. liyang Gusti Agung Tuban nggelut baong makakisi sarwwi malih ngaras-aras isin bibisike pingit sungsut rabine mari egar kumendel metu twara da takut rusak dening mbaan wisik lewih yen silunglung rusak janten nincap swarggan
20. subane keto masiram ngrangsuk busana tumuli mapapkek ban permas kakayonan mali-ali masoccha mirahadhi mawastra gumilang murub keris matatah mas pantes masongkang paplik mapagandhan maskar campaka jnar
21. rambuten demdem tur samah gaguntingan sipataking macepuk teken cacingak
sentak untune masisig [ 289 ]281
bibirnya merah manis destarnya menambah ketampanan sutra hijau berukir berisi kawat emas yang munggil
62 b // raut wajahnya tampak seperti berludah para prajurit berperang
22. hiasan depannya rapat sekali memakai selimut sutra garingsingan. memakai ikat pinggang sutra memakai kain dengan lipatan yang rapi berkilau permatanya indah bekas pemberian Raja kagum orang melihatnya. pinggangnya ramping kuning langsat. tubuhnya lemah gemulai dan bersinar
23. adiknya mendadak bangkit tidak sayang lagi dengan jiwa melihat Gusti Agung Tuban terasa menemukan suatu kebahagiaan bibihe barak manis dastare ngimbuhin bagus sutra gadhang mapatra makakawatan mas rawit
62 b // swabhawane makecuh prajurit pasyat
22. aten-atene mabngad makampuh sutra garing singan mabulang ban sutra samar malalancang masasimping ngranyab socchane spid pcak paicchan sang Prabhu ngtus manah ngantenang madyane meros tur laris gadhing lumlum pamulune lembut nyalang
23. rahine sumangkin giras twara nu nyayang hurip nyingak Gusti Agung Tuban
karasa mamanggih becik [ 290 ]281
apabila ikut mati itu sebabnya perlu menyatu
orang-orang khawatir dilihat keluar kata-kata manis Ratu Ayu masih agak baik
24.Ramba permisi berkunjung ke tempat perang mungkin tak begitu lama. hamba berangkat permintaan hamba lagi ikhlaskan membantunya kasihanilah dia jangan lupa pada anak dia I Kudanjampyani kesayanganku masih kecil hamba tinggalkan
25. Gusti Agung mengasuh anaknya. nah ini sudah nasib kamu. sengaja membawa kebahagiaan menangis I Kudanyampyani tersenyum Ni Tirtawati mengasuh anak kerjakan dulu gendonglah si kecil
yan sareng ngmasin pati sangkaning nyandang silunglung sang was-was kacingak mijil pangandika manis ratu hayu kari ja enakang pisan
24. tityang pamit ngendon
yuddha manawi ta boya lami pamarggin tityange mangkat pinunas tiryange malih tulusang ja olasin nggih padalem kuda ipun sampun lali ngokayang ipun I Kudanjampyani nudut manah alit san kawosin tityang
25. Gusti Agung ngemban putra nah suba pagawen cai akene mbaan kasukan ngling I Kudanjampyani knyem Ni Tirtthawati ngemban jmak kuda malu
anake crik singalang [ 291 ]283
sampaikan ke istana supaya dihibur cucunya bermain
26. bapaknya akan pergi ke Majapahit menghadap besok seandainya datang membawa oleh-oleh kereta kecil tarik kuda sembrani berjalan dapat terbang
63 a // Ni Ngemban lalu. menggendong anaknya kemudian terdiam yang menyaksikan para pengikutnya berlinang air mata
27. kangen kakaknya mendengarkan kata-kata Ni Tirtawati menoleh sambil mengusap- usap ke mana lagi akan mencari anak seperti I Manik setia pada suami sangat tulus. berbuat agar senang tidak pernah menyakiti hati tidak henti-hentinya terus-menerus mencari kebenaran
aturang kma ka puri memangde katungkulang putune maplalyan
26.a bapanyane ngantyang luwas ka Majapahit manangkil ne mani lamunya teka magapgapan kreta cenik kedeng jaran samrani majalan bisa makeber
63. a // Ni Ngemban laut nyingal okane mneng tumuli ne ngantening panjake ngembeng yeh mattha
27. kangen rakane mirengang munyine Ni Tirtthawati nolih tan sah ngusap-usap kja laku buwin ngalih anak buka i manik patibratane manulus sabikas mangde liyang twara bisa nggae geting twara suud
tebeg ngisti kamlahan [ 292 ]284
28. Raja dan jiwa raga hamba
selalu sebagai penghalang
seperti sinar matahari hamba
lihat
menyinari dunia
tidak ada yang menyamai
keinginannya bagaikan
teratai
cocok dipakai sebagai
teladan
baik buanglah hamba cepat
akan dipakai bekal
mencari kebenaran
29. adiknya tersenyum melihat
jawabannya enak sekali
didengar
seolah-olah berisi gula dan
madu
dengan kata-kata kakak
silakan berangkat
para pengikutnya sudah
menunggu
I Gusti Agung Tuban
perasaannya muncul
memang bersama Nipdip
menginginkan peperagan
30. setelah mendapat penukar
sisa kunyahan
juga dicium secara bergilir
berjalan pelan keluar
28. Ratu kalih atma jiwa
satata nggalangin hati
buka suryyane not tityang
manyunarin makagumi
twara ada ngasahin
kahayone nrus tunjung
nyandang anggo kmitan
nggih spahang tityang glis
pacang anggon sangu
ngalih kadewattha
29. Raine mingis macingak
pasahure jaen manis
bas maembah gula drawa
antuke ngandika beli
rasisang te mamarggi
kawulane ngantos sampun
I Gusti Agung Tuhan
kahyune alah tanginin
mula sareng Nipnip ngajap
ajap yuda
30. sampune pasilur spah
kalih kaaras magalir
285
berjalan sambil menoleh
kangen melihat istrinya
dengan rasa kasihan
karena berjalan dalam
ruangan
seolah-olah ada penghalang
makin baik
diiringi dengan upacara
31. isi rumah menjelang pagi
semua bersedih dan
menangis
Gusli Agung pergi keluar
menuju keluar istana
63 b // disambut dengan gong
senjata telah siap
para camat telah siap
berbincang-bincang semua
bising sekali
para menteri dan bawahan
lainnya
matindakan tolah-tolih
kangen manyingak rabi
ban pamandaleme muput
sangkan salsal majalan
rasanya ada ngampetin
sayan bagus
kairing ban upacara
31. isih jrone sangosmang
sdhih padha ngmu hling
Gusti Agung ngajabayang
rawuh ka bancingah mijil
63 b // gong tambure mapagin
sikepe sregep paumpu
punggawa sampun napak
mangrawos-rawosan sami
endeh muug
pramantrine durmanggala
Pupuh Durmma
1. semua menteri senang
melihat
wajah Gusti Dipati
ikhlas jiwa dan raga
berani dengan dirinya
sendiri
duduk mendekat sambit
menyembah
Pupuh Durmma
1. Pramantrine sami egar
ngantenang
warnnan Gusti Dhipati
hlas teken awak
bani ngtegang jiwwa
negak maekang ngabhakti [ 294 ]286
I Gagagarangan
duduk di depan menghadap
2. Gusti Agung tersenyum lalu
berkata
ini kakak Tambakwisti
semua lurah
semua yang berada di sini
seperti rencana kemarin
pikir-pikirlah
yang mana rasanya cocok
3. jawaban menteri semua
sama
dengan sikap merendah
sambil menyembah
Paduka siap sekali
apabila saat I Nambi
bagaikan kerbau yang diikat
mencari tambatan
bunuhlah sekarang juga
4. telah mempersulit ekornya
yang tajam
supaya cepat mengadu
kata I Gagarang
jangan terlalu meremehkan
I Wahan tetap membela
agar tetap hati-hati
sebab mengorbankan jiwa
raga
I Gagagarangan
marep ne di malu nangkil
2. Gusti Agung kenyem enak
mangandika
ne bli Tambakwisti
prabkele padaha
sane dini makejang
buka rarasane dibi
keneh-kenehang
engken rasa ngebetin
3. sahur pramantrine sami
papalehan
mepes sarwwi ngabhakti
ratu sadya pisan
yan I Nambi matanggal
sasat kebo guyul matali
ngrereh cangcangan
tampah ne sampun ne
mangkin
4. sampun ngewehang tanduk
ipune nyanyap
mangdhe glis kembarin
munyin I Gagarang
hdha te paracampah
I Wahan ya mikukuhin
masih apang tangar
dening mabhaya patih [ 295 ]287
5. I Sidi I Wahan sebabnya
mereka sakit
sewaktu dihadang kemarin
para menteri di desa
kalah dan merasa kecewa
I Nambi menanggapi dengan
baik
berpura-pura ingin membela
seolah-olah menyamai
seorang prajurit
6. benar sekali kata-kata Kakak
Gagarang
sebenarnya berhati-hatilah
taktik siapkan
bernama buaya mangap
ini Kakak Tambakwisti
tinggal di wajah
64 a // dan I Ranggadadali
7. I Wyagranggarit I
Jaranpikatan
mereka diajak untuk
meramaikan
menjaga di kepala
I Rangga Suranggana
I Wiraksara
I Sawungindra
I Kasapta juga ikut
8. I Kanuruhan sama-sama
menjadi kepala
5. I Siddhi I Wahan awana
nnya rusak
sadhuke kacandak ibi
mantrine di desa
lilih mbaan kuciwa
I Nambi tangseh nanggenin
mahapi wirang
mabet jeneng prajurit
6. beneh buka rarasan beli
Gagarang
patutnyane tangarin
glare dabdabang
maadan bwaya mangap
ne bli Tambakwisti
nongos di muwwa
64 a // mwah I Ranggadhadhali
I Wyaghranggarit I
Jaranpikatan
ya ajak ngamwahin
nongosin di tendas
I Rangga Suranggana
I Wiraksara makadi
I Sawungindra
I Kasapta mbarengin
8. I Kanuruhan padha dadi
288
ini kamu seorang pemberani
I Barat ketiganya
dan I Puspalaya
I Ulungrat menjadi taring
9. yang di sebelah kanan
di sana semua menjaga
10. I Prahara dan I Demang
Pramoda
juga I Prabongsara
I Gelapangampar
menjadi taring di udara
menjadi ekor pembela
I Sapujagat
I lalangrat membantunya
11. I Rudita bersama I
Napakbaya
keduanya saling menjaga
jangan gegabah
ini I Surantaka
biarkan hamba semua yang
akan menceritakan
diam di tengah
menjadi pajangan
12. yang berada di belakang
supaya serius berkeliling
setiap kewalahan tolonglah
kiri kanan
kelilingi dengan cermat
ne cai tameng gati
I Barat katigga
mwah I Puspalaya
I Ulungrat dadi caling
9. ne di kanawan
ditu padha tongosin
10. I Prahara miwah I
Dhmang Pramodha
I Prabongsara kalih
I Gelapangampar
dadi caling pangiwa
dadi ikuh mikukuhin
I Sapujagat
I Lalangrat marengin
11. I Rudhita bareng ajak
I Napakbhaya
kalih saling jaganin
nda kaduk ampah
ne i wwang Surantaka
dhpang tyang makjang
ngindik
nongos di tengah
dadi awak mancerin
12. ne di duri apang penter
mailohan
asing kapes tulungin
kakebot kanawan
ideran apang clang [ 297 ]289
jawabannya semua sama
sudah bersiap-siap
susunan siasat perang telah
siap
13. tiba-tiba datang Gusti Agung
Palandengan
Gusti Agung Dipati
pernah menjadi orang tertua
menyarankan dan
menghentikan
tidak sempat pulang
berlinang air mata
tentara cepat berangkat
14. cepat sampai Tuban dengan
tergesa-gesa
langkahnya cepat-cepat
bergerak dan kebingungan
bertemu di jalan
tentara dari kota
terburu-buru berlagak
64 b // diamuk dan diserang
dengan senapan
15. bergantian mati dan luka
parah
pemimpinnya kalah
banyak sorakan
para menteri di depan
bergulung saling serang
bagaikan cemara
sahure sandika sami
suba madabdab
glare pragar pasti
13. saget rawuh Gusti Agung
Palandengan
Gusti Agung Dipati
kaprenah matuwwa
nggalemekin ngandegang
twarada kalingu mulih
ngembeng yeh tinghal
sikepe mangkat gelis
14. enggal ejoh Tubane
magancangan
tindakane pajigjig
kagrek kasisuwang
di marggane mapapasan
sikepe uli nagari
sepan matadhah
64 b // kaamuk kabdilin
15. pacegceg mati remuk
matatu rahat
papucuknyane lilih
liyu kasurakan
pramantrine ngarepang
magulungan saling sabit
mirib camara [ 298 ]290
ke sana kemari ditiup angin
16. bersorak-sorai tidak henti-
hentinya
tembus anak panah saling
bersentuhan
karena I Jaran Wahan
bersemangat berperang
bunyi senapan berulang-
ulang
dan suara gamelan
ramai saling bersahutan
17. para menteri berusaha
mendorong sama-sama ingin
berada di depan
rakyat mundur perlahan-
lahan
jadi kecewa
tentara dari Tuban
mendekati I Rangga Dadali
mengamuk dan menerjang
berkeliling sambil mengipas
senjata
18. seolah-olab ketakutan dan
gayanya menuruti orang
pandai
In Tan Gingsir menyerah
mendekat membawa dadap
tentaranya semua
saling serang saling terjang
siyak-siyok babar angin
16. surak muug krecikanyane
tan pegat
leb panahe magatik
eh I Jaran Wahan
tumanggalang mayuddha
cngeran bedile titir
mwah tatabuhan
nggredeg saling sahutin
17. pramantrine nongsok pada
ngamaluwang
ngleg panjake girik
dadyanya kuciwa
sikepe uli Tuban
nyagiag I Ranga Dhadhali
ngamuk muntarang
mapincer ngubas-abis
18. katatakut tangkepe turah
widhagda
In Tan Gingsir maphalin
ndesek ngaba dhadhap
pasikepane padha
saling ugug saling tangkis [ 299 ]291
menjadi sakit kewalahan I Dadali
19. I Jaranpikatan marah menghadapi datang mendadak berjingkrak tombaknya digerakkan I Tan Gingsir diusir Wiro cepat merintangi saling membawa tombak lama saling memberi
20. sama-sama tajam penglihatan berkeliling semua menipu saling lawan I Rawiro sakit direnggut dan dipenggal menteri dari kota marah ikut mengusir perang saling serang
21. berperang saling usir bersorak saling membela
65 a // entah berapa yang sakit tentara dari Tuban membunyi lama serang menyerang mantap mendekati
dadyanya rusak kasoran I Dadali
19. I Jaranpikatan gdhe mangarepang kucup tka pandingkrik tumbake kekjerang I Tan Gingsir kaulah I Wiro enggal ngambangin matatumbakan maklo saling njuhin
20. padha celang mabinder padhanyidra katujuh kaslanin I Rawiro rusak kajambak tur kapunggal maniri nagarane sengit bareng ngulahang siyate saling cokin
21. mausungan syate saling ulah surake matatindih
65 a // yen akuda rusak sikepe Tubane kepa maklo nyabit-kasabit penter manjagjag [ 300 ]292
orang yang memberikan saran di belakang
22. berputar mengelilingi cakra lalu tergeletak I Wahan yang diintip ditendang dengan kasarnya menteri dari desa mendekati I Patih Nambi dengan cepat membantu berperang tentara banyak yang mengikuti
23. I Wahan masih dikelilingi banyak musuh kena panah dan jemparing terjatuh dalam kegelapan namun tidak gentar para pengikutnya berebutan dan berlari digotong tak berdaya
24. lengah tentara dari kota dikejar makin kalah jadi jajahan datang dengan mengejutkan pengikutnya Patih Narmbi ramai berperang seratusan yang meninggal
panyundule di duri mauyengan sawang cakra ninggilingan I Wahan ne kaintip katandang semu rengang mantrine uli desa nyagjag Patih Nambi gelis matulung yuddha sikepe liyu nututin
23. I Wahan kari rejeng satru ne katah kna panah lan jamparin labuh paptengan nanging twara da binglak tututane mangrebutin turmalaibang kasurung legleg paling
24. buudlenga sikepe uli nagara kaburu sayan lilih dadi pakurepak tka manangkejutang iringane Patih Nambi rames masiyar panyatusan ne mati [ 301 ]293
25. I Tamenggita I Riwaksara baru tentara telah bersiap-siap wajahnya mirip mengusir agak marah dipanah oleh I Nambi dadanya terluka I Wiraksara meninggal
26. I Tamenggita mengusir dan berkeinginan merusak bersediakah I Nambi menaikkan kereta tali kudanya banyak rebah bangun membawa tali di sana ditimbang oleh I Cikur mati
27. bercampur jadi satu bunyi kendang dan tabuh bersamaan makin jelas suara sorakan I Pikatan sakit oleh I Jiwaraga orang-orang Tuban sedang kewalahan payah dirasakan kita benar-benar dibela
28. karena sangat payahnya dan rasa kecewanya tampak dari raut wajahnya
25. I Tamenggita I Wiraksara mara sikepe dhadhap kalih gobanyane kembar ngulahang sada galak kapanah baan I Nambi matatu tangkah I Wiraksara mati
26. I Tamenggita ngulah makneh rusak sadya napiI Nambi mgamnekin kreta talin jarane mbekang hbah bangun ngoros tali ditu katula baan I Cikur mati
27. Matuluwan kendang gong tambur madukan suraka sayan tinglis I Pikatan rusak baan 1 Jiwaragga wwang Tubane kapes biin tuyuh mangrasa awak sanget katindih
28. di sasbeng ban leleh krana kuciwa ngenah uli muanni [ 302 ]294
65 b // karena sering memba- ngunkan kemarahan dilapisi dihujani oleh peluru di peperangan larinya kencang sekali makin diusir oleh tentaranya I Nambi
29. kata-katanya ramai tak menentu karena terlalu berani ini kamu orang Tuban tidak memiliki rasa kasihan peperangan dimulai lagi takut akan kematian tidak akan hidup kamu sekarang
30. walaupun kamu mohon maaf tidak akan ada yang menerima semuanya diikat dengan tali akan jadi sasaran di kuburan Majapahit kesalahanmu tiada tara berkeinginan berani
31. Gusti Agung segera tahu sehingga membuat orang semua pergi temannya tidak ada yang menyerah karena payah sekali
65 b // bas buruh nangun kali milih kaujanan ban mimis di pasiyatan palaibe tingkes ginting suyan kaulah ban sikepe I Nambi
29. mabyayuwan munyine masumbar-sumbar kupe bas malebyan bani ne iba wwang Tuban wara mgelah pikna rangkepang siyat mabalik nakutin bangka tong i dup iba jani
30. yadin iba nungkul nunas pangampura tong ada pacang nampi salyunya kabasta bakal dadi sasaran di smane majapahit salah ba mangkak pangkah makneh bani
31. Gusti Agung tangeh amanan kabrasat rowange tan sakeng ajrih banya tuyuh pisan [ 303 ]295
karena kebesaran lawan bertanya Gusti Dipati siapa lawan kamu kalah karena berperang
32. jongkok teman-teman berkata dengan sikap merendah sambil menyembah benar apa yang dikatakan I Nambi itu memakai kereta memakai bendera hitam dengan meriahnya hiasan lehernya hijau muda memakai perhiasan memakai permata mirahadi
33. memakai payung kertas berwarna hijau dan ujung- nya terbuat dari emas keretanya dicat kuning kudanya merata yang menarik kepayahan bergantian kiri kanan bersiap-siap perang I Wahan merasa payah
35. semua diusung ke belakang Gustidhipati maringis lihatlah I Nambi
bas kagdheyan lawan mataken Gusti Dhipati nyen lawan iba masiyat krana lilih
32. nyongkok matur rwange mepees saha sembah patut ratu I Nambi punika makreta matunggul slem muntab bapange gadhang tuki mahmas-emasan masoccha miraadhi
33. mapajeng kretas gadhang mamoncol mas kretane mecat kuning kudane caracap ne ngedeng maudreran kebot kanawan caliring nabdabang yuddha Wahan leleh kni
34. pilih ta pade magosong ngapungkurang Gustidhipati mingis I Nambi te apa [ 304 ]296
dipakainya senjata baiklah tangkai panahnya dihiasi dengan emas I Cikur menginginkan
35. Gusti Agung tertawa dan mengambil senjata tombak berukir putih berususkan dengan emas rata dengan ukiran yang bagus besinya berkilau bagaikan disanbar petir
36. teriak-teriak di depan sambil menghitung rakya menunggangi kuda putih beralaskan emas bergerak-gerak bagaikan gambar terasa tak tampak di dunia I Megalamad waktu maninggalnya dipuji
37. berjejal-jejal tidak beraturan kata-kata Surantaka teman-teman berdatangan bagaikan kobaran api dijatuhi alang-alang kita terlalu ditantang benar-benar akan dilawan wajar bersimbah darah
anggonya pasikepan
inggih panahe kaatik
matatah emas
I Cikur nyarathinin
35. Gusti Agung ngakak tur njemak gagaman sangkut mabantang putih mausus ban emas masasa rudhira betk bsine nglelam mirib sledetan tatit
36. kirak-kirak ngarepang ngtekin panjak negakin jaran putih mapapakakas emas ngijik ambul mapola rasa twara nampak gumi I Meghalamad sdannyane kapuji
37. matulwan munyin i wwang Surantaka timpale dan padhari mirih api muntab entungin ban ambengan awake bas kalebonan sajayang lawan sleng takehan getih [ 305 ]297
38. dijawab dengan sorakan tatabuhan ramainya bendera tak henti- hentinya sebagai tanda perang sangat dahsyat rakyat semua berpikir dijepit dengan selang kepit para camat bercampur berperang dengan giat
39. I Prahara dan I Rangga Suranggana seolah-olah duduk kuda membawa tombak pendek I Nambi direncanakan Rangga Prawangsa menghalang menunggangi kuda serang diserang salah
40. berdiri kudanya lalu menggigit dan menerjang meringkik saling gigit I Rangga Prawangsa tidak sempat mengelak I Brajasela menolong I Suranggana kemudian menyatu
38. kasahutin baan surak tatabuhan krebetan tunggule tarik cirin ramen siyat panjak padha lagawa matgem slang sabit para punggawa maduk maukur gati
39. I Prahara mwah I Rangga Suranggana mambal-ambal negakin jaran ngaba bokat I Nambi kapipitang Rangga Prawangsa nambakin negakin jaran nujah katuhah pelih
40. majujuk jarane magutgut masepak ngrengeh saling katik I Rangga Prawangsa tong kengguh kakembulan I Bhrajasela nulungin I Suranggana saget dadhi absik [ 306 ]298
41. di pundak kudanya I Brajasela datang menusuk seperti baru dituruni hujan
66 b // begitu I Brajasela janjinya tak bisa dipegang dengan sungguh-sungguh membalas dan memenggal I Suranggana mati
42. I Prawangsa melawan I Demang Prahara peperangannya seimbang semuanya sama-sama rusak orang-orang Tuban memen tingkan diri keduanya berisi taring kiri kanan sudah menbawa makanan
43. I Sapujagat I Dangding dikalahkan I Sawunggaling mati I Wulungbuwana memaksa memenggal perang sangat dasyatnya I Yampal sakit oleh I Wyagranggarit
44. tanpa rencana sangkutnya ditancapkan
di tundun jarannyane Bhrajasela tka nebek ngurek nebekin batu tiban ujan
66 b // keto I Bhrajasela samayanya tong bisa gamit ngawales munggel I Suranggana mati
42. I Prawangsa nglawan I Dhemang Prahara pasiyatnyane sapih mangkep padha rusak wwang Tubane ngulahang caling glare makakalih kebot kanawan suba mbaan makanin
43. I Sapujagat I Dhangdhing kapacundang I Sawunggaling mati I Wulungbhuwana nyahasan laut munggal siyate pupuk mauntit I Yampal rusak baan I Wyaghranggarit
44. tanpagae sangkute langkah tbekang [ 307 ]299
beradu keris diramaikan oleh orang-orang dadap perang makin memuncak dipercepat jalanannya usir-mengusir dikalahkan berkali-kali memberi panah yang tembus keluar darah terus-menerus
45. memakai layar dengan bendera kelihatan kedap- kedip orang-orang kota kering lengah dan makin ceroboh kecewa dan marah diterjang dan diamuk dengan dahsyatnya jadi kalahlah kedudukannya I Nambi
46. hampir terlambat panah- memanah kata-katanya tak terkalahkan
67 a // sambil melepaskan anak panah seperti lomba-lomba sebagai bukti menyembah membalas saling panah
sok kadutan magatik parise mwang dhadhap siyate mararuket nglesin pasleng lesin ulah-kaulah kapacundang bulak-balik maangin panah ne hleb dres titir
45. mabidak ban tunggul ngenah klap-klip wwang nagarane isis lenga sayan rengas kuciwa kagalakan kaungseng kaamuk bitd dadi kalahlah tongosnyane I Nambi
46. das kandak maaduk mapapanahan munyine hda ilih
67 a // sambil nglebang panah mairib lomba-lomba palonca manyungsung bhukti ngwales mamanah [ 308 ]300
orang-orang Tuban menemani
47. saling berlomba ingin berhadap-hadapan kereta Patih Nambi berdiri tak bergerak membolak balikkan rakyat berdiam diri lalu pergi mengungsi aksi para camat berperang berulang-ulang
48. I Napakbaya mengusir kuda bertujuan menemani I Nambi mengesampingkan dengan panah I Sondong Sanjata mengenai dada sampai tembus darahnya bercucuran berani dan berkeinginan
49. kedua kalinya I Napakbaya sakit I Rudita mendekati kemudian balas dendam tentara dari desa menghilang mencari imbalan
wwang Tubane nimpalin
47. liyu saling langkungin mabuddhi mapas kretane Patih Nambi majujuk murengang mbalik-malikang panjak mamongol larud padrit sok prapunggawa masiyat wali-wali
48. I Napakbhaya ngulah muukang jaran kucup ngucur I Nambi nyampingin ban panah I Sondong Sanjata ngenayang tangkah ngembutin getihe muncrat wanen mabuddhi nyapih
49. bwin kapindowin I Napakbhaya rusak I Rudita njagjagin wirang mapulihang sikepe uli desa makiles ngalih pakolih [ 309 ]301
tampak menghilang di sana diamuk hingga remuk
50. mundur secara sembunyi- sembunyi akhirnya terhalang sungai besar sekejap kemudian mati para menteri dan camat semua diikuti kuda I Rudita pontan-panting dengan cepat maju ke depan I Dadaha menemani
51. I Rudita tertawa terbahak- bahak I Dadaha marah kamu menteri tua ah lebih baik kembali apa ingin mati ke sini mendekatilah kepalamu akan kupenggal
52. I Dadaha diam dan marah sekali kelihatan menjepit perisai tombaknya acungkan I Rudita ditusuk dengan tombak tetapi serangannya terpeleset tertelungkup kesakitan I Rudita terguling-guling
nonjok makledan ditu kamuk kalindih
50. pakilese kablet di duri bangawan aksep dekdek mati pramantri punggawa pacegceg tuting jaran I Rudhita murat-marit enggal ngarepang I Dhadhaha nimpalin
51. I Rudhita kdhek ngamunyinin ngakak I Dhadhana sengit iba mantri tuwa ah mlahan matulak bas manglalu sajja mati mai paakang tendasse beh padhangin
52. I Dhadhaha mendep gdeg marungusang kanten tamyang manyabit sangkute anggarang I Rudhita katumbak sawuh panangkise keni makakeb rusak I Rudhita mapugling [ 310 ]302
53. I Dadaha kesulitan melepaskan anak panah jamparing dan suligi
67 b //I Surantaka sekelompok yang membawa kendaraan secepatnya menuju pedati diburu dan diusir ke mana perginya I Nambi
54. I Brahmacikur berkeinginan menembak berdiri sambil menoleh- noleh I Nambi tak henti-bentinya terus-menerus melepas anak panah Gusti Dipati melihat kemudian diganti sangkutnya dibawa orang lain
55. jika ingin berperang di atas kereta diam-diam mengipas- ngipaskan keris sambil mengambil dadap memakai perhiasan emas dan permata berjurai dengan kain sutra hijau
53. I Dhadhaha mangiseh nglebang panah jamparing mwang suligi
67 b // i wang Surantaka soroh ne matgakan ngumpreng manglipung padhati kaalih ulah sing lakuya I Nambhi
54. I Brahmacikur nyaratin nembak majujuk paritolih I Nambi tan pgat cebceb nglebangin panah Gusti Dhipari mangaksi kapatimbalang sangkute hlen nggisi
55. dening kahyune masyat myburin kreta nguyeng kadutan mingid dambil jemak dhadhap mahmas masasocchan maencer ban lungsir wilis [ 311 ]303
bagaikan singa berkurang kehebatannya
56. sudah bertemu I Nambi dengan para tentara dengan jalan menyela I Gusti Agung tersenyum ih rupanya berani I Nambi ingat kamu karena diberi keringanan sekarang pertahankan kalau memang benar-benar seorang prajurit
57. supaya kamu secepatnya diangkat sebagai patih menghadap di Majapahit ini bunuhlah aku apabila aku tidak sakit kepalanu akan aku penggal kujadikan injakan rakyat Tuban yang kotor
58. I Nambi menjawab dengan nada kasar benar demikian terlalu banyak omong I Lawe mari kita bertempur kemudian bersamaan saling serang keretanya goyang kudanya berputar- putar
mairib singha krura mangresresin
56. nylag sikep I Nambi suba mapapas
I Gusti Agung mingis ih wanen ke saja I Nambi inget iba bane ubhayain kai jani tindihang yen twah mula prajurit
57. mangde iba ngalantas ka papatihang marep di Majapahit ne kai mattyang yen kai twara rusak tendas ibane paglintik dadi panjekan panjak Tubane bngil
58. I Nambi renget kenyat masahut jengat saja aketo gati bas liyunan pta I Lawe jalan masiyat laut mangkep saling cokin kretane gayal jarane mangiderin [ 312 ]304
59. saling tipu lama sekali dan keberaniannya sama Nambi secepatnya melawan melepas anak panahnya I Lawe tidak goyah menyerang menuju pedati I Mega Lamad kecepatannya bagaikan angin
60. agak bingung jika berhadapan dengan kereta diikuti dari belakang kudanya menerjang
68 a // melompat di atas kereta I Nambi direnggut sekilas menghilang I Cikur diasami
61. sudah berhenti orang bersorak-sorak telinga akan seperti pecah suara tetabuhan makin ramai musuh kucar-kacir berhamburan dan lari kencang saling mendahului ada yang minta ditunggu
saling cidra makle wanene asah I Nambi bcat cihcih manglebangin panah I Lawe twara obah ngungseng mangucur padati I Megha Lamad gancange ambul angin
60. serekdap kemngan nadahang katurut uli duri jarune narejak 68 a // makcos duhur kretha I Nambhi kajambak plih meneles ilang I Cikur kaasemin
61. suba mati surake mabyayuwan buka ngempengin koping gamlane ngencang musuhe pati babar samben palaibe bintit saling paliwat
ada ne nagih anti [ 313 ]305
payahnya bukan main
menyeberangi sungai yang
besar
membuang panah suligi
arahnya tak menentu
banyak mati tenggelam
yang tidak dapat berenang
ada yang takut
mohon maaf dan menjerit
63. ada yang dipenggal
kepalanya disembelih dan
disakiti
orang-orang Tuban menjadi
takut
seperti kelaparan
musuh tergeletak
mayat tersusun
I Gagarangan
menurut I Yangsatrik
65. ditusuk dengan pisau lalu
lari dan melontari sungai
besar
berenang dan terluka
Gusti Agung Tuban
melewati tambak ikan
bermaksud ke Majapahit
lalu menghancurkan
para menteri menghalangi
62. kasel-kasel cuyuh ngonyo-
ngin bangawan
ngucang panah suligi
samben mangliyuran
liyu mati bekbekan
ne twara bisa nglangi
ada ne sengap
nunas urip pajerit
63. ada ne karecah kagorok
kaburak
wwang Tubane ngreresin
ambul kalalyah
musuh pajulempang
bangke masusun matindih
I Gagarangan
nurut I Yangsatrik
65. katbek malaib nyeburin
bangsawan
ngaba tatu nglangi
Gusti Agung Tuban
ngalintang tambak ngeras
kayune ka Majapahit
nglaut ngarista
pramantrine njadelin [ 314 ]306
66. baik untuk persiapan
memohon kembali
waktu telah lewat
mungkin sampai di kota
karena musuh banyak sekali
camat dan menteri
belum bertempur
masih berada di kota
67. yang diperintahkan menjaga
milik Paduka itu
kelompok orang-orang
terpilih
keturunan orang
sembarangan
lain halnya dengan di
sebelah selatan kota
pasti banyak yang masih
dijamin rusak
juga semua prajurit
68. demikian harapan semua
menteri
dibenarkana pulang dengan
cepat
juga para pengungsi
berkeliaran dan
menyembunyikan diri
gelap dikatakan besok pagi
68 b //diceritakan lagi Prabhu
Wijaya keluar
66. bcik antos nunas tulak
madabdaban
sampun lintang panpi
meh nincap nagara
reh satru katah pisan
punggawa manca mantri
durung mayuddha
kari jroning nagari
67. ne ngamongin baburu
duwene punika
soroh janma maslik
totos wanen kopa
lyan sadiod nagara
janten pisan akeh kari
kakaren rusak
taler sami prajurit
68. keto pamungun
pramantrine makejang
kapatut budal gelis
larudane pda
sambeh nyangidang awak
peteng kaucap ne mani
68. // buwin satwayang
307
69. tiba di alu-alun kemudian
dihahapi
semua dipenuhi para pendeta
menteri tua dan muda
I Wagal I Sardula
I Pamandana I Panji
duduk di belakang
yang menghadap di depan
70. I Sorandaka bersanding
dengan I Kebonabrang
I Terung I Atatsari
I Wide I Jalak
I Gumarang I Ngasag
I Modang I Gagakmohi
I Setan Kobar
I Bandotan
71. I Mayang Mekar dan I
Panlegan
juga I Kebolateng
dan I Kanduruan
ikutl juga I Jagawastra
pertunjukan makin ramai
memenuhi jalan
datangnya sendiri-sendiri
72. sampai ke pasar tentara
penuh sekali
semua sama-sama siap
raja berkata
bagaimana paman Sora
69. katangkilin di alun-alun
napak
sulunggih padha titib
mantri bajang tuha
I Wagal I Sardula
I Pamandana I Panji
di pungkur negak
ne di payunan nangkil
70. I Sorandaka masanding I
Kebonabhrang
I Trung I Aratasari
I Widhe I Jalak
I Gumarang I Ngasag
I Modhang I Gagakmohi
I Setan Kobar
I Bandouan makadi
71. I Mayang Mkar miwah I
Panlagan
I Kbolateng malih
mwah I Kanduruwan
bareng I Jagawastra
tagengane sayan titib
ngebekin margga
tkanyane paindi
72. teked ka pekene sikepe tan
pasla
makjang suba ginting
sang Prabhu ngandika
kenken si bapa Sora [ 316 ]308
ada kabar tentang I Nambi
siap tak siap
I Sora berkata sambil
menyembah
73. baiklah Raja hamba bersedia
tersebut I Yarya Sidi
I Tosan I Kidang
I Curing I Muringang
dirusak di Tambakesi
sudah ke barat
melewati semua tentara
74. sudah bertemu dalam
perang di Tuban
hamba pikir belum kembali
raja mengangguk
tiba-tiba ramai sekali
ada yang terus bertanya
I Terik datang dan kalah
75. diangkat dengan payahnya
dan luka parah
kemudian digotong
beramai-ramai datang
kedua pahanya
tembus lukanya dan
berdarah banyak
kelihatan diangkat
69 a sempoyongan // berjalan
ada aortthaya I Nambi
siddha tan siddha
I Sora matur bhakti
73. inggih Ratu nyadyayang
pangrengen tityang
kocap I Yaryya siddhi
I Tosan I Kidhang
I Curing I Muringang
karusak ring Tambakesi
sampun ngawuhang
nglintang sikepe sami
74. pilih sampun matangkep
yuddha ring Tuban
manahang tityang dening
durung tulaak
sang Prabhu maanggukan
saget matulwan ngiid
ada natasang
I Terik tka lilih
75. masurungan leleh nandang
tatu rahat
sampun kasongan ngraris
mrebheng-rebheng tka
pahane makadadwa
betel tatune bek getih
ngenah cingcingang
69 a jranah // jrunuh mamarggi [ 317 ]309
76. kaget Raja melihat kemudian berkata Terik mendekatlah ke sini lalu menuju ke depan berjalan sempoyongan menunduk kemudian dipayungi dengan cepat menyembah-nyembah berkata lalu menyatakan kesalahan
77. baiklah hamba I Terika yang tidak berguna dijadikan abdi di sini namun setiap hari loba meminta pemberian ingin hidup kembali perlu dibunuh untuk apa jika masih hidup
78. lama Raja berdiri karena sangat kagetnya terkaannya tidak keliru pastilah akan kalah juga pertempuran rakyat kembali bertanya dan berkata lagi bagaimana perjalanannya lurah I Terik
79. benar Raja peperangan di sebelah selatan Tuban
76. kanggek sang Prabhu ngaksi tur ngandika Trik paekang mai raris mangarepang majalan matruyudan bongkok kapajngan gelis manyumbah-ryumbah matur mitahen sisip
77. inggih tityang I Trik lintang nirgunna kakawula iriki sakewala sabran lobha nunas paiccha kengin mantuk kari hurip nyandang pademang jaga punapi kari
78. suwe sang Prabhu naneng engsek begbegan pamarkkane tong pih janten twah kasoran siyat panjake padha yesedang ngandika malih kenken pajalan prabekelo I Trik
79. paru Ratu payuddhane dlod Tuban [ 318 ]310
di sebelah barat Tambakesi di jalan saling bertemu tentaranya telah menghan curkan terlambat mengelak dari perlawanan belum berlagak terdesak didatangi musuh
80. agaknya ada para menteri yang rusak pemimpin perang dulu I Wiro I Medang I Dangding I Prawangsa I Cikur I Sawunggaling Kebo Ampal tetapi hanya ada dua
81. sempat kena tombak I Brajasela I Wahan lebih dulu terkena jemparing menyerang dalam kegelapan hamba dapat saling serang I Gagarangan menghadapi sendiri
82. I Nambi di mana tempatnya bertempur bukannya di sana ikut di sana bersiap-siap para menteri itu
ring dawuh Tambakesi ring marggi mapapas sikep duwene ngrista kasepan mangolah tangkis durung matadhan kaslek satru ngrawuhin
60. sada wenten pramanti duwene rusak inan yuddhane rihin I Wiro I Medhang I Dangding I Prawangsa I Cikur I Sawunggaling I Kebo Ampal kewantene kakatih
81. kantos keni katumbak I Bhrajasela I Wahan pinihrihin jemparing ngeniyang myarempeng paptongan tityang polih saling sabit I Gagarangan tumanggalang ngarepin
82. I Nambi dija tongose masiyat sing daditu mbarengin irika nabdabang pramantri punika [ 319 ]311
tetapi pada saat berlari
69 b tidak ada // bersih waktu hamba melihatnya
83/ tetapi hamba lihat saat berperang bermusuhan I Dipati dinaiki kuda keretanya rusak berantakan peperangan kemudian bercampur jadi satu itu sebabnya samar hilang seperti sembunyi- sembunyi
84. sangat kaget perasaan Raja mendengarkan karena I Patih Nambi disuruh mengungsi mengakibatkan duka yang dalam dengan seketika kata-katanya keluar bagaimana dirasakan oleh para lurah di sini
85. angkatlah sekarang jangan menunggu hari lain supaya bersih sehari orang-orang dari Tuban terlalu angkuh
nanging dawege malaib
69 b tan wenten // tedas antuk tityang ngantenin
83. kewanten ten tityang sdeke mayuddha mamseh i Dhipati kaunggahin kuda rusak kretane bencar yudane maaduk raris awanan samar icale kadi nyilib
84. lintang merang kayun sang Prabhu mirengang baane Patih Nambi larud katur buntas ngentikang sanget duka gangsuh wacanane mijil kenken karasa ban prabekele dini
85. jani angkatin du mganti dina lenan apang bresih awai wwang Tubane bas mangkak [ 320 ]312
hanya dapat mengalahkan I Sora membenarkan dan mengikut berkata sambil menyembah bagaimana tunggu lagi
86. para abdi telah tiba dan semuanya sudah siap menginginkan cepat perang perlu melaksanakan sekarang bersiap-siap I Nabrang berkata dengan sopan biarkanlah hamba mencoba memberitahukan
87. karena dia terlalu menyusahkan tidak ada muka lagi para menteri dari kota berani menuangkan darah berukuran anak panah jamparing menangkis dada sampai hati menyembunyi kan jiwa raga
88. berapa banyak abdi yang bukan orang Tuban ingin menjadi prajurit yang termasyhur semuanya sudah habis berlebu setiap hari
pisarya prajaya I Sora mamatut ngiring maatur nyubah punapi jantos malih
86. kawulane sregep sami sampun napak mamanah adhu glis nyandang lumaksana ne mangkin madabdaban I Nabhrang matur mgabhakti bunggayang tityang ngindayang ngagurain
87. antukipun bae ngebusin pisan manah rupa tan wenten kari pramantri nagara purun ngecorang rah mataker panah jamparing nangkisang tangkah iogas nyaruwang hurip
88. akuda san kawula tan janma Tuban kengin kasub prajurit apanalik telas malebon sadina [ 321 ]313
jika orangnya kurus kering berkeinginan terlalu berani loba datang berbalik
89. benar sekali seperti kata I Nabrang apabila tak kalah hari ini I Lawe dihancurkan
70 a bersenjata tumpul // habis dunia di Majapahit semua bergerak para menteri menjerit
90. bicara bersama saling bergantian berani menyerahkan jiwa raga membalas kebaikan memberikan pembantu kebetulan hidup seperti sekarang ini serang bersama-sama I Sardula menyembah
91. kata-katanya halus seolah- olah mengingatkan kita kembali baiklah junjungan hamba wajahnya kusut membela kebenaran berpikirlah dulu
kapo janmane baregig mamanah lancang momo tka mabalik
89. saja pisa buka munyin I Nabrang yang tan kalah prajani I Lawe karista
70 a legengen tumpur // bhrasta jagate di Majapahit padha mangkaban pramantrine pajerit
90. papatuhan ature matatim balan bani ngetogang hurip ngwalesang kaswecchan mangaturang pangayah mungpung hidup buka jani mamkul pada I Sarddula ngabhakti
91. aturryane halus sreng matu hilingang ratu dewagung inggih sampun rupa lepya negamlang kapatutan panjangang mapineh rihin [ 322 ]314
kemudian berperang di belakang juga lihat
92. Seperti membunuh kala- jengking itu ekor dan sepit keduanya diwaspadai walaupun sepitnya putus gulungannya berbisa camkan sekali alat obatnya manjur raja itu perlu dikatakan
kata hamba semua apabila Paduka Seperti sangat keliru jangan dulu mendirikan para menteri dan camat sembahnya perhatikan
93. apabila sudah pasti maka perlu bergerak juga masalah ini orang-orang pergi kumpulkan para pengungsi dan yang luka semua rawatlah bawa pulang dan obatilah
94. Lama Raja terdiam sambil berpikir
raris mayuddha kapungkur taler aksi
92. sat kadi ngamadhemang tladu punika ikuh rawuhing supit kakalih tangarang yadin supite pgat leletipun ngwisyanin rugehang pisan sranan tambane sandi punika ratu nyandang bawos-bawosang atur tityange sami yen cokor i dewa banget kadi kemperan mangkin dumun nangun kali pramantri punggawa bhaktinipun priksain
93. yan makanten sampun nyardang lumaksana kapingkalih puniki janmane kabrasar larudane tambunang malih ne matatu sami sukanin pisan ajak mantuk tambanin
94. mneng suwe sang Prabu mineh-minehnag [ 323 ]315
I Pamandana juga berkata benar sekali apabila malamnya berperang orang-orang saling terjang dan saling serang musuh tidak tampak teman-teman yang kita musuhi
95. kesalahan dia banyak apabila kita bandingkan tipu muslihatnya dijalankan bagaikan I Bajra Dantas rela mati di medan perang
70 b // ditipu pada waktu malam Raja senang dan berkata lagi
96. kala Ngrak Setan Kobar Buta Ngasag sekarang semua berangkat bersama I Prakosa para pengungsi kumpulkan jadi satu juga amati dengan baik persiapan medal musuh semua diperiksa
97. seseorang diutus untuk menyembah kemudian didadar kain selimut dan baju
I Pamandana malih
matur wyakti pisan
yan wengine mayuddha
pati puuk i wwang senggih
mseh senggihang
timpal-timpal mesehin
95. kakawenipun akeh yan imbangang cacidrane mamarggi sat I Bajra Danta padem ban tinin yuddha
70 a //kacidra sedekan wengi sang Prabhu liyang sarwwi ngandika malih
96. kala ngrak setan kobar bhuta ngasang majalan padha jani ajak I Prakosa larudane tuptupang
kalih pdasang iwasih padabdab glar musuh padha priksain
97. sang kautus nyumbah laut kadhadharan kamben saput kulambhi [ 324 ]316
ikat pinggang dan hiasan leher semua memakai perhiasan dari emas sampai dengan sangkut dan senapan kuda perang agak memakai alat yang pasti
98. setelah didadar para utusan berangkat tentara banyak yang membuntuti kira-kira delapan ratus orang langkahnya cepat Raja kembali ke istana setelah semua siap pertempuran besok
99. para penghadap senua pulang ke rumah masing- masing menyiapkan para tentara tetabuhan mulai berbunyi setiap halaman bising dengan suara tetabuhan bersenang-senang merayu para prajurit
sabuk tuting bapang makjang mamas-mamasan tkaing sangkut lan bedil jaran pasiyat saha pakakas pasti
98. sampun kadhadhar utusane mangkat sikep liyu nututin sawatara domas tindakanne ngancab sang Prabhu budal ka puri suba kasurab pagbuge nemani
99. patangkilane mulih padha sewang-sewang
nabdab sikep mangraris nabuh tatabuhan bilang akarang-karang muug pakrancang-krincing masukan-sukan ngipuk para prajurit [ 325 ]317
100. di luar istana masih ada orang bersenda-gurau semua orang kepercayaannya mabuk-mabukan bukan yang lain dibicarakan para panghancur besok sekarang dibicarakan setelah menjelang pagi
101. ramai sorak-sorai di luar istana I Basanta memukul kentongan bertalu-talu berwibawa bunyinya para menteri bersiap-siap bingung kemudian berganti mengambil tempat duduk mendadak kuda muncul
012. ribut saling menjerit dengan yang lainnya
71 a berbondong-bondong ke luar dan penuh sesak semua siap senjata di jalan sampai kepenuhan sampai ke pasar yang sempit para camat di bale bang semua
103. di luar istana para prajurit telah tiba
100. di bancingah iyong nu magagonjakan sapiandele sami
mapunyah punyahan twara len ne karawosang tingkah pangristane mani jani ucapang bumara galang kangin
101. muug tambure manglulun di bancingah I Bhasanta ngembutin macedem nsgilakang pramanrine madabdab sisu masalinan raris jemak tegakan malebek jaran mijil
102. uyut saling jritin ngajakin timpala
71 a mabred pa // su titib ngambyar magagaman di marggane kosekan tked ka pekene spid para punggawa di bale bange sami
103. di bancingah prajurite suba napak [ 326 ]318
I Sora juga mengatur dan I Kebo Nabrang serta I Gagak Sarkara seperti I Mayang Mekar sebagai ketua bersiap-siap memelopori ke medan perang
104. sampai pagi ramai para tentara berkeliaran disinari matahari tambur dibunyikan gendang dan gong bersahut sang Prabhu Wijaya keluar bagaikan sinar matahari yang baru memancarkan sinarnya
105. sinar matahari mulai terbit ribut yang mengikuti membawa upacara berjalan di medan perang lalu sampai di luar istana dan menyuruh para menteri berjalan
106. I Wagal ikut bersama Pamandana dan para pendeta serta para ksatria juga I panelegan disuruh menjaga istana
I Sora ngenter kalih mwah I Kbo Nabhrang mwah I Gagak Sarkara I Mayang Mekar makadi dadi pemuwa nabdab siyat mecukin
104. tatas lemah klelaman sikepe muntab sundarin matan ai tambure nggilakang kendang gong matimbalan sang Prabhu Wijaya mijil waluya suryya ne bawu endag kangin
105. tejan bhusanan makutha ne dumilah pagredeg ne ngiring ngaba upacara majalan di payuddhan rawuh di bancingah raris tur ngandikayang pramantrine mamarggi
106. I Wagal bareng teken I Pamandhana mwah brahmana sulinggih ksatriya pramanca miwah I Panlegan katugnah ngmit puri [ 327 ]319
I Kanduruwan masih ikut bersama
107. sudah berangkat para pelopor tentara I Jagawastra mendampingi lurah dan camat seratus orang berkendaraan ada yang memakai payung putih hitam dan merah dan ada yang memakai payung kuning
108. bendera dan umbul-umbul berjejer lebih awal senapan berjejer berjalan berdalih sangkut semua terpisah suara panah terdengar suara gong tidak pernah sepi
109. sudah jauh sekali para pelepornya bergerak tentara kita berjalan bagaikan gunung berbunga
71 b // pakaiannya berada tampak bagaikan gunung berapi
I Kanduruwan milu hnu mbrarengan
107. suba mangkat papucuk sikepe enggal I Jagawastra ngabih prabkel punggawa satusan matgakan ada ne mapajeng putih slem len barak ada mapajeng kuning
108. tunggal lalentek ngama luwang ngambyar bdil majajar buris majalan makanda sangkut sami mabancah panah maesed pakrecik gong tatabuhan tong taen sep mamunyi
109. suba sawat papucukne maangkaban sikep dwene mamarggi mirib gunung bunga
71 b //l panganggene marenda kanten kadi gunung api [ 328 ]320
I Gagakara berjalan mendahului
110. senjatanya semua sama sangkur berkerangka putih I Gagaksarkara menunggangi kuda merah memakai pakaian menteri berpotongan perilaku raspati
111. di belakang bekalnya I Nabrang semua memakai perisai bali memakai senjata tomara orangnya jahat-jahat hanya bermodalkan kesepakatan para buruh bertempur dikurung para prajurit
112. kuda abu-abu tunggangannya I Nabrang menyatukan isinya berpinggiran dari emas di lingkarannya bagus corak warna berlainan menghunus tombak ditarik dengan mudah
I Gagakara majalan ngamaluwin
110. babkelanyane patuh manyikepang sangkut mabantang putih I Gagaksarkara negakin jaran barak ngarangsuk pangangge mantri magaguntingan sipataking rasphari
111. di durian babkelane I Nabhrang padha matamyang bali masikep tomara jalmane ganal-ganal kamulan papadhu riin buruh masiyat kakurungan prajurit
112. jaran dawuk tegakanrya ne I Nabhrang mayikepang parisi mapentung ban emas di buntarnyane mlah mapalidpid masangling mamancer tumbak keket kluse kalis